FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Jumat, 21 Februari 2020

Riset Jodoh

Ada sebagian orang yang bisa mantap menikah dengan seseorang tanpa riset memadai ada yang melakukan riset terlebih dahulu. Contoh yang tanpa riset misal lihat akun IG dengan foto profil cantik langsung ngelamar. Padahal klonengan wkwkkw. Kan banyak ya orang bikin akun IG dg foto cantik2 tapi admin dibelakangnya cowok, fotonya asal nyomot di internet. Pas followernya dah banyak ganti jadi akun olshop atau apalah. Atau bisa malah buat nipu orang kayak yg dilakukan seorang ibu-ibu TKI Taiwan yang ngompasi mas-mas TKI Korea, bikin akun facebook pakai foto mbak-mbak MUA yang wajahnya mirip artis korea.

Ada yang baru ketemu langsung ngajak nikah, katanya fallin in love at first sigh. Sebagian lagi memilih melakukan riset dulu. Ada yang lewat pacaran ada yang lewat taarufan. Bedanya pacaran sama taarufan apa sih? Bedanya, dalam sebuah hubungan pacaran minimal salah satu ada yang jatuh cinta dulu. Ada yang ingin memiliki dulu. Ada yang ngarep dulu. Lalu kalau satunya belum cinta ya dia punya kewajiban untuk menumbuhkan cinta ke lawan pacarannya. Jadi sudah ada ngarep dulu. Kalau terjadi putus hubungan pasti menyisakan luka dalam hati yang bisa bikin gagal move on.

Nah kalau taarufan versi aku sih riset jodoh tanpa rasa cinta. Jadi justru adanya rasa cinta diantara dua orang yang sedang taaruf itu sesuatu yang dihindari. Kalau api asmaranya mulai muncul ya harus segera dipadamkan hehe. Jadi tidak boleh ada kata ngarep dalam taaruf.

Fokus taaruf adalah mencari tahu kecocokan antara dua orang yang sudah siap menikah. Apakah mereka siap membangun rumah tangga berdua dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh mereka. Bagaimana pandangan masing-masing tentang kehidupan, pendidikan anak, pengelolaan keuangan, sifat-sifat iyuh masing-masing, segala preferensi yang sekiranya bisa menimbulkan masalah dalam rumah tangga benar-benar diobrolkan sekira-nya bakal jadi masalah besar atau tidak nanti ketika menikah.

Hal-hal sepele seperti bau badan, dll menurut aku juga perlu dibicarakan kalau memang salah satu pihak merupakan seseorang yang cukup sensitif dengan bau badan. Ekspektasi masing-masing dalam hubungan berumah tangga juga wajib dibicarakan. Apakah cocok. Apakah ada yang harus mengalah. Toleransi pada beberapa kekurangan pasangan menurut aku wajib juga sih karena gimana pun manusia kan gak ada yang sempurna. Apakah masing-masing siap menoleransi beberapa sisi dari pasangan yang mungkin bakal susah berubah atau tidak mungkin berubah.

Intinya fokus riset doang tanpa rasa sih kalau taaruf. Secara berlaka dievaluasi apakah sebaiknya proses taaruf terus berlanjut hingga akhirnya mendaftarkan pernikahan di KUA atau cukup dan tidak bisa lanjut karena ada ketidakcocokan yang tidak bisa ditoleransi. Misal mempunyai pandangan yang berbeda terkait pendidikan anak serta pengelolaan kekuangan dan tidak dicapai kata sepakat, atau alasan lain.

Jadi ya enteng aja sih kalau taaruf mau mulai ngajakin taaruf maupun mengakhiri taaruf. Gak ada drama-drama yang merasa sudah dibaperin eh terus ditinggalin. Gak ada cerita-cerita gagal move on karena banyak kenangan-kenangan indah selama pacaran/pdkt. Karena memang gak ada cinta-cintaan dalam taaruf. Gak ada sayang-sayangan. Kalau ngobrol ya fokus mencari tahu kecocokan keduanya dalam membangun rumah tangga. Gak ada bersenang-senang doang. Karena intinya fokus riset. Gak ada yang ngarep buat segera memiliki.

Jadi taaruf bisa diakhiri tanap berakhir menjadi sebuah permusuhan. Kan kalau pacaran putus biasanya terus pada musuhan. Ketika taaruf berakhir tetap bisa berteman baik. Tidak ada yang merasa tersakiti. Misal tahun 2019 si A taaruf dengan X, Y, dan Z. Awal tahun dia taaruf dengan X, tengah tahun dengan Y, akhir tahun dengan Z. Kenapa 3x? Karena diawal tahun tidak dicapai kata sepakat dengan X begitu pula dengan Y dan Z setelahnya. Lalu pada awal 2020 si A pengen taaruf lagi dengan X eh ternyata diawal tahun 2020 dicapai kata sepakat setelah A dan X mempertinggi toleransi atau berubah pikiran terus mereka berjodoh dan membangun rumah tangga. Bisa jadi loh bisa jadi.

Kalau saya sih pengennya ya sekali taaruf langsung jadi males taaruf berkali-kali pasti capek banget. Ya harus siap berdiskusi yang bisa jadi alot bisa jadi enteng karena eh ternyata lawan taaruf saya tidak mempunyai banyak perbedaan pandangan dengan saya dan kami bisa menoleransi kekurangan kepribadian masing-masing. Kalau taaruf harus siap terbuka dalam mengutarakan sesuatu sih jangan ada yang dipendam kalau ada yang mau disampaikan kalau memang bisa memicu masalah besar di kemudian hari ketika sudah berumah tangga.

Intinya nantinya kalau dicapai kata sepakat masing-masing harus sudah benar-benar ikhlas dengan kesepakatan tsb. Tidak ada yang terpaksa atau yaudah bilang iya aja biar gak ribut. Kan mending diskusi alot waktu taaruf daripada ribut pas sudah berumah tangga. Meskipun konflik dalam rumah tangga sesuatu yang susah dihindari dan wajar kalau terjadi.

Kamis, 20 Februari 2020

Faedah dari Pembuatan Kriteria

Awalnya sih saya hanya sekedar iseng bikin kriteria jodoh seperti yang sudah saya tulis di https://fenitriutami.blogspot.com/2019/09/pamer-tipe.html. Gara-gara di usia saat ini bahasan jodoh itu sesuatu yang lazim untuk dijadikan bahan obrolan saya pun yaudah sih coba mikir kriteria jodoh seperti apa sih yang kira-kira saya inginkan. Saya pun membuatnya dan efeknya luar biasa. Banyak dampak positif yang saya rasakan.

Photo by Jacqueline Kelly on Unsplash
Kebetulan tidak lama setelah itu mentor saya posting tentang pentingnya membuat mimpi yang spesifik. Misal ingin punya kendaraan, harus spesifik kendaraannya seperti apa. Apakah untuk jodoh juga seperti itu? Jadi nggak let it flow aja. Kalau cewek kan biasanya yaudah sih nanti yang deketin siapa. Kalau gak jelek-jelek amat mau nikah yaudah diiyain aja mumpung ada yang serius. Eh iya gak sih. Suka denger kayak gitu soalnya, hehe. Alasannya mumpung ada yang serius. Kok kayak gimana yaaaa......

Kalau jodoh sih saya pribadi lebih ke saya pribadinya kayak gimana kira-kira cocok sama laki-laki dengan kepribadian seperti apa. Demi kemajuan bersama nantinya. Intinya cari yang saling melengkapi lah. Bisa menuntun saya menjadi pribadi seperti yang saya inginkan. Jadi ya saya lebih cari ke seseorang dengan pribadi yang saya dambakan agar saya bisa menjadi seperti dia. Tidak bikin saya bergantung sama dia. Sama-sama gak bergantunglah. Siap saling menambal saat dibutuhkan. Siap saling memberdayakan. Serta sekiranya bisa saling berusaha menyuburkan perasaan cinta masing-masing.

Efeknya adalah pertahanan hati saya semakin kuat. Tameng baper saya semakin kuat. Jadi gak adalah jatuh cinta asal. Apalagi fallin in love at first sigh. Kok rawan banget ya. Untuk seumur hidup kok milihnya cuma karena fallin in love at first sigh. Setiap saya melihat kelebihan seseorang pasti ada beberapa hal yang saya tidak sukai dari orang tsb meskipun belum kelihatan. Jadi tidak yang langsung "Ya Allah, awesome banget sih orang, itu, jadi pengen dinikahin." Wkwkwk kok gimana yaaa....

Kalau ketemu orang yg sesuai kriteria, ya saya gak jamin pertahanan anti baper saya runtuh sih. Tapi seenggaknya saya tahu, sesempurna apapun dia dalam memenuhi kriteria saya, tetap ada sisi yang belum saya tahu yang mana kalau nanti nikah dan tahu bisa jadi saya ilfeel. Ya, kalau udah nikah sih sebisa mungkin jangan ilfeel. Harus siap sama kekurangan pasangan yang kita gak suka kan. Harus belajar sabar, haha. Yamaugamau pasti adalah sisi pasangan yg kita gak suka siapapun pasangan kita nanti sabar itu harus siap.

Btw kriteria saya susah banget. Sejauh mata memandang gak ada jomblo disekitar saya yang memenuhi. So, saya siap buka hati aja sih sama siapapun yang acceptable enough buat saya buat taarufan. Tapi saya bukan tipe orang yang mau taarufan sama siapa saja asal.

Kalau belum cukup familiar ya perlu berteman dulu. Saya juga lihat-lihat dulu sih untuk berteman haha. Lihat-lihat orangnya dulu juga. Bukannya pilih-pilih cuma kalau sama yang fokus cari jodoh lihat dulu kemungkinan jadinya besar atau gak kalau gak ya mending gausah. Kan tujuan temenannya buat cari jodoh.

Baru kalau acceptable enough buat berteman ada chance buat taarufan. So, saya lebih terbuka sama mereka yang lebih familiar sih atau ada beberapa interaksi sebelumnya dan orangnya acceptable enough. Kayak gimana sih acceptable enough itu? Susah dijelaskan dengan kata-kata, ya asal hati saya bilang acceptable enough aja, hehe. Ya setiap orang kan punya preferensi. Wanita cuma punya slot satu. Jadi subjektif itu perlu. Jangan paksa wanita buat objektif.

Kek apa aja. Kek banyak yang mau aja. Padahal sampai sekarang belum pernah ada yg deketin haha. Temen aja belum pernah ada yg ngajakin taarufan.

Oh iya, kelebihan lain dari bikin kriteria adalah kita tau jelas orang seperti apa yang kita mau. Jadi usaha yang kita lakukan juga bisa lebih terarah. Kita bisa ikut komunitas atau apalah yang mana kemungkinan disana ada banyak orang yang sesuai kriteria kita. Saya sih gak segitunya. Ikut komunitas karena saya menemukan teman-teman dengan sudut pandang yang tidak berbeda jauh dengan saya, jadi gampang nyambung. Mempunyai minat yang sama dan mempunyai visi misi yang sesuai dengan visi misi hidup saya.

Asmara Penghambat Jodoh

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya di https://fenitriutami.blogspot.com/2019/08/jatuh-cinta.html, saya tipe orang yang lebih memilih membentengi hati dari perasaan cinta dalam konteks asmara ya. Bukan cinta dalam arti luas seperti cinta kepada alam semesta, orang tua, dll. Salah satu alasan kuatnya adalah karena asmara itu justru bisa menghambat jodoh.

Photo by Siora Photography on Unsplash
Saya memiliki definisi asmara yang berbeda untuk sebelum dan sesudah pernikahan. Asmara sebelum pernikahan adalah rasa yakin untuk bisa hidup serumah bersama selamanya bahagia dengan seseorang. Asmara setelah pernikahan adalah sebuah perasaan yang harus mulai dipupuk sejak ada kata sah secara agama dan negara dibuktikan dengan adanya buku nikah yang sah.

Asmara sebelum pernikahan bisa jadi sebuah penghambat jodoh karena saat jatuh cinta kita auto memakai kaca mata kuda. Yakin banget hidup lebih terasa bahagia kalau menikah dengan dia serta hidup lebih sengsara kalau kita tidak menikah dengan dia. Padahal sebagai manusia indra kita terbatas. Banyak misteri di masa depan. Bisa jadi loh bisa jadi orang yang saat ini kita ingin bersama selamanya beberapa bulan atau tahun lagi kalau sudah hidup bersama malah ingin pisah selamanya.

Masa depan itu misteri kok. Toh orang yg menikah pun akan selalu mendapatkan kejutan-kejutan. Maksudnya mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak dibayangkan ada pada diri pasangan. Hal-hal yang bikin ilfeel. Hal-hal yang bikin emosi. Bentrok-bentrok itu hal yang susah untuk dihindari. Tidak ada manusia yang sempurna.

Tidak ada metode yang bisa membaca masa depan pernikahan 100% akurat. Tidak ada yang menjamin pernikahan akan berjalan mulus. Tidak ada yang menjamin kita akan bahagia jika menikah dengan seseorang yang sesuai kriteria kita pun sesempurna apapun dia memenuhi kriteria kita.

So, jadi saya yang misal eh nemu teman yang sesuai kriteria, tapi kok dia ternyata udah nikah, yaudah gpp. Bisa jadi sama yang tidak sesuai kriteria saya malah cocok ya bisa jadi kan. Saya juga manusia, kriteria yang saya buat untuk diri saya belum tentu 100% pas dengan diri saya juga. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Jadi manusia gausah kekeuh lah. Kayak yang "aku jatuh cinta sama dia, aku harus nikah sama dia." Ya nggak juga, belum tentu nikah dengan orang yang kita jatuh cinta padanya sekarang bahagia loh. Banyak sisi dia yang belum kita ketahui, yang memang tidak akan kita ketahui kecuali dengan menikah dengannya mau riset kayak apapun. Setelah menikah bisa jadi ada sisi yang buat kita duh nggak banget lalu gak cinta lalu pengen pisah. Bisa jadi. Manusia indranya terbatas. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Saya memandang pernikahan juga merupakan proses perkenalan proses saling memahami proses adaptasi yang berkelanjutan. Akan selalu ada kejutan-kejutan dalam pernikahan. So, saya lebih memilih untuk nantinya menikah dengan seseorang yang pertama, menurut saya, saya bisa berusaha menumbuhkan cinta secara berkelanjutan dengannya seumur hidup saya. Kedua, saya siap dengan berbagai kekurangannya, hal-hal yang sebenarnya saya kurang suka namun saya bisa menoleransi hal itu. Kalau kata guru saya kita harus siap menerima kekurangan pasangan, anggap kelebihannya sebagai bonus. Jadi fokus ke kekurangan pasangan untuk bisa diterima sambil berusaha diperbaiki bermasa-masa jika memungkinkan. Bukan fokus ke kelebihannya. Biar bisa lebih bahagia dan tidak berekspektasi terlalu tinggi. Ekspektasi itu bahaya. Apalagi berekspektasi pada manusia.

Coba kalau saya jatuh cinta dengan seseorang lalu tidak jodoh. Itu bisa menjadi hal yang cukup sulit. Move on itu tidak mudah. Padahal orang yang saya jatuh cintai itu belum tentu cocok juga kalau berumah tangga dengan saya. Saya boleh yakin tapi indra saya kan terbatas, saya boleh berpendapat menurut logika dan apalah apalah saya akan bahagia jika hidup bersama dia selamanya. Tapi kan saya manusia. Indra saya terbatas. Pendapat saya lemah. Misteri di depan sana itu sungguh banyak. Kalau gak jodoh ya gak jodoh aja. Simpel. Berserah ajalah sama Tuhan.

Oke, kenapa asmara bisa menghambat jodoh? Ada dua alasan menurut saya. Pertama, asmara bikin seseorang jadi gagal move on. Maunya cuma sama dia eh dianya belum tentu. Udah pacaran lama eh gak jadi nikah. Udah cinta banget eh gak jodoh. Berpotensi membuat seseorang menjadi galon alias gagal move on! Susah deh buka hati buat orang baru yang bisa jadi malah lebih cocok loh berumah tangga sama dia daripada berumahtangga sama orang yang dia cintai setengah mati.

Inilah salah satu alasan kuat saya kenapa saya anti pacaran-pacaran club. Menutup hati kepada banyak orang hanya untuk seseorang yang belum tentu cocok saya saya? Kan males. Pacaran buat senang-senang aja? Buat apa nanti kalau cintanya semakin dalam seiring waktu terus gak jodoh yang ada tetep aja bisa jadi galon. Pacaran buat cari jodoh? Orang pacaran kan minimal salah satu ada yang jatuh cinta. Tandanya sudah terlalu yakin sama pasangannya untuk ingin berumahtangga. Padahal orang sebelum nembak atau nerima apa ada yang riset detail sedetail-detailnya mengenai calon pasangan. Seperti gimana visi misi hidup dia, preferensi dalam segala hal seperti cara mendidik anak, pengelolaan finansial dll.

Enggak kan biasanya orang nembak/nerima cuma karena ya ganteng/cantik, kaya, pinter, berprestasi, dll. Alasan yang terlalu dangkal. Kalau salah satu sudah merasa gak cocok mau cepat atau lambat. Mau dalam hitungan hari, minggu, bulan, atau tahun nanti akan ada yang tersakiti gagal move on (gak enteng jodoh jadinya) karena sudah terlalu yakin dulu cocok berumah tangga dengan seseorang dengan alasan yang cukup dangkal.

Terus misal pun ya sebelum pacaran udah riset segala macemnya, meskipun kayaknya gak ada ya orang cuma mau pacaran aja risetnya detail banget. Terus udah sama-sama mantep dan siap dengan kekurangan calon pasangan serta siap dengan kejutan-kejutan ke depannya, udah istikharah juga, udah minta diistikharah-in sama pak kyai yang doanya tembus langit juga. Lah kenapa cuma pacaran. Kalau udah memutuskan pacaran kan ada keinginan untuk menikah. Sedangkan tidak ada yang menjamin mereka yang pacaran bakal bermuara ke sebuah pernikahan. Kalau risetnya udah dirasa cukup sudah mantep serta siap ya udah sih kenapa gak nikah aja. Tetap dengan komitmen anti cinta-cintaan club sebelum kata sah diresmikan dalam buku nikah. Karena apapun bisa terjadi dan kita harus siap. Jadi kalau nanti ditengah jalan gak jadi bisa jadi banget loh. Ya sudah siap. Siap juga membuka hati untuk yang lain.

Baru, kalau sudah pegang buku nikah. Saatnya ibadah. Saling menyuburkan cinta satu sama lain serta setia. Kata mentor saya, nikah itu ibadah yang paling lama.

Kembali ke laptop, alasan kedua kenapa menurut saya asmara bisa menghambat jodoh adalah karena jatuh cinta sebelum sah bikin kita terlalu cepat yakin. Padahal bisa jadi ada orang lain selain yg kita cintai sebelum sah tsb yg lebih sesuai kriteria, atau lebih cocok. Orang yang kita jatuh cintai juga belum tentu merasa bahwa kita cocok sama dia.

Kalaupun misal saya nanti ketemu dengan orang yang sesuai kriteria dan ternyata saya sesuai kriteria dia juga, ya tidak boleh ada cinta diantara kami sebelum ada status sah di buku nikah. Baru berusaha menyuburkan cinta setelah sah di buku nikah. Satu hal yang harus terus diingat, sebelum sah di buku nikah apapun bisa terjadi. Gak jadi nikah itu bisa banget terjadi, semua yang terjadi di masa depan kan misteri ilahi.

Cuma, kalau udah taaruf. Terus mantep lanjut menikah. Nah, setelah mantep atau masuk ke tahap taaruf yang lebih dalam masing-masing harus menjaga diri untuk tidak membuka hati buat yang lain. Kalau di Islam gitu. Wanita yang dilamar laki-laki, selama belum menjawab atau sudah menjawab ya, tidak boleh didekati laki-laki lain. Kalau sudah sepakat gagal nikah, baru boleh buka hati dengan yang lain. Pengennya sih sekali udah langsung jodoh biar gak capek haha. Pengennyaaa...

Tapi kalau saya santai aja kok. Kalau nyoba taaruf terus jodoh ya disyukuri enggak juga disyukuri. Setidaknya saya sudah dapat pahala dalam usaha untuk menunaikan ibadah nikah kan. Saya tegaskan lagi, saya tidak akan memegang erat lawan taaruf saya kan cuma usaha mencari jodoh yang cocok. Saya harap lawan taaruf saya nanti juga tidak akan memegang erat. Tidak ngarep banget lah. Kan namanya taaruf belum tentu cocok. Jadi enteng gitu menjalaninya. Jodoh alhamdulillah. Gak jodoh juga alhamdulillah, hubungan pertemanannya/persaudarannya jadi tambah erat kan. Jangan sampai lah selesai taarufan kalau gak jadi terus musuhan, hehe. Jangan ada ngarep saat taaruf.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...