FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Rabu, 31 Desember 2008

tentang tulisan sebelum ini


Tulisan di bawah itu karyaku yang ketiga. Sebelumnya aku dua kali ikut lomba nulis. Dulu pas kelas satu nyoba ikut pertama kali dapet peringkat 15 dari sekitar 45 peserta SMA tingkat Yogyakarta. Di lomba yang kedua aku ga tau peringkat ke berapa, yang jelas ga masuk 10 besar :’D. Soalnya cuma diumumin yang 10 besar utk maju ke babak final.

Awalnya

Pertama kali guruku Bahasa Indonesia ngumumin kalo ada lomba menulis dengan tema persepsi remaja tentang produk Telkom, aku males banget ikut. Apalagi waktu itu guruku bilang kalo tu lomba tingkat nasional en hadiahnya gede banget (5 juta utk juara pertama), langsung mengkeret deh aku, pasti susah tuh menangnya, jadi pemberitahuan guruku waktu itu cuma tak anggap angin lalu, orang menang tingkat kota aja belum, mosok dah ikut lomba tingkat nasional

Beberapa waktu kemudian guruku ternyata malah mewajibkan semua siswa kelas XI buat ikut tuh lomba. Guruku yang satu ini memang terkenal suka ngasi tugas ikut lomba. Guruku nugasin kelompok, 1 kelompok 4 anak, maka muncullah kebiasaan teman-temanku, kalo ada tugas kelompok kayak gini yang ngerjain cuma salah satu dari anggota kelompok. Yaudahlah mending ditenani (diseriusin), karena syarat lombanya adalah tulisan merupakan karya individual maka ketika temen-temenku pada ga ada ide dan ga semangat ngerjain tugas aku justru semangat, okeh aku serius ikut lomba.

Proses Munculnya Ide
Ide-ku mengangkat flexi yang kurang diminati pelajar kota Yogyakarta bermula dari pengalaman pahitku (lebay..) selama menggunakan flexi. Ceritanya gini, sejak kelas X SMA aku ga cuma berteman dengan teman satu SMA tetapi aku juga sudah punya banyak teman dari berbagai SMA terutama SMA Negeri di lingkungan kota Yogyakarta, aku sering ikut acara antar SMA dan di akhir kelas X aku ikut menjadi panitia Silakbar (Silaturahmi Akbar) Farohis Jogja. Butuh pulsa ekstra untuk berhubungan dengan teman-temanku lewat hape, karena flexi hanya menawarkan harga murah untuk berhubungan dengan sesama flexi, padahal hampir ga da teman-temanku yang pake flexi, kalaupun ada biasanya punya ortunya atau nomor flexi rumah itu pun sangat sedikit (hufft). Temannya teman-temanku di SMA masing-masing pun juga sama juarang buanget (hampir ga ada) yang pake flexi.

Proses Penyelesaian Tulisan
Dalam proses penyelesaiannya aku konsultasi ma temenku yang sudah berpengalaman membuat tulisan, dua anak UNY (mbak Titis n mbak Eni) dan Ketua FLP Yogyakarta (mbak Iwul), aku bikin, trus minta mereka ngomentari karyaku. Pede-ku bertambah buanyak ketika tulisanku tak suruh baca mbak Iwul, katanya tulisanku udah bagus, hanya masih banyak salah ketik. Kalo mbak Titis waktu itu komentar aku harusnya punya bukti (misal hasil survei) kalo pelajar Yogyakarta emang bener-bener ga minat ma flexi. So, aku perbaiki tulisanku dan buat angket, trus disebarin.

Dalam penyebaran angket, dari empat anggota kelompokku hanya satu anak saat itu yang mau mbantuin aku, namanya Massaria. Proses penyebaran angket dan pengisian angket oleh responden tidaklah berjalan mulus. Ada beberapa angket yang tidak laik dipakai menjadi sumber data karena pengisian yang kurang tepat. Aku pun pake 25 angket yang laik. Hasilnya terbukti kalo hanya sedikit pelajar yang pakai flexi

Selama penyebaran angket aku minta do’a sama para responden biar aku menang, targetku juara kataku. Meski sebelum diwajibkan aku sempat minder, tapi setelah diwajibkan dan aku punya ide yang menurutku lumayan apalagi dinilai bagus oleh mbak Iwul yang ketua FLP Jogja aku jadi pede abis.

Pengumuman

Sepulang dari nginep semalam di pondok tempat kakak alumniku (Mbak Fifi) nyantri, aku dikasi tau Ibu-ku kalo kemarin sore si Dita (temenku SMA) datang ngasi kabar kalau karya aku ma dia masuk final 4 besar, dia tau dari e-mail panitia yang dikirim panitia. Spontan aku senang biyanget waktu itu. Pokoke senang biyanget lah, tingkat nasional bo, hadiahnya pun gede. Aku juga ngecek e-mailku yang tak pakai buat ngirimin karyaku, ternyata disana juga ada e-mail dari panitia (Pak Hikmat) yang menyatakan bahaw dari SMA 9 ada 2 karya yang lolos final, karyaku ma karya Dita.
Menuju presentasi 4 besar aku coba latihan sendiri ga jelas dan ga efisien, geje abis, ga tek guno hihi... . Pengen latian di depan temen-temen tapi ga kelaksana-kelaksana juga. Tapi aku emang sempet disuruh presentasi di depan kelas, dasare aku ga pinter ngomong, ya jelek lah hasile, dasare aku nervous-an

Dan, hari “H” final aku dan Dita berseragam lengkap pakai jas almamater SMA, boncengan ke kantor Telkom Yogyakarta, disana aku ma Dita di bawa kalo ga salah ke lantai dua apa tiga ya lupalah yang jelas ga di lantai satu, di suatu tempat semacam tempat rapat. Ditemani sekitar dua orang dari Telkom aku ma Dita presentasi di Jogja melalui telekonferens, jurinya ada di Bandung. Kami ga liat wajah jurinya, hanya dengar suaranya, kami pun presentsinya sambil duduk. Aku merasa beruntung saat itu karena yang disuruh presentasi pertama kali si Dita, aku pun di suruh keluar nunggu dulu. Di luar ada snack, aku di persilakan untuk mencicipi, tapi aku malah deg deg an. Tibalah saatnya presentasi, meskipun ga terbata-bata tapi suara di Bandung terdengar gemeteran. Habis itu aku di puji-puji ma bapak karyawan Telkom yang nemenin aku ma Dita, wah aku jadi yakin menang nih. Kami sih berharap juara semua, sehingga bisa pergi ke Bandung berdua.

Menunggu waktu pengumuman aku dan Dita ga sabar. Hari “H” pengumuman yang dijanjikan tidak ditepati panitia. Telat satu hari panita baru mengumumkan hasilnya, karena ga sabar, kami pun minta tolong Pak Guru Pkn yang saat itu membawa laptop ke kelas untuk menonton pengumuman, tapi si bapak tidak mau, hanya mau kalo beliau sudah berada di ruang guru, sesampainya di ruang guru kami pun melihat hasilnya. Membuncah rasanya, pas aku liat kalo aku juara I, gila!!! sedangkan si Dita Juara III!!! Kami jadi ke Bandung berdua!!!. Spontan guru-guru di sekolahku jadi heboh. Berita kemenanganku otomatis cepat tersebar di seantero sekolah khususnya siswa kelas XI

Beberapa hari berikutnya, kami harus ke Bandung bersama bapak guru bahasa Indonesia. Perjalanan menuju Bandung kami tempuh menggunakan travel. Sesampainya disana kami bertiga sudah disediakan 2 kamar hotel, satu untuk bapak guru, satu untuk aku dan Dita. Saat makan pagi di Hotel Topaz kami juga melihat mbak Meutia Hafidz yang juga sedang sarapan, siangnya dia akan menjadi moderator dalam salah satu rangkaian acara silaturahmi karyawan BUMN. Penyerahan hadiah untuk kami juga pada acara yang sama, tetapi penyerahan hadiah tersebut berada di awal acara. Sebelumnya kami sempat diwawancarai oleh koran harian lokal setempat mengenai kemenangan kami, hihihi.. baru kali ini aku diwawancarai koran. Si bapak guru bahasa Indonesia pun berperan sebagai tukang potret sampai-sampai kami lupa memotret si bapak saat menggantikan pak kepala sekolah menerima penghargaan dari Sekar Telkom (untuk SMA 9 sebagai Juara Umum).

Flexi Kurang Diminati Pelajar SMA/sederajat Kota Jogja


TELKOM merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap yang terbesar di Indonesia. Produk TELKOM pun bermacam-macam, seperti Flexi, TELKOM SLI, Speddy, dll. Dalam essai ini saya akan membahas salah satu produk unggulan Telkom yang cukup populer, yaitu Flexi. Pada perkembangannya Flexi telah ikut bersaing bersama operator-operator kartu selular lain untuk memperebutkan minat para konsumen. Flexi menawarkan tarif yang cukup murah, Rp 49,00 panggilan per menit, Rp 75,00 per sms untuk sesama operator serta bonus pulsa tiap isi ulang sebanyak 100%. Sayangnya, Flexi tidak menawarkan tarif murah ke operator lain. Kekurangan Flexi yang lain ialah keharusan mengcombo nomor tiap keluar kota dan sinyalnya yang kurang kuat. Beberapa pengguna Flexi di sekitar saya terkadang mengeluhkan telepon terkadang putus-putus, suara tidak jelas, telepon terkadang mati sendiri, dan susah dihubungi.

Di luar kelebihan serta kekurangan Flexi, banyak masyarakat yang menggunakannya baik sebagai satu-satunya nomor yang bisa dihubungi atau menjadi nomor kedua di samping nomor dari handphone GSM yang sudah dimilikinya. Dari banyaknya pengguna Flexi, teman-teman saya sesama pelajar SMA di Jogja sangat jarang yang menggunakan Flexi. Fakta tersebut tidak hanya saya temukan pada teman-teman satu sekolah namun juga teman saya dari sekolah lain karena kebetulan saya aktif dalam organisasi antar SMA di Kota Jogja.

Ketidakpuasan, mendorong saya untuk mencoba menyebar angket ke beberapa pelajar SMA/sederajat di Jogja dengan pertanyaan yang lebih kompleks. Hasil dari angket yang saya sebar membuktikan bahwa Flexi kurang diminati pelajar SMA/sederajat di Kota Jogja. Semua pengisi angket menyatakan bahwa pengguna Flexi di sekolah mereka tidaklah banyak. Sedangkan alasan mereka (pengisi angket) yang tidak menggunakan Flexi bermacam-macam, yang paling banyak ialah karena sedikit dari teman mereka yang menggunakan Flexi dan pulsanya kurang murah, alasan lainnya karena sudah nyaman dengan kartu operator selular selain Flexi, serta malas ganti handphone.

Memperhatikan 2 alasan terbanyak yang dikemukakan pengisi angket, sebenarnya ada hubungan diantara kedua alasan tersebut. Pelajar dapat mengatakan bahwa pulsa Flexi kurang murah dapat disebabkan karena nomor kontak teman-teman mereka bukanlah Flexi, sehingga pulsa yang berlaku tetap standar. Sebenarnya jika dibandingkan operator lain pulsa Flexi dapat dikatakan murah. Tidak ada operator yang menawarkan biaya telepon dibawah Rp 49,00 per menit, mulai menit pertama, kapan saja serta ke telepon rumah sekalipun tarif murah tetap berlaku. Meskipun biaya sms Flexi sebesar Rp 75,00 tidak bisa disebut yang paling murah namun cukup murah jika dibandingkan tarif normal yang biasanya berlaku yaitu, Rp 350,00 per sms. Lagi-lagi, tarif murah tersebut tidak ada artinya jika nomor yang sering dihubungi bukanlah Flexi.

Pelajar SMA/sederajat sebenarnya dapat dijadikan sasaran yang tepat bagi pemasaran produk Flexi. Telepon selular tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya dimiliki orang-orang tertentu saja, namun sekarang bagi pelajar benda itu menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Mereka tidak dapat selamanya memanfaatkan telepon rumah, karena beban kurikulum mengharuskan beberapa pelajar menambah jam belajar dengan cara mengikuti lembaga bimbingan belajar. Apalagi pelajar yang aktif di organisasi dalam dan luar sekolah, alat komunikasi portable menjadi benda yang wajib dipunyai.

Inilah tantangan bagi Flexi apakah mampu bersaing di antara operator-operator kartu selular lain untuk menguasai pasar pelajar SMA/sederajat Kota Jogja. Apakah Flexi mampu mengganti handphone GSM para pelajar menjadi handphone CDMA dengan kartu selular Flexi. Pada angket yang saya sebarkan ada pelajar yang menganggap Flexi jadul atau kuno, karena yang menggunakannya kebanyakan orang tua hanya sedikit sekali pelajar yang menggunakannya. Oleh karena itu Flexi perlu memberi perhatian lebih pada pelajar. Flexi dapat meluncurkan program-program khusus pelajar sebagai berikut:

Pertama, Flexi dapat meluncurkan program “Pelajar Agen Flexi”. Program ini memanfaatkan semangat untuk mencoba hal-hal baru yang dimiliki para pelajar usia SMA, termasuk mencoba berbisnis. Sistemnya sendiri seperti MLM, bagi pelajar yang mampu mengajak temannya sesama pelajar untuk menjadi pelanggan Flexi ia berhak mendapatkan bonus. Semakin banyak ia berhasil mengajak teman menjadi pelanggan Flexi, semakin banyak serta tinggi pula bonus yang akan diperoleh. Promosi ini dirasa lebih efektif untuk pasar pelajar daripada iklan secara besar-besaran di media elektronik maupun non elektronik. Karena bagi pelajar teman mempunyai pengaruh yang sangat besar. Namun saya juga tidak mengesampingkan fungsi iklan, sehingga program “Pelajar Agen Flexi” jalan, iklan juga jalan.

Dengan ini Flexi sebagai sebuah perusahaan milik bangsa Indonesia sudah membantu berkurangnya pengangguran di masa depan. Hal ini disebabkan karena pelajar sudah melatih jiwa kewirausahaannya sejak dini sehingga mampu menjadi sosok tangguh calon pengusaha sukses Indonesia.

Kedua, program yang saya usulkan yaitu “Tarif Khusus Pelajar Aktivis.” Pemberlakuan tarif khusus sangat berpeluang untuk menarik simpati pelajar, karena selama ini belum ada kartu operator selular yang memberlakukan tarif khusus pelajar. Sistemnya sebagai berikut: organisasi pelajar yang bersangkutan mengajukan permohonan pemberlakuan tarif khusus pengurusnya yang merupakan pelanggan Flexi, Flexi memeberikan batas minimal jumlah pengguna pelanggan Flexi di organisasi tersebut. Sehingga Flexi untung, pelajar senang.

Pengkhususan untuk para pelajar yang aktif di organisasi diharapkan mampu membuka pemikiran pelajar yang hanya memikirkan pelajaran di sekolah tanpa mau peduli dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka kurang peka dan kreatif. Selain itu, pelajar yang aktif berorganisasi lebih terbiasa menghadapi berbagai macam masalah yang harus diselesaikan, sehingga membantu mereka untuk lebih dewasa dan tidak cengeng. Program ini menawarkan 2 keuntungan sekaligus, yaitu peningkatan mutu SDM Indonesia, serta bertambahnya pelanggan Flexi dari kalangan pelajar.

Ketiga, Flexi hendaknya selalu siap sedia untuk menjadi sponsor kegiatan-kegiatan positif dari, oleh, dan untuk pelajar. Program ini jelas sangat bisa menarik simpati para pelajar aktivis suatu organisasi. Dalam mengadakan kegiatan-kegiatan positif para pelajar aktivis ini seringkali menemui kesulitan dalam mencari sponsor. Apabila Flexi bersedia menjadi perusahaan terdepan yang selalu siap menjadi sponsor bagi kegiatan mereka tentu Flexi dapat mengisi tempat khusus di hati mereka. Penyelenggaraan program ini juga dapat mengurangi kegiatan-kegiatan negatif pelajar, seperti tawuran.

Keempat, program yang dapat diluncurkan Flexi ialah “Open House.” Flexi dapat menyelenggarakan “Open House” untuk lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah. Dalam “Open House” ini Flexi dapat menerangkan bagaimana operator melayani pelanggan, serta kerja pabrik pulsa Flexi.

Program ini selain dapat menarik simpati pelajar juga dapat menarik simpati lembaga-lembaga pendidikan. “Open House” Flexi dapat menjawab keingintahuan pelajar yang haus akan informasi iptek.

Kelima, secara berkala (misalnya sebulan sekali, setahun sekali, dst), Flexi dapat menyelenggarakan forum terbuka antara pelajar dan pihak pengelola Flexi. Flexi akan menjawab secara langsung keluhan-keluhan pelajar terhadap pelayanan Flexi. Forum terbuka akan terasa lebih memuaskan karena langsung bertatap muka, tidak sekedar lewat pesan atau telepon.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, Flexi sebaiknya memberi perhatian lebih terhadap pelajar, karena selama ini Flexi kurang diminati para pelajar SMA/sederajat Kota Jogja.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...