FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Sabtu, 09 Juli 2016

Yang Paling Nyesek di Semester 2 Digit

gambar: isigood.com

Waktu magang di Telkom, tahun 2013 (semester 8), sudah ada ibu-ibu pegawai yang membandingkan saya dengan anaknya yang baru saja lulus S1. Saat itu saya masih bisa menjawab dengan senyum yang ikhlas, masih PD. Toh saya memang berniat lulus di semester 10. Tapi mulai lebaran tahun 2014, di penghujung semester 10, dimana target saya gagal, saya sudah mulai tidak PD. Rasanya ingin kabur dari tetangga-tetangga dan saudara-saudara yang bakal tanya kapan lulus. Begitu pula di lebaran tahun berikutnya. Alhamdulillah lebaran tahun ini tidak ada yang berani tanya-tanya kapan lulus.


2 tahun kemudian, yaitu tahun ini. Saya kembali mengerjakan skripsi dan akhirnya berani melangkahkan kaki ke kampus. Apa yang saya rasakan sekarang adalah menjadi lebih semangat dalam menyelesaikan skripsi, emosi lebih stabil. Ketika ada yang tanya kapan lulus setidaknya jawaban saya bukan lagi "minta doanya lulus tahun ini ya" atau "minta doanya lulus semester ini ya." Tapi sudah bisa jawab dengan yang lebih spesifik, "sedang mengerjakan bab 4, minta doanya ya biar jadi sarjana." Bab 4? Iya, pekan depan baru seminar proposal, hehe. Alhamdulillah setidaknya ada kemajuan, kalau konsultasi judulnya sudah skripsi, bukan proposal skripsi lagi #eh

Berarti sekarang tidak masalah dong kalau ditanya kapan lulus? Mmm.. ya tidak juga sih. Teman sejati menanyakan apa yang bisa saya bantu? Bukan kapan lulus? ^^v

Yang lebih nyesek dari pertanyaan kapan lulus adalah ketika penanya langsung men-judge kita menghabis-habiskan uang orang tua, tidak seperti mereka yang lulus tepat waktu. Sakit sekali saat di judge menghabiskan uang orang tua untuk kuliah lama-lama dan tidak kunjung bisa meringankan beban orang tua dengan bekerja. Biasanya kata-katanya kurang lebih seperti ini: "Cepat lulus, biar cepat kerja, bisa meringankan beban orang tua."

Kalau sudah mendengar yang seperti itu, kepala rasanya mendidih sudah siap meledak. Tapi saya orangnya malas berbicara panjang lebar. Biasanya hanya saya balas dengan senyuman, meski hati rasanya perih tak tertahankan, hahaha.

Why?

Pertama, saya tahu diri dengan membayar kuliah sendiri sejak semester 9. Tapi saya memang tidak pernah berkoar-koar tentang ini. Saya tidak pernah bilang soal ini ke mereka-mereka yang gemar tanya kapan lulus dan men-judge saya seenaknya. Saya hanya mengatakannya ketika saya curhat. Saya juga orang yang tidak mudah curhat secara langsung dengan orang lain. Salah tempat curhat yang ada malah tambah loyo bukannya tambah bersemangat.

Kedua, saya memang tidak kerja di tempat orang, tapi itu bukan berarti saya tidak berpenghasilan. Bukan berarti saya tidak pernah memberi bulanan ke orang tua saya. Bagi saya, kebutuhan saya dan ibu saya adalah tanggung jawab saya. Kebutuhan saya bukan tanggung jawab ibu saya.

Selain itu, saya juga sering sebal ketika saya sering diberi info-info lowongan pekerjaan. Lowongan pekerjaan apa pun, termasuk PNS. Meskipun niat mereka baik, namun hal seperti ini cukup menyakitkan bagi orang yang sudah mantap membesarkan bisnis sendiri seperti saya. Seolah-olah mereka bilang: bisnismu tidak prospektif, lebih baik melamar kerja disini saja. Hidupmu susah banget, kerja disini aja daripada bisnis, buktinya sampai sekarang hidupmu belum banyak berubah.

Seorang teman yang baik adalah teman yang menghargai keputusan temannya. Jika ada teman yang memutuskan untuk berbisnis dan tidak mencari kerja, ya hargailah. Buat saya, seorang entrepreneur itu bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang kebanyakan. Istilah ndesonya visioner. Tapi sebenarnya pebisnis yang baik memang seharusnya tidak mudah emosi ketika bisnisnya direndahkan atau dipandang sebelah mata. Seperti kata mbak Rachel Platten: "I don't really care if nobody else believe, cause I've still got a lot of fight left in me."

6 komentar:

  1. Semangat mba :) , saya masih disemester satu digit sih tapi lihat kawan-kawan udah pergi duluan rasanya nyesek juga .__. . harus pakai nitro kayaknya biar terkejar

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg penting maju terus, mumpung masih semester satu digit :)

      Hapus
  2. Emang nyesekkk, semangat mak lanjut aja pasang muka tebal. Saya berhasil lulus di semester 14 xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah mak, kepoin blog mak nurul juga bikin tambah ayem hati, sekarang aku dah lulus, lega banget rasanya :)

      Hapus
  3. Terserah aja sih mba, nikmatin aja selagi enjoy.. tapi aku ngenes aja waktu wisuda S2 ku, temanku malah wisuda S1 hehehe.. Wisuda bareng, tapi kita beda strata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin buat orang lain ngenes, tapi kalo buat aku sendiri bahagia banget sih mba akhirnya bisa lulus gak di DO, lolos dari ancaman DO tuh rasanya kayak abis berhasil keluar dr kandang macan, leganya warbiyasah!! :D

      Bbrp temen seangkatan emang udah ada yg wisuda S2 & lagi ngerjain tesis, ikut seneng aja mereka bisa nyelesein studi tepat waktu, cerita hidup orang emang beda2, pilihan orang juga beda2 :)

      Hapus

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...