FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Kamis, 24 Januari 2013

Suplemen Ampuh


Sakit flu itu tidak enak, pilek, batuk, panas, bersin-bersin, pusing. Seringkali saya sebelum flu merasakan tanda-tanda bahwa saya akan flu. Kalau sudah begitu biasanya saya membeli vitamin C dosis tinggi (1000 mg-jangan lebih lho ya, bahaya!) dan berusaha mengkonsumsinya setiap hari. Kadang berhasil, pernah juga tidak berhasil. Kadang saya tambah madurasa (yang murah dan ada ecerannya, hehe).

Tapi sekarang sudah tidak. Gara-gara kakak saya beli spirulina. Dia sering beli obat-obat macam habbatussauda, pernah daun bidara, dan entah lupa entah malas untuk mengkonsumsi secara rutin. Jadi sering belum habis sampai masa kadaluarsa habis.

Kakak saya sih bilang, katanya dia pernah merasakan tanda-tanda akan flu, terus minum spirulina, terus tidak jadi flu. Saya pun tertarik untuk mencoba, ternyata benar. Beberapa kali badan saya agak demam, ya, nggak enak gitu, tanda-tanda akan flu lah. Eh, saya minum spirulina 2 butir aja sehari, pasti tidak jadi flu. Sudah berkali-kali saya coba di awal tahun 2013 ini. Ampuh bener. Kata kakak saya emang mahal sih. Tapi kalau nggak telaten ya memang sering lupa, malas minum rutin. Kakak saya sendiri malah jarang minum tuh.

Karena mahal ya jelas spirulina itu tidak saya minum tiap hari. Hanya kalau saya sudah merasakan tanda-tanda akan diserang flu. Sebagai penangkal flu saja lah. Jadinya ya saya senang, karena di awal tahun ini saya selalu gagal diserang flu. Haha. Paling cuma sampai sekali dua kali bersin. Tidak sampai meler dan batuk gila gitu. Alhamdulillah deh.

Ternyata vitamin C 1000 mg kalah sama spirulina. Atau mungkin vitamin C yang biasa saya beli tidak murni 100% vitamin C? Karena harga sepasangnya cuma 1000-an (masing-masing 500 mg). Soalnya saya pernah ditawari vitamin C murni alami di apotek, katanya sih lebih ampuh karena murni vitamin C nya, tidak pakai pemanis buatan segala macam. Tapi ya harganya 90rb-an. Kalau udah gini kan males banget haha (biasa, anak Fakultas Ekonomi). Orang makan jeruk yang mengandung vitamin C juga alami, Biar setara 1000 mg kan tinggal dibanyakin aja jeruknya, hehe.

Jadi intinya, kayaknya bagus tuh buat memusnahkan flu diantara kita semua. Saya sering tidak nyaman juga soalnya kalau ketemu teman yang lagi flu berat. Kasihan lihatnya, mending istirahat dirumah. Tapi ya memang aktivitas seringkali menuntu kita harus tetap datang walau flu menyerang. Yasudahlah mending kita tangkis aja pakai obat semacam spirulina ini. Tapi yang aman-aman aja dan jangan sampai over dosis loh.

O iya, tadi kan aku tulis kalau mengkonsumsi vitamin C jangan melebihi 1000 mg. Itu kan ada di wadah vitamin C merk IPI. Dosis maksimal vitamin C untuk yang tidak punya sakit ginjal itu ya 1000 mg, tidak boleh lebih. Soalnya bahaya bagi ginjal. Jadi kalau sudah punya sakit ginjal jangan coba-coba minum vitamin C dosis tinggi deh. Mungkin maksimal 300 mg per harinya. Temannya temanku ada yang masuk rumah sakit gara-gara kebanyakan vitamin C, ginjalnya kena. Sebelum minum vitamin C dicek dulu ya, berapa miligramnya, kalau per butir aja udah 1000 mg, jangan deh kalau sudah punya penyakit ginjal.

Ono Semprotan Obat Nyamuk


Jarum jam belum tepat di angka lima, tiba-tiba terdengar suara berisik. Butuh waktu untuk memastikan apakah ini benar-benar penyemrot obat nyamuk. Memang sih waktu aku KKN dulu ada beberapa anak yang terkena DB. Dengar-dengar sudah banyak anak yang terkena DB. Tapi kalau di lingkungan RT RW ku sih belum dengar. Tapi kan sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada penyemprot obat nyamuk.

Tiba-tiba saja terdengar suara ramai di luar rumah, pada heboh, ono semprotan obat nyamuk! Dan aku pun akhirnya yakin bahwa suara berisik yang menyayat hati itu adalah penyemprot obat nyamuk! Sontan, dengan perasaan sebal aku persiapkkan rumah, menyelamatkan bahan makanan, jaket, mukena,handuk yang tergantung. Ibu ku juga ikut sebal. “Lawange ojo dibukak sikik!” kata ibuku. Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

Setelah semuanya sudah siap. Kami keluar. Katanya ada anak yang nangis. Memang suaranya mengerikan, hii. Ternyata ada yang bilang kemarin jam 5 sudah diumumkan. Entah jam 5 pagi atau sore. Tapi kok banyak yang kaget. Bahkan ada yang nyeletuk “Nganggu aktivitas.”

Btw. Aku dulu takut loh sama semprotan obat nyamuk. Seremkan kalau masih tidur tiba-tiba tukang semprot masuk. Kan bisa keracunan. Atau lagi di kamar mandi. Entah kenapa dari dulu kalau ada acara semprotan obat nyamuk di rumah rasanya deg-degan. Suaranya itu benar-benar menyayat hati. Tapi kalau dengarnya waktu saya di sekolah sih, entah kenapa biasa saja.

Ada yang takut semprotan obat nyamuk?

KKN di Desa Kebondalem Kidul


Kebanyakan mahasiswa UNY lebih memilih KKN Tematik di semester khusus daripada KKN Mandiri di semester biasa. KKN Tematik hanya berlangsung 2 bulan, tetapi mahasiswa harus berada di lokasi penuh selama 2 bulan, hanya boleh pulang sepekan sekali. Masalah perijinan, tempat KKN, tema KKN dan anggota kelompok semua diurus oleh pihak universitas.

Berbeda dengan mayoritas teman-teman, saya lebih memilih KKN Mandiri dibanding KKN Tematik. Memang sedikit lebih repot karena harus mencari teman sendiri, tempat sendiri, perijinan sendiri, tema KKN pun menentukan sendiri. Tetapi mempunyai kelebihan bisa memilih tempat, teman, dan tema yang kira-kira lebih sesuai. Waktu untuk beradaptasi juga bisa lebih lama. Kalau KKN Tematik kan kenal aja belum lama, langsung dipaksa bekerjasama. Lebih rawan konflik pikir saya.

Entah sejak kapan saya mencari kelompok untuk KKN, yang jelas pada bulan Juli saya sudah mendapatkan kelompok yang beranggotakan 8 orang. 6 putra dari Jurusan Fisika dan 2 putri dari Fakultas Ekonomi (Jurusan Akuntansi dan Manajemen). Setelah rapat dipilihlah Desa Kebondalem Kidul sebagai lokasi KKN. Alasan terkuat karena ada salah satu dari anggota kelompok kami yang berdomisili disana. Sehingga tampaknya lebih enak, dibanding harus KKN di tempat yang kami semua orang baru disana.

Agar tidak terlalu terasa terbebani, saya hanya ambil 2 mata kuliah di semester 7 ini. Memang teori yang belum saya ambil tinggal 6 sks, karena sambil KKN jadi ya, saya urungkan niat untuk mengulang/memperbaiki nilai. Kuliah yang saya ikuti tersebut ada di hari Selasa dan Kamis dengan dosen yang sama. Skripsi yang sudah saya masukkan KRS di semester 7 tidak saya sentuh sama sekali. Hanya nyicil latihan membuat proposal skripsi di Mata Kuliah Riset Pemasaran.

Senin, 21 Januari 2013

Wali Kota Termuda di Dunia Ini Terinspirasi Soekarno

JAKARTA, KOMPAS.com —Bashaer Othman menjadi satu-satunya wali kota termuda dunia. Di usianya yang masih 15 tahun, pelajar yang masih duduk di kelas I SMA Palestina ini sudah diberi jabatan publik sebagai Wali Kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat, Palestina.

Bashaer diberi kesempatan memimpin Kota Allar selama dua bulan, di bawah bimbingan Sufian Shadid, Wali Kota Allar sebenarnya, setelah ia terpilih dalam program pemberdayaan kaum muda Pemerintah Palestina.

Tentu unik sebuah kota dipimpin oleh perempuan yang masih berusia di bawah 17 tahun. Terlebih lagi, Bashaer harus memikul sejumlah tanggung jawab berat mengatasi semua hal terkait Kota Allar, termasuk mengawasi karyawan dan menandatangani semua dokumen resmi, kecuali dokumen keuangan.

Bertempat di Kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia di Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta, Rabu (12/9/2012) siang, Tribun mendapat kesempatan mewawancarai perempuan jelita ini dengan nuansa santai, meski dengan obrolan serius.

Basher menerima Tribun dengan senyuman manis. Sapaan menggunakan bahasa Arab makin menambah keakraban. Di sela-sela obrolan, Bashaer bahkan sempat bercanda bertanya-tanya tentang merk handphone yang Tribun pakai. Apa saja pengalaman Basheer menjadi wali kota termuda dunia? Berikut petikan wawancaranya:

Selamat siang, selamat datang di Indonesia. Bisakah Anda bercerita bagaimana menjadi wali kota di usia yang masih muda?
Selamat siang juga, senang bisa berada di Indonesia. Pada awalnya saya mengikuti program Pemerintah Palestina untuk pemberdayaan kaum muda. Saya lalu bersaing dengan ribuan anak muda yang mengikuti seleksi program tersebut. Wali kota seperti saya dipilih tidak melalui proses pemilihan umum yang dilakukan masyarakat, tetapi dipilih oleh wali kota sebenarnya berdasarkan kompetensi atau kemampuan dalam berbagai hal.

Apa pertimbangan terbesar yang membuat Anda dipilih?
Saya dinilai memiliki kemampuan individual, antara lain wawasan tentang kenegaraan, politik, sosial, dan ekonomi. Saya juga memiliki kemampuan kepemimpinan. Sebelum ini saya telah memimpin sebuah organisasi kepemudaan di sekolah. Saya juga punya visi dan misi yang jelas untuk kemajuan rakyat Palestina.

Anda sudah menjabat dua bulan, apa yang Anda lakukan selama periode itu?
Saya berusaha memecahkan berbagai masalah rakyat, salah satunya ketersediaan lapangan pekerjaan. Beberapa waktu lalu saya keliling ke beberapa negara luar. Sepulang dari sana saya mengajak para investor serta meyakinkan mereka agar mau berinvestasi di Palestina. Hasilnya lumayan, ada tiga proyek yang saya dapatkan, dan saya pikir itu akan membuka lapangan kerja baru.

Ceritakan masalah tersulit yang Anda hadapi selama jadi wali kota.
Melayani rakyat Palestina terutama dalam masalah hukum. Sebenarnya mereka sudah tahu hukum, tetapi biasanya mereka tidak puas jika tidak langsung bertanya kepada wali kota, jadi saya harus sabar melayani mereka. Kesulitan yang saya alami adalah bisa memuaskan seluruh rakyat, juga saat membuat rakyat menjalani ketentuan Dewan Kota. Beruntungnya, saya punya kemampuan komunikasi yang bagus sehingga bisa mudah menjawab pertanyaan dari mereka.

Palestina identik dengan daerah konflik, tidakkah Anda takut dengan keselamatan jiwa Anda?
Daerah Tepi Barat yang saya pimpin relatif aman, tidak ada kontak senjata di sana. Pertumbuhan ekonominya juga bagus, penghasilan rakyatnya di atas rata-rata. Jadi, saya tidak pernah merasa takut untuk memimpin. Ini semua untuk kemaslahatan umat.

Apa yang Anda pikirkan tentang konflik dengan Israel?
Saya datang ke sini tidak untuk membahas konflik dengan Israel, itu sudah ada bagiannya sendiri. Saya hanya ingin menjadi inspirasi generasi muda Palestina bahwa konflik bisa melahirkan pemimpin-pemimpin andal. Saya ingin pemuda Palestina punya sikap dan membangun peradaban mereka.

Apa perubahan yang Anda rasakan dalam diri Anda setelah menjadi wali kota?
Tentu ada yang berubah dari kepribadian saya. Sekarang, saya lebih memikirkan kepentingan umat.

Bisakah Anda ceritakan kehidupan keluarga Anda?
Saya lahir dalam keluarga yang hangat. Saya hidup dengan Ayah, Ibu, dan lima saudara. Saya anak keempat. Kami hidup dalam satu rumah dan kakak-kakak saya masih belajar di perguruan tinggi. Saat jadi wali kota, saya mendapat dukungan penuh dari keluarga. Mereka sangat mendukung karier politik yang sedang saya jalani. Kami hidup dalam keluarga yang harmonis dan bahagia.

Apa reaksi kawan-kawan setelah Anda jadi wali kota?
Mereka sangat apresiatif dan mendukung. Kami tetap berhubungan, bahkan mereka sering memberikan masukan dan berkomunikasi dengan saya melalui internet. Kami chatting setiap hari dan berdiskusi banyak hal untuk kemajuan Palestina.

Apakah Anda punya pacar?
Tidak, Islam tidak memperbolehkan hubungan laki-laki dan perempuan tanpa status pernikahan, apa pun bentuk hubungan itu. Generasi muda Islam pun tidak seharusnya memikirkan hal itu. Generasi muda Islam harus cerdas membangun peradaban dan kemajuan bangsanya. Terus terang saya tidak punya akun Facebook sebab kadang itu mengganggu aktivitas saya dalam berpikir. Namun, saya tetap mengikuti perkembangan global lewat internet.

Bagaimana Anda melihat masa depan pemuda Palestina?
Saya optimistis kami punya masa depan lebih bagus. Saat ini memang ada banyak pemuda Palestina yang berusaha keluar ke negara lain, misalnya ke Arab Saudi, Mesir, atau negara Timur Tengah lainnya untuk mencari pekerjaan dan mencari wilayah aman. Namun, mereka semua punya komitmen besar untuk tetap jadi warga negara Palestina. Artinya, mereka akan kembali lagi. Kami juga meyakini bahwa Palestina suatu saat akan merdeka dan berdaulat.

Di Indonesia sering ada demonstrasi dukungan terhadap Palestina yang biasanya memakai tagline "Save Palestina". Apa tanggapan Anda?
Saya sangat mengapresiasi perhatian Indonesia terhadap negara kami. Indonesia adalah saudara setia kami sejak tempo dulu. Saya pribadi sangat terinspirasi dengan Ahmad Soekarno (Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno). Sebab beliau adalah tokoh yang kali pertama bersuara bahwa Palestina adalah negara berdaulat tanpa peduli dengan negara lain yang tidak mengakui kami.

Apakah Indonesia terkenal di negara Anda?
Iya, terutama dengan tokoh Ahmad Soekarno. Kami memanggil Ahmad Soekarno sebab orang Palestina mengenalnya dengan nama itu. Indonesia juga negara Muslim terbesar di dunia. Dukungan dan suara dari Indonesia sangat memberi kami kepercayaan diri. Kami mendapatkan energi lebih ketika Indonesia bersuara lantang dan membela Palestina.

Apa pesan terakhir Anda untuk pemuda Indonesia?
Pemuda Indonesia harus terus maju ke depan. Maju Palestina! Maju Indonesia!

SUMBER: http://internasional.kompas.com/read/2012/09/13/0604106/Wali.Kota.Termuda.di.Dunia.Ini.Terinspirasi.Soekarno

Selasa, 15 Januari 2013

Si Embak Misterius dan Letusan Gunung Merapi

Dulu akhir  tahun 2010 waktu heboh-hebohnya Gunung Merapi meletus yang dalam rentetan letusan berkali-kali tersebut Mbah Maridjan meninggal dunia, aku menulis fiksi nyata ini. Ini cerita ringan saja buat santai-santai mengisi waktu luang, silahkan dibaca :)

ilustrasi: kompas.com
Bulan Oktober 2010 adalah bulan bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Di Bulan ini Mbah Maridjan meninggal dunia akibat letusan Gunung yang sudah setia beliau jaga selama berpuluh-puluh tahun itu. Sudah berminggu-minggu, rentetan letusan ini terus bertengger sebagai headline news di media-media massa nasional . Tempatku beraktivitas sehari-hari, rumah, kampus, dan tempat kerja paruh waktuku sebenarnya cukup aman, terletak sekitar 30 km dari puncak Merapi.

Daerahku hanya terkena hujan abu vulkanik sedang dua kali. Pada hujan abu yang pertama dinas pendidikan Kota Yogyakarta meliburkan siswa sekolah (bukan kuliah). Pada hujan abu kedua gantian universitas-universitas di Yogyakarta yang meliburkan kegiatan perkuliahan antara seminggu hingga dua minggu. Nah, tempatku bekerja part time dekat dengan UNY dan UGM yang meliburkan kegiatan perkuliahan selama seminggu. Alhasil dampaknya tentu saja tidak hanya dirasakan para dosen dan karyawan kedua universitas tersebut, tetapi juga kegiatan perekonomian di kawasan sekitarnya yang mayoritas konsumennya adalah mahasiswa. Banyak toko yang mengurangi jam buka atau bahkan tutup sama sekali.

Di hari biasa, rental komputer tempatku bekerja paruh waktu membuka dua kios yang berdampingan, masing-masing dijaga satu orang operator. Gara-gara mayoritas operator adalah perantau dan mereka pulang kampung, akhirnya tiap shift malam kios yang buka hanya satu. Kontras, pengguna jasa rental komputer menurun drastis. Malam itu, aku datang di rental komputer dalam keadaan sepi. Bos pergi, kios hanya buka satu, dan belum ada pelanggan yang datang. Hal biasa sebenarnya. Tapi kejadian luar biasa nanti muncul ketika aku selesai melaksanakan ibadah sholat Isya.

Meskipun aku hanya jaga rental komputer sendiri, di seberang ada teman yang juga bekerja menunggu warung galon. Alhamdulillah temanku ini suka main ke rental komputer di saat sepi pelanggan dan bosku sedang pergi. Dia suka menonton film-film yang ada di PC operator. Lumayan bisa mengurangi suasana sepi. Sebut saja dia bernama Mbak Vivy, wanita super tomboy yang gayanya mirip Mita The Virgin. Seperti biasa, mbak Vivy main ke rental komputer untuk nonton film. Tapi karena waktu sudah mendekati Isya, aku titipkan sekalian rental komputer pada mbak Vivy, aku mau buang air kecil dulu, wudlu, kemudian sholat Isya.

Selesai berwudlu akan sholat, malah ada pelanggan yang ingin burning CD, ok, aku layani dulu, baru kemudian sholat Isya. Selesai burning CD aku langsung menunaikan sholat Isya. Selesai sholat Isya, ternyata ada pelanggan lagi, seorang perempuan yang menurutku kira-kira berusia 20 tahun. Untuk yang ini sebut saja Si Embak. Aku pun langsung menanyakan kebutuhannya, “Mau rental mbak,” jawab Si Embak.

“Loh, nggak jadi ngrental Mbak?” tanyaku. Abis dia katanya mau ngrental sudah masuk kok malah keluar lagi. “Enggak mbak,” jawab Si Embak. “Kenapa?,” tanyaku merasa aneh. “Nggak pa pa,” jawab Si Embak. Kemudian Si Embak memandangi tembok di samping luar rental komputer. Lalu duduk di teras depan rental komputer. Masuk lagi seperti bingung. Duduk di depan komputer pandangannya tidak jelas. “Ada apa ya mbak?’” tanyaku merasa aneh dengan perilakunya. “Aduh, jangan gitu mbak,” jawab Si Embak seperti pusing sendiri. Ok.

Sekarang Si Embak menatap salah satu layar monitor tangannya nyaris memencet tombol power. “Mmm, kalo mau pakai komputer di sebelah situ saja mbak, yang masih nyala,” kataku kepada Si Embak. Tampaknya Si Embak ingin pakai komputer. “Oh ya,” jawab Si Embak, lalu pindah duduk di depan komputer yang masih menyala. Mouse pun digerak-gerakkan, aku catat di billing jam mulai Si Embak pakai komputer. Huh, jadi lebih lega, ku harap Si Embak tidak bertingkah aneh lagi. Aku pun melanjutkan nonton film bareng mbak Vivy. Tapi, keanehan perilaku Si Embak malah semakin menjadi. Dia tidak berbuat apa-apa dengan komputer di depannya. Layar komputer terlihat gelap, sepertinya justru dimatikan oleh Si Embak. Si Embak pun tidak melulu memandangi komputer yang layarnya sudah hitam tersebut. Mata Si Embak bergantian memandangi etalase, langit-langit, dinding-dinding ruangan rental komputer, memandangku, memandang mbak Vivy. Begitu berkali-kali. “Mmm, ada yang bisa dibantu mbak?” tanyaku. “Ah, enggak,” jawab Si Embak. Si Embak tetap tidak berhenti menatap kosong lingkungan sekitarnya.

Jumpernya terlihat lusuh dan kotor, penampilannya kusut, rambutnya yang agak panjang dijepit ke belakang. “Berapa mbak?” tanya Si Embak. Oh, ternyata dia normal juga kataku dalam hati. “Enam ratus rupiah mbak,” jawabku. Si Embak pun menyodorkan selembar uang seribuan. “Ini kembaliannya,” kataku sambil menyodorkan uang kembalian ke tangan Si Embak. Tapi, Si Embak justru menyingkirkan tangannya, dan menunjuk ke arah meja. Uang kembalian Si Embak pun kutaruh di atas meja, lalu diambil oleh Si Embak. Aneh, Si Embak perempuan, aku juga perempuan, kenapa Si Embak tidak mau bersentuhan tangan.

Tidak selesai disitu. Si Embak ternyata belum mau pergi. Haduh ini orang jangan-jangan kesurupan, apa bisa lihat jin kataku dalam hati. Jangan-jangan tadi mata Si Embak menatap kesana kemari tidak tentu karena tercengang dengan banyaknya jin yang dia lihat. Ah, terserah, aku putar do’a pengusir setan saja lah. Si Embak tetap tak pergi-pergi. Atau dia pengungsi Merapi yang tersesat? “Tidak,” kata mbak Vivy. “Dia itu ga bahaya kok, aku pernah ke kost dia nganterin galon pesenannya.”
“Lagi nunggu temen mbak?” tanyaku kemudian kepada Si Embak. “Eh, enggak,” jawabnya. Kemudian Si Embak bener-bener pergi meninggalkan rental komputer yang aku jaga. Si Embak ke arah pertigaan di depan rentalku.

Akhirnya…. Hufff. Kedatangan pelanggan dua kali aja, kok yang satu anehnya setengah mati. Sebentar-sebentar! Aku melihat Si Embak lagi, lewat depan rental komputer yang aku jaga, alhamdulillah Si Embak tidak kesini lagi. Hufff. Tap.. tap.. krek.., Apa ?! Ada orang di belakangku! Siapa lagi kalau bukan si Embak ?!. Aku langsung menengok ke belakang, oh, ibu dan bapak bos. Ayem deh, yang punya rumah sudah datang. Lebih tenang, lebih tenang. Bosku datang, mbak Vivy langsung pamit pulang.

“Kalau dah sepi tutup aja mbak.” kata bapak bos. Ok. Kalau suruh tutup sih aku jelas siap, hehe. Aku pun langsung pulang, agak ngebut, besok jaga shift pagi soalnya. Aku sekalian berencana menanyakan perihal Si Embak aneh yang tadi mampir, siapa tahu bos-ku kenal.
Paginya, aku langsung cerita perihal kejadian tadi malam kepada bos-ku. Langsung dijawab seperti ini, “Hah, perasaan selama ini ga pernah ada orang kayak gitu yang dateng. Cuma tadi malem aku liat lagi orang itu duduk di teras rental sampai jam setengah dua belas.” Apa?!

Pengalaman TOEFL

Saya merasakan TOEFL untuk pertama kalinya itu saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) di UNY. Sebenarnya di SMA dulu ada lembaga yang mengadakan les TOEFL setelah pulang sekolah. Karena tidak tertarik, maka saya tidak ikut. Waktu itu saya belum merasa membutuhkan skor TOEFL.

Saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) dulu saya masih awam dengan TOEFL dan tidak mencari tahu, hehe. Dan hari itu pun tiba. Saya datang telat dan bingung cari kelas, haha. Meski sudah pada masuk, alhamdulillah tes belum dimulai :D.

Waktu itu saya masih terngiang-ngiang mengenai masa-masa ujian SNMPTN. Jangan-jangan ada nilai minus nih kalau salah, sangka saya. Gabungan antara saya yang peragu dan malas belajar (tidak persiapan sama sekali untuk TOEFL) membuat saya banyak mengosongkan lembar jawab. Daripada nilai saya minus, batin saya.

Dan hari pengumuman pun tiba. Saya tidak termasuk mahasiswa dengan nilai TOEFL 400 keatas! Payah banget. Jadi minder. Tetapi semester 2 ada Mata Kuliah Umum Bahasa Inggris. UAS Bahasa Inggris saya lalui tanpa persiapan yang serius. Saya heran, kenapa teman-teman yang TOEFL-nya 400 keatas pada kesulitan mengerjakan soal UAS. Itu kan cuma Bahasa Inggris dasar. Menurut saya soalnya super duper mudah. Dan saya pun mendapat nilai A di KHS saya, teman-teman pada mengeluh soal nilai mereka yang C kebawah. Jadi PD nih, haha.

Semester 4 saya bertemu mata kuliah Bahasa Inggris Bisnis. Dan lagi-lagi saya mendapat nilai A disaat nilai teman-teman terpuruk. Bahkan nilai akhir sekelas diumumin di papan, dan saya yang tertinggi! Yeay!! Bukan bahagia di atas penderitaan orang lain loh, Alhamdulillah aja gitu jadi tambah PD :D. Wkwkwkwk.

Sekitar akhir tahun 2011, antara September-November, saya lupa tepatnya. Ada TOEFL like lagi di UNY. Kali ini yang mengadakan UKM Bahasa Asing bekerja sama dengan ILP. Cuma 10rb doang. Lumayan buat pemanasan sebelum ikut TOEFL ITP. O iya, di tahun ini saya tertarik ikut program IELSP yang mensyaratkan skor TOEFL ITP.

Hari H datanglah saya ke FBS. Kali ini saya sudah tahu loh kalau di TOEFL tidak ada pengurangan nilai, haha. Meski tidak pernah ikut Les TOEFL sebelumnya saya cari tau dulu dong. Malu tau kalau seperti dulu! lembar jawab TOEFL kok banyak yang dikosongin! Orang kota masa tidak tahu menahu aturan TOEFL, hehe.

Setelah dua tahun lebih tidak pernah ujian pakai lembar jawab komputer ternyata pegel juga. Tidak cuma pegal sebenarnya, tapi juga pegel banget!! Sampai-sampai pengen keluar meski belum selesai menjawab dan waktu masih panjang. Akhirnya saya pun cepat-cepat menjawab dengan ilmu "kira-kira," haha. Pokoknya waktu ketemu soal dan tidak yakin dengan jawabannya, kira-kira sajalah jawaban yang kira-kira benar yang mana :P. Biar cepat bisa duduk tegak lagi dan punggungnya tidak pegal! :D Jadi, saat semua soal TOEFL sudah selesai saya jawab, rasanya senang! Meski khawatir dengan hasilnya, udah kurang persiapan, banyak ngawur, datang agak telat. Ahahah, biarinlah.

Pengumuman nilai TOEFL pun keluar! Ternyata gak jelek-jelek amat. Dapet 460, seenggaknya aman lah buat persyaratan ikut IELSP yang mengharuskan nilai minimal TOEFL 450. Lagi pula temanku si Elok Pawening dengan TOEFL Like 450 berhasil lolos pertukaran pelajar di Jepang. Don't be sad lah. #menghibur diri.

Deadline IELSP semakin dekat. Seperti biasa, penyakit lama, banyak yang belum saya persiapkan. Cari tempat TOEFL pun telat, telpon sana sini, jadwal paling cepet yang belum penuh di PPB UGM. Tanggal 17 November 2012. Hari itu jam 3 sore PPB UGM tutup. Kursi yang tersisa tinggal super sedikit. Menjelang jam 3 aku langsung cabut dari rumah. Sampai PPB UGM jam 3 lebih sedikit. Eh, ketemu mbak-mbak PPB UGM. Aku pun memelas untuk dapat mendaftar TOEFL. Karena deadline pengiriman berkas tanggal 18, meski skor TOEFL bisa menyusul tapi tanggal kapan TOEFL harus ditulis di blangko IELSP. Berarti setidaknya H-1 deadline kan? “Ini sebenarnya ada beberapa yang sudah daftar lewat telepon tapi belum bayar, nanti kalau ada bangku kosong saya hubungi, tapi tidak janji,” kurang lebih seperti itu si mbak menjawab permintaan saya yang memelas. Setelah itu jelas saya mengutuk diri saya, mengapa tadi tidak mendaftar dulu langsung lewat telepon. Huh, besok lagi lah kalau butuh TOEFL.

Jadwal TOEFL terdekat setelah tanggal 17 November adalah tanggal 18 November di ELTI. Karena ngebet banget pengen daftar IELSP tahun 2011. Saya pun menelpon dan mendaftar, tinggal satu kursi kata penerima telpon di seberang sana. Setelah ke kantor ELTI dan membayar, saya medapat handbook TOEFL ITP. Ada latihan soal dan penjelasan lengkap tentang TOEFL ITP.

Belajar dari TOEFL Like yang saya ikuti sebelumnya, saya rasa penting untuk membiasakan diri menghitamkan jawaban di lembar jawab. Biar lebih lincah dan tidak memakan waktu lama hanya untuk mengisi jawaban. Lebih baik kan waktunya dipakai untuk mikirin jawaban soal kan. Saya fotokopi contoh lembar jawab TOEFL ITP kemudian saya pakai untuk latihan menghitamkan pilihan jawaban di rumah.

Dari semenjak masa pendaftaran TOEFL ITP hingga TOEFL ITP ada kabar tidak sedap dari teman saya. Katanya syarat ikut IELSP itu melakukan TOEFL maksimal sebelum deadline alias tanggal 17 November. Waduh, nanti kalau ikut jangan-jangan belum-belum saya sudah tidak lolos secara administrasi, kan sayang banget tuh. Ikut nggak yaa... Galau. Tapi memang dari beberapa esai yang disyaratkan saya belum bikin semua (dalam bahasa Inggris), haha. Baru coret-coret aja dalam bahasa Indonesia. Hhhh... Deadline semakin dekat, tanggal 16 November saya pun akhirnya memutuskan untuk, yasudahlah tidak usah ikut saja, daripada ribet ngurus ini itu yang juga belum diurus (dasar ni anak!! --“). 

Lagipula saya juga lagi sakit daripada bertambah sakit, tahun besok aja ya ikutnya. Tapi nyesel udah daftar TOEFL ITP. Kalau gini kan saya bisa daftar tahun depan aja, udah persiapan buat TOEFL gak maksimal, menjelang TOEFL malah sakit. Hiks. Melayanglah 300rb saya. Padahal kalau tahun depan kan bisa tes di FEB UGM, karena lebih murah (27 US$, waktu itu jika dirupiahkan tidak sampai 250rb). Biasa, kalau sudah seperti ini nyesel, nyesel, dan nyesel.

Ba’da Magrib saya pun ke ELTI dengan kondisi sakit. Batuk dan pilek yang masih agak parah. Untung saya mendapat tempat duduk di pojok belakang, jadi tidak terlalu memalukanlah. Kalau batuk dan sentrap sentrup tidak akan ada yang peduli tengak tengok, hahah. Alhamdulilllah selama tes bagian listening saya tidak batuk-batuk. Alhamdulillah banget lah! Kalau tidak kan saya bisa disalahkan peserta lain yang satu ruangan saat itu, mana yang saya kenal ada dua orang lagi, bisa-bisa saya tidak diakui jadi teman.

Selesai listening saya batuk hebat gila! Dan payahnya saya tidak membawa tissu! Saya hanya bisa mengutuk diri sendiri. Meskipun saya harus berterimakasih kepada Allah SWT meskipun kondisi saya seperti ini lembar jawab saya tetap kering. Ingus saya beberapa kali hampir mengenai lembar jawab, tapi atas kuasa Allah SWT, saya selalu berhasil menyelamatkan lembar jawab saya dari bahaya itu, haha. Yah, sentrap sentrup batuk-batuk nggak jelas. 

Saya malu gila, tidak enak hati suara batuk saya pasti sudah mengganggu peserta lain. Sampai-sampai saya tidak tahu kalau masih ada satu lembar soal terakhir yang belum saya kerjakan. Saya tahu saat sudah keluar dari ruang ujian, teman saya membicarakan tentang soal terakhir. Apa?! Soalnya sampai nomor itu, kok tempat saya enggak ada ya?” Kata saya. “Brarti belum saya baca, saya kira soalnya sudah habis, padahal kan kalau pun nanti saya tidak tahu jawabannya kan saya bisa ngawur, hehe. Tapi ga apalah, orang gak sampai 5 soal juga dihalaman terakhir. Ga rugi-rugi amatlah. Yang rugi tu karena persiapan saya tidak maksimal dan saya sakit saat TOEFL ITP! Salah saya juga sih. Mengapa tidak mempersiapkan pendaftaran IELSP dan TOEFL ITP sejak lama.

Pengumuman pun tiba. Eh, ternyata tidak di tempel di papan pengumuman, hehe. Saya mendapat sebuah amplop dari ELTI. Tidak sabar, di parkiran saya sobek amplop dan saya intip skor saya. Yah, cuma 477. Tak apalah, seenggaknya bisa untuk daftar IELSP di tahun 2012. Sebenarnya sih kurang pede dengan TOEFL ITP segitu. Tapi daripada tes lagi, bayar lagi. Itu aja dah 300rb. Eh btw ternyata di tahun 2012 kemarin belum ada pengumuman pembukaan pendaftaran IELSP, sampai sekarang.

BAPAK

Saya adalah anak yang paling dekat dengan Bapak. Saya sering ngobrol dengan Bapak. Bapak banyak cerita mengenai masa mudanya. Bapak warga Samirono asli. Anak keempat dari 5 bersaudara. Orang tua Bapak dulu punya sawah dan buka usaha jasa angkut antar kota menggunakan kendaraan sapi dan gerobak. Mungkin ada bisnis yang lain. Tapi yang diceritakan Bapak baru itu atau mungkin hanya itu (seingatku).

Bapak ditinggal mati kedua orang tuanya sejak kecil. Bapak lahir diantara tahun 1938-1937. Untuk bisa sekolah, Bapak harus bekerja keras. Bapak berjualan es lilin, menjajakannya dengan berjalan kaki keliling Yogyakarta. Hingga berkilo-kilo jauhnya. Selulus SD Bapak bersekolah di SMP N 15 Yogyakarta. Sebuah SMP yang mirip SMK karena sudah ada penjurusannya.

Saat sudah dewasa Bapak sempat bekerja di Bengkel PJKA. Sebulannya gaji Bapak hanya Rp 100,00. Bapak tidak betah bekerja disana, selain gajinya sedikit, juga harus biasa berteman dengan gumuk[1]. Saat Pertamina membuka lowongan pekerjaan, Bapak pun mendaftar. Bapak diterima menjadi tukang tembak di pertambangan, di Aceh. Bapak ikut orang Prancis. Gaji dari Pertamina Rp 4.000,00 per bulan plus jatah beras (sepertinya selain beras juga ada, tapi saya lupa). Dari orang Prancis sendiri Bapak mendapat Rp 20.000,00. Diantar jemput pakai mobil. Sering diajak makan juga dengan orang Prancis tersebut. Sehingga jatah beras Bapak pun jarang dipakai oleh Bapak. Tukang masak dan tukang kebun yang sudah lama bekerja dengan orang Prancis tersebut pun billang, “Enak banget hidup kamu, sudah berangkat di jemput, pulang diantar, gaji besar, tidak seperti kami yang sudah kerja lama, tapi tidak seenak kamu.”

Suatu ketika Bapak dilanda sakit kepala yang amat sangat. Orang Prancis membawa Bapak ke dokter. Setelah minum obat hanya hilang panasnya. Kata Bapak rasanya sakit sekali. Bapak pun pergi ke dukun (don’t try at home yah! Syirik, hehe). Kata si dukun Bapak disantet. Mbah dukun bertanya pada Bapak: “Kamu pilih harta atau nyawa?” Otomatis Bapak pilih nyawa. Jika pilih nyawa, mbah dukun menyarankan Bapak pergi ke Polonia Medan. Disana banyak orang Jawa. Bapak pun meninggalkan pekerjaannya di Pertamina.

Bapak pergi ke Medan. Bapak beli tanah 1 hektar di Medan Dua dari gajinya selama di Pertamina. Tapi Bapak hidup di Polonia. Bapak punya orang tua angkat. Bapak sehari-hari membantu orang tua angkatnya yang sudah tua. Pekerjaan Bapak motjok-motjok alias serabutan.

Suatu ketika ada orang yang bilang ke Bapak: “Kamu kok pekerjaannya kayak gini, jadi kepala Pom Bensin aja, disana ada lowongan.” Bapak pun menjadi Kepala Pom Bensin. Pom Bensin ini mempunyai hutang Rp 2 juta, nilai yang sangat besar saat itu. Setahun memimpin 1 juta rupiah hutang sudah terbayar. Pemilik Pom Bensin senang. Tidak begitu dengan karyawannya. Kata Bapak banyak karyawan yang tidak suka pada Bapak. Selama Bapak memimpin mereka tidak bisa mencuri. Daripada dimusuhi karyawannya Bapak memilih keluar dan kembali bekerja serabutan. Meski si pemilik sangat menyayangkan keputusan Bapak.

Setelah kembali motjok-motjok, ada sepucuk surat datang untuk Bapak, dari Pak Dhe Pertama. “Punya tanah di Jogja kok ditinggal-tinggal,” kata Pak Dhe dalam suratnya. Tentu isi suratnya tidak hanya itu, tapi inti isi suratnya itu. Bapak diminta pulang ke Jogja. Bapak pun pulang ke Jogja. Akhir tahun 1970-an. Kira-kira tahun 1978. Bapak membeli tiket pesawat seharga Rp 35.000,00.

Sesampainya di Jogja Bapak sementara menumpang di rumah Pak Dhe Kedua sambil menunggu rumah Bapak selesai dibangun. Bapak membangun 2 rumah berdinding tembok dan satu rumah berdinding bambu. Dulu banyak anak kuliahan yang mau kost di kost-an berdinding bambu loh! Salah satunya bahkan hampir tiap Lebaran menyempatkan diri silaturahim ke rumah. Sekarang sudah sukses.
 
Lanjut ke cerita tentang Bapak.

Tahun 1981 Bapak menikah dengan Ibu. Saat itu umur asli Bapak antara 43-44 tahun. Sedang Ibu antara 23-24 tahun. Bapak dipertemukan dengan Ibu oleh Bu Dhe Kedua dari Ibu. Hamil pertama Ibu keguguran. Alhamdulillah hamil kedua hingga keempat semuanya berhasil lahir dengan normal dan tidak kurang suatu apa pun, hehe. Selama tahun 80an setelah menikah ibu saya hamil 3x sehingga lahirlah 2 kakak saya (Mbak Eka & Mbak Dini), perempuan semua. Sedangkan tahun 90an adalah tahun terakhir ibu saya hamil & melahirkan.

Mbak Dini ini sebenarnya anak kesayangan Bapak. Tapi semakin beranjak dewasa Mbak Dini semakin jauh dari Bapak. Mbak Dini jarang meluangkan waktu untuk ngobrol dengan Bapak. Mbak Dini satu-satunya anak Bapak yang sering diajak Bapak bersepeda dini hari berkeliling di kawasan Yogyakarta, memutari ring road, dsb. Hingga ke kawasan desa-desa. Itu waktu Mbak Dini masih kecil. Bapak juga merasa anaknya yang paling mirip dengannya adalah Mbak Dini. Saat Bapak sakit keras, Bapak sering kangen dengan Mbak Dini.

Saya iri saat Bapak bercerita bersepeda keliling Jogja hanya mengajak Mbak Dini. Saya juga ingin. Menikmati sensasi sepeda pagi-pagi sebelum subuh dengan jarak super jauh, pasti seru! :D. Januari 2005 akhirnya saya berhasil memaksa Bapak untuk bersepeda dini hari keliling Jogja. Tapi saya kecewa, Bapak hanya mengajak bersepeda sampai ring road utara dan balik ke selatan setelah sampai Jakal. Saya minta yang jauh lagi, kira-kira dulu hanya sampai Jakal km 8. Saya minta pindah jalur selatan. Hanya sampai wilayah dekat Gembiraloka. Tapi asyik juga dinihari naik sepeda lewat jalan layang lempuyangan. Kalau siang tidak mungkin saya melakukannya, hehe. Saat nanjak hingga sampai di puncak jalan layang rasanya cukup seru. Turunnya pun asyik. Meskipun pasti lebih asyik kalau rute bersepeda lebih jauh lagi, misalnya keliling ring road seperti yang pernah dilakukan Bapak dan Mbak Dini. Tapi kata Bapak, Bapak sudah tua, sudah tidak kuat lagi.

Percaya atau tidak, selama saya bersepeda bersama Bapak di dini hari tidak pernah merasa capek loh. Padahal saya naik sepeda sendiri (tidak membonceng). Kecuali waktu ke Jakal km 8. Berangkatnya agak keju, jadi kadang harus menyempatkan diri untuk berdiri sebentar agar keju-nya berkurang. Pagi dan siang memang berbeda. Kalau siang, bersepeda jarak 2 km dijalan yang agak nanjak saja sudah nyerah. Mungkin karena sudah banyak polusi. Kalau pagi kan masih segar udaranya :D. Sayangnya, aktivitas bersepeda dinihari bersama Bapak hanya berlangsung sampai saya SMA. Yah, kalau Bapak sudah tidak mau, bagaimana lagi. Alasannya klise: Bapak sudah tua.

O iya, saya belum bercerita mengenai mata pencaharian Bapak. Sepulang dari Sumatra Bapak usaha kecil-kecilan. Kost pasti. Sewa Becak, tapi tidak bertahan lama. Warung kelontong merupakan usaha yang paling bertahan lama, hingga saya SMA. Awalnya Bapak buka di Jalan Colombo. Kurang lebih kalau sekarang posisinya di barat daya Apotek (samping Futsal Colombo). Dulu apotek itu, toko mebel loh.

Bapak terpaksa berhenti buka warung di Jalan Colombo karena kiosnya kebakaran. Saya nyaris terpanggang saat itu. Kalau Ibu saya tidak mengambil saya ditengah kobaran api yang semakin besar. Alhamdulillah karena ditolong Ibu, saya selamat sentousa, sedikitpun tidak terkena api. Malah rambut Ibu yang sedikit terkena. Saat itu saya belum sekolah, masih sangat kecil.

Bapak pun kemudian buka kios di depan rumah dengan sebuah gerobak kecil. Dulu saya suka-suka saja. Tetapi seiring bertambahnya umur saya merasa gerobak bapak membuat teras rumah jadi kumuh. Begitu pula menurut kakak-kakak saya dan ibu saya. Saya dengan sok-tahu merasa, sepertinya usaha warung kelontong Bapak tidak menguntungkan, tapi malah menambah biaya. Pertengahan SMA, kami berhasil membujuk Bapak untuk berhenti jualan warung kelontong. Gerobak reot milik Bapak pun berhasil disingkirkan.

Umur bertambah umur. Bapak tetap menganggap saya anak kecil. Hingga suatu ketika ada satu kamar kost yang tidak bisa disewakan karena pintunya rusak. Astaga, kenapa saya baru tahu. Kamar itu pun selama berbulan-bulan tidak disewakan. Hanya karena pintu rusak!? Saya pun mengajukan usul pada Bapak untuk mengajukan bantuan pinjaman modal di sebuah LSM yang menawarkan pinjaman tanpa bunga. Biar saya yang ngurus, kata saya.

Berkali-kali ke LSM tersebut, hasilnya nol. Akhirnya Ibu meminjam uang di PKK, untuk memperbaiki kamar tersebut. Setelah selesai, saya ditugaskan mempromosikan kamar kost tersebut. Tidak berselang lama, 3 kamar kost lain ikut kosong. Karena total kamar kost ada 8 berarti 50% kamar kost kosong. Saya dipercaya Bapak mengelola 4 kamar kost tersebut. Sangat seru dan menegangkan! Saya renovasi 4 kamar kost tersebut dengan hutang. Saya jadi mandor. Sehari bisa bolak balik toko besi lebih dari 3 kali!

Selesai direnovasi, kamar kost, saya promosikan. Saya tempel iklan kost di sekitar kampus UNY. Saya juga promosi lewat facebook. Banyak yang tanya, lihat, tidak jadi. Kekurangan kost kami tidak menyediakan garasi, meskipun pekarangan untuk parkir cukup luas. Yah, tahun besok saya usahakan bisa punya garasi untuk kost. Karena tidak ada garasi, satu kamar kost untuk satu anak saya patok harga yang cukup murah, Rp 2 juta per tahun.

Hari berganti hari kamar kost tidak laku-laku juga. Deg deg an. Kalau sampai tidak laku, bagaimana saya harus bayar hutang? Dan ini 50% dari total kamar kost! Menyangkut hajat hidup keluarga saya! Bukan saya sendiri! Alhamdulillah, setelah 1,5 bulan dipromosikan, akhir Agustus dan awal September semua kamar kost laku.

Kabar gembira itu tidak seiring dengan kondisi kesehatan Bapak. Sejak H+3 Lebaran Bapak keluar masuk rumah sakit. Awalnya kata dokter ini hanya karena Bapak kurang makan. Akhir-akhir ini memang Bapak susah makan, hingga membuat kami pusing bagaimana membujuk agar Bapak mau makan. Menurut pengakuan Bapak sudah sebulan Bapak tidak nafsu makan. Hari berganti hari kesehatan Bapak makin melemah. Bapak semakin kurus, sangat kurus. Terakhir Bapak dirawat di RS Sardjito. Untuk makan harus lewat selang. Bapak terlihat lemah sekali. Pasti sakit sekali.

Hari Jum’at 5 Oktober 2012 dokter dan perawat memberitahukan bahwa kemungkinan sembuh Bapak lebih kecil dibanding kemungkinan kematian. Tinggal menunggu keajaiban jika ingin Bapak sembuh, yang harus saya dan keluarga lakukan adalah membimbing Bapak untuk mengucapkan dzikir-dzikir, kata perawat. Saat mendengarnya saya biasa saja. Saya tidak percaya. Saya beberapa kali membaca kisah seseorang yang menderita kanker dan divonis hidup tidak lama lagi ternyata umurnya masih lebih panjang dari itu. Saya tidak begitu percaya dengan vonis dokter tentang umur. Apalagi Bapak saya tidak menderita kanker.

Meskipun saya tidak percaya dengan perkataan dokter dan perawat, saya sering berdo’a. Terutama ketika saya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Berdo’a agar Allah SWT jangan mengambil Bapak dalam waktu dekat ini. Beri umur Bapak beberapa tahun lagi, harap saya. Saya ingin membahagiakan Bapak ketika saya sukses. Saya juga ingin ke Sumatra jalan-jalan dengan Bapak sambil mendengar cerita masa muda Bapak disana. Saya juga ingin pergi ke Danau Toba bersama Bapak. Saya ingin menghidupi Bapak dan Ibu serta memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Saya juga ingin menghajikan Bapak. Saya ingin Bapak tersenyum. Sejak sakit Bapak semakin parah Bapak tidak pernah tersenyum. “Ora isa (tidak bisa),” kata Bapak.

Tapi memang. Manusia boleh berencana, Allah SWT lah yang menentukan. Selasa 9 Oktober 2012 ba’da Maghrib, kata dokter Bapak telah menghembuskan nafas terakhirnya. Saya juga ada di rumah sakit saat itu. Saya tidak percaya. Saya terus berdo’a agar Bapak tidak diambil dalam waktu dekat ini. Kakak dan Ibu saya menangis. Saya terus berdo’a. Saya tidak percaya dengan dokter dan perawat. Saya terus berdo’a.

Mungkin amal dan perbuatan saya kurang, do’a saya tidak terkabul. Meski akhirnya saya menangis juga. Saya tetap belum percaya. Saya ikuti Bapak terus hingga ketika Bapak dimandikan dan dikafani di rumah sakit. Saat itu saya baru percaya bahwa Bapak memang sudah pergi. Bapak sudah pergi. Semua yang bernyawa pasti akan mati. Itu pasti. Tapi ini terasa begitu cepat. Saya tidak menyangka jika Bapak selama ini sakit keras. Saya menyesal. Padahal perawat sudah bilang kalau Bapak tidak boleh tidur dan harus ditemani 24 jam tanpa henti, tepat disampingnya sambil terus dibimbing dzikr. Tetapi ketika mengantuk atau bosan saya beberapa kali meninggalkan Bapak tidur di pojok kamar. Saya menyesal. Hari-hari terasa berbeda tanpa Bapak. Tapi itu semua memang sudah menjadi takdir dari Allah SWT. Siapapun akan mati, soal kapan, itu rahasia Allah SWT. Mati itu pasti, kaya itu tidak pasti.


[1] Gumuk=oli/minyak kotor yang berwarna hitam pekat.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...