FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Selasa, 20 Desember 2016

Tes Mimpi

Pernah tidak, ketika kita tidur dan bermimpi kita sadar kalau itu hanya mimpi dalam tidur. Sadar di dalam mimpi, mungkin tidak sih? Bukankah tidur itu kondisi ketika kita sedang tidak sadar. Umumnya kita baru sadar kalau kita tadi bermimpi ketika bangun tidur, ketika dalam kondisi sadar.

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/mcali/5927212958/
Kalau di televisi seringkali si artis mencubit dirinya sendiri untuk mengetes apakah yang sedang dia alami hanya mimpi atau kenyataan. Biasanya sih ketika mereka menghadapi kenyataan yang susah untuk dipercaya, "seperti mimpi" istilahnya. Mencubit diri sendiri untuk meyakinkan diri kalau itu merupakan kenyataan bukan hanya dalam mimpi. Seingat saya tidak pernah ada adegan dimana si artis ceritanya benar-benar berada di alam mimpi kemudian mencubit diri sendiri terus bangun.

Betul tidak sih, kalau kita sedang berada di alam mimpi kalau dicubit tidak merasa sakit. Berarti kalau di alam mimpi kita di pukul, dsb di alam mimpi tersebut kita jadi seperti orang kebal dong. Berarti kalau di alam mimpi kita semua bisa bikin pertunjukan jadi orang kebal, tidak sakit mau dicubit, dipukul, terkena pisau, dan lain-lain. Kalau kita bermimpi jadi tukang tinju, meskipun dalam mimpi kita kalah, kita berarti tidak bisa merasa sakit dan babak belur dong kalau dipukul dan dihantam lawan.

Sebenarnya betul tidak sih kalau sedang di alam mimpi kita tidak bakal merasa sakit kalau dicubit? Betul tidak sih kalau di alam mimpi kita selalu jadi manusia kebal dari rasa sakit yang diakibatkan oleh serangan fisik?

Sumber: https://www.flickr.com/photos/ganmed64/14511373503/
Entah kenapa saya pernah berada di alam mimpi dimana saya curiga kalau saya sedang bermimpi. Apakah itu berarti saya sadar kalau saya sedang bermimpi? Sepertinya sih tidak. Kecurigaan berada di alam mimpi saat bermimpi itu bisa ternyata. Bermimpi sedang sadar kalau sedang bermimpi, ya tiba-tiba saat nulis ini sekarang saya jadi menyimpulkan kalau saat itu saya tidak sadar dalam arti sadar sesungguhnya.

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/alexander_mueller_photolover/22457295216/
Bisa diibaratkan seperti past continuous tense kali ya. Sedang melakukan tapi di masa lampau. Bukan "sedang" dalam arti yang sesungguhnya (bukan "sedang" sekarang). Jadi ya sadar dalam arti mimpi sedang sadar, hehe. Bukan sadar dalam arti yang sesungguhnya. Bukan sadar bangun tidur. Kalau bangun tidur kan sudah keluar dari alam mimpi, hehe.

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/alexander_mueller_photolover/22457295216/
Nah, mimpinya itu saat itu saya sedang berada di sebuah lorong di kampus bersama teman-teman saya. Saat itu saya curiga kalau saya sedang berada di alam mimpi. Tidak ada kenyataan yang susah dipercaya saat itu. Cuma saya curiga aja kalau ini mimpi, lalu saya tanya teman saya, kurang lebih seperti ini: "Ini mimpi bukan sih?" Lalu teman saya menjawab kurang lebih: "Bukan," lalu teman saya itu mencubit saya dan saya merasa sakit di mimpi itu. Iya di alam mimpi itu saya merasa sakit.

Setelah dicubit di alam mimpi sama teman saya, saya tidak langsung bangun. Mimpi saya berlanjut, saya masih tetap tidur. Hingga ketika saya bangun, ternyata saya tidak merasa sakit seperti yang saya rasakan di alam mimpi. Tidak ada bekas cubitan teman saya juga. Ternyata ketika sedang bermimpi kalau dicubit ya kita tetap merasa sakit, tapi ya cuma sakit saat di alam mimpi, tidak terbawa sampai ke alam nyata, hehe. Mimpi ternyata tidak bisa membuat kita jadi manusia kebal dari rasa sakit akibat dilukai secara fisik. Rasa sakit ketika dicubit ternyata tidak bisa dijadikan alat tes apakah kita sedang berada di alam mimpi atau alam nyata.

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/arwen-abendstern/2142054908/

Saya mimpi curiga sedang berada di alam mimpi itu sudah lama, beberapa tahun yang lalu. Sudah ingin cerita tentang itu di blog dari dulu. Tapi baru kesampaian sekarang. Buat wawasan saja. Senang juga bisa cerita panjang lebar disini. Keinginan bercerita pengalaman ini jadi terlampiaskan, hehe. Terimakasih sudah membaca :)

Senin, 05 Desember 2016

Mentoring Bisnis

Anak-anak muda yang berniat menjadikan entrepreneur sebagai profesi biasanya ingin sekali punya mentor bisnis. Termasuk aku, sudah lama sekali ingin punya mentor. Dalam bayanganku punya mentor itu enak, ada masalah bisnis apa langsung punya tempat konsultasi yang kompeten.

Suatu ketika aku mendengarkan acara Kongkow Bisnis, Radio Geronimo. Tema yang sedang dibahas adalah mentoring bisnis. Aku sering dengar si A berhasil jadi mentee pengusaha B, dsb. Sudah dapat beberapa tips agar berhasil mendapatkan mentor bisnis. Tapi semua tidak ada yang tuntas membahas soal bagaimana caranya agar seorang mentee tidak membuat mentornya illfeel. Makanya di acara tsb aku request agar dibahas juga soal etika yang harus diketahui seorang mentee selama proses mentoring. Jawabannya adalah komitmen.

Pada acara itu disebutkan bahwa menjadi mentee itu bukanlah hal yang mudah. Acara itu dipandu oleh seorang penyiar radio dan pebisnis yang ketika itu pernah menjadi mentor bintang tamu. Si bintang tamu sempat kabur selama beberapa saat ketika mentoring karena tugas-tugas yang diberikan mentor, meskipun kemudian balik lagi. Ya, ternyata mentoring itu tidak seindah yang dibayangkan, ada tugas dan laporan. Menjaga komitmen bukanlah hal yang mudah.

Sumber: https://www.flickr.com/photos/stevendepolo/4498182031
Hingga akhirnya 2 hari setelah siaran radio itu aku resmi dapat mentor. Tugasnya memang gila-gila sih. Diantaranya sampai membuatku dipandang aneh sama orang-orang. Diolok orang-orang. Dirasani orang-orang. Orang-orang yang tidak dikenal untungnya, hehe.

Tugas-tugas lainnya tidak sepele juga, tapi efeknya ke aku kena banget sih. Salah satu yang paling aku syukuri ya tugas-tugas dari mentorku ini bikin aku bisa ikut wisuda akhir November kemarin. Tapi yang namanya perubahan ternyata ya memang butuh proses.

Mentoring ini belum selesai dan aku masih sering galau tidak jelas. Tapi sudah banyak efek positif yang aku bisa rasakan sendiri terkait perubahan-perubahanku. Aku akui memang banyak sekali yang harus aku perbaiki dari kepribadianku. Meskipun belum terlihat secara kasat mata oleh orang lain. Tapi perubahanku sudah aku rasakan dan nyata buatku.

Mentoring belum usai. Aku harap aku semakin bisa disiplin dan manfaat yang kuambil semakin kesini semakin maksimal. Karena aku masih sering galau tidak jelas sehingga berpengaruh pada pengerjaan tugas aku sempat bertanya, "Apa aku sebenarnya belum siap menjadi seorang mentee?" "Apa aku terlalu cepat mendapatkan mentor?" Tapi kemudian aku jawab, tidak.

Aku sudah mendapat banyak manfaat dan aku sudah merasakan perubahan-perubahan yang berarti buatku, salah satunya berhasil membuatku bisa ikut wisuda November 2016. Ya meskipun perubahan itu baru bisa aku rasakan dan tidak kasat mata oleh orang lain. Bukankah penilaian orang lain itu tidak penting? Jauh lebih penting penilaian Allah.

Penerapan bagaimana tidak mementingkan penilaian orang lain memang tidak mudah, padahal kalo sudah mikirin bagaimana penilaian orang lain itu riya ya. Ya begitulah, memang tidak mudah, salah satu cara untuk melatihnya yaitu dengan meletakkan rasa malu di tempat yang tepat. Jangan malu kelihatan miskin dsb. Tapi malu kalau suka nunda-nunda mengerjakan hal-hal yang harus segera dikerjakan. Malu kalau kurang bersungguh-sungguh dalam memperbaiki diri. Malu kalau sedikit-sedikit galau.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...