FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Kamis, 20 Februari 2020

Asmara Penghambat Jodoh

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya di https://fenitriutami.blogspot.com/2019/08/jatuh-cinta.html, saya tipe orang yang lebih memilih membentengi hati dari perasaan cinta dalam konteks asmara ya. Bukan cinta dalam arti luas seperti cinta kepada alam semesta, orang tua, dll. Salah satu alasan kuatnya adalah karena asmara itu justru bisa menghambat jodoh.

Photo by Siora Photography on Unsplash
Saya memiliki definisi asmara yang berbeda untuk sebelum dan sesudah pernikahan. Asmara sebelum pernikahan adalah rasa yakin untuk bisa hidup serumah bersama selamanya bahagia dengan seseorang. Asmara setelah pernikahan adalah sebuah perasaan yang harus mulai dipupuk sejak ada kata sah secara agama dan negara dibuktikan dengan adanya buku nikah yang sah.

Asmara sebelum pernikahan bisa jadi sebuah penghambat jodoh karena saat jatuh cinta kita auto memakai kaca mata kuda. Yakin banget hidup lebih terasa bahagia kalau menikah dengan dia serta hidup lebih sengsara kalau kita tidak menikah dengan dia. Padahal sebagai manusia indra kita terbatas. Banyak misteri di masa depan. Bisa jadi loh bisa jadi orang yang saat ini kita ingin bersama selamanya beberapa bulan atau tahun lagi kalau sudah hidup bersama malah ingin pisah selamanya.

Masa depan itu misteri kok. Toh orang yg menikah pun akan selalu mendapatkan kejutan-kejutan. Maksudnya mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak dibayangkan ada pada diri pasangan. Hal-hal yang bikin ilfeel. Hal-hal yang bikin emosi. Bentrok-bentrok itu hal yang susah untuk dihindari. Tidak ada manusia yang sempurna.

Tidak ada metode yang bisa membaca masa depan pernikahan 100% akurat. Tidak ada yang menjamin pernikahan akan berjalan mulus. Tidak ada yang menjamin kita akan bahagia jika menikah dengan seseorang yang sesuai kriteria kita pun sesempurna apapun dia memenuhi kriteria kita.

So, jadi saya yang misal eh nemu teman yang sesuai kriteria, tapi kok dia ternyata udah nikah, yaudah gpp. Bisa jadi sama yang tidak sesuai kriteria saya malah cocok ya bisa jadi kan. Saya juga manusia, kriteria yang saya buat untuk diri saya belum tentu 100% pas dengan diri saya juga. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Jadi manusia gausah kekeuh lah. Kayak yang "aku jatuh cinta sama dia, aku harus nikah sama dia." Ya nggak juga, belum tentu nikah dengan orang yang kita jatuh cinta padanya sekarang bahagia loh. Banyak sisi dia yang belum kita ketahui, yang memang tidak akan kita ketahui kecuali dengan menikah dengannya mau riset kayak apapun. Setelah menikah bisa jadi ada sisi yang buat kita duh nggak banget lalu gak cinta lalu pengen pisah. Bisa jadi. Manusia indranya terbatas. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Saya memandang pernikahan juga merupakan proses perkenalan proses saling memahami proses adaptasi yang berkelanjutan. Akan selalu ada kejutan-kejutan dalam pernikahan. So, saya lebih memilih untuk nantinya menikah dengan seseorang yang pertama, menurut saya, saya bisa berusaha menumbuhkan cinta secara berkelanjutan dengannya seumur hidup saya. Kedua, saya siap dengan berbagai kekurangannya, hal-hal yang sebenarnya saya kurang suka namun saya bisa menoleransi hal itu. Kalau kata guru saya kita harus siap menerima kekurangan pasangan, anggap kelebihannya sebagai bonus. Jadi fokus ke kekurangan pasangan untuk bisa diterima sambil berusaha diperbaiki bermasa-masa jika memungkinkan. Bukan fokus ke kelebihannya. Biar bisa lebih bahagia dan tidak berekspektasi terlalu tinggi. Ekspektasi itu bahaya. Apalagi berekspektasi pada manusia.

Coba kalau saya jatuh cinta dengan seseorang lalu tidak jodoh. Itu bisa menjadi hal yang cukup sulit. Move on itu tidak mudah. Padahal orang yang saya jatuh cintai itu belum tentu cocok juga kalau berumah tangga dengan saya. Saya boleh yakin tapi indra saya kan terbatas, saya boleh berpendapat menurut logika dan apalah apalah saya akan bahagia jika hidup bersama dia selamanya. Tapi kan saya manusia. Indra saya terbatas. Pendapat saya lemah. Misteri di depan sana itu sungguh banyak. Kalau gak jodoh ya gak jodoh aja. Simpel. Berserah ajalah sama Tuhan.

Oke, kenapa asmara bisa menghambat jodoh? Ada dua alasan menurut saya. Pertama, asmara bikin seseorang jadi gagal move on. Maunya cuma sama dia eh dianya belum tentu. Udah pacaran lama eh gak jadi nikah. Udah cinta banget eh gak jodoh. Berpotensi membuat seseorang menjadi galon alias gagal move on! Susah deh buka hati buat orang baru yang bisa jadi malah lebih cocok loh berumah tangga sama dia daripada berumahtangga sama orang yang dia cintai setengah mati.

Inilah salah satu alasan kuat saya kenapa saya anti pacaran-pacaran club. Menutup hati kepada banyak orang hanya untuk seseorang yang belum tentu cocok saya saya? Kan males. Pacaran buat senang-senang aja? Buat apa nanti kalau cintanya semakin dalam seiring waktu terus gak jodoh yang ada tetep aja bisa jadi galon. Pacaran buat cari jodoh? Orang pacaran kan minimal salah satu ada yang jatuh cinta. Tandanya sudah terlalu yakin sama pasangannya untuk ingin berumahtangga. Padahal orang sebelum nembak atau nerima apa ada yang riset detail sedetail-detailnya mengenai calon pasangan. Seperti gimana visi misi hidup dia, preferensi dalam segala hal seperti cara mendidik anak, pengelolaan finansial dll.

Enggak kan biasanya orang nembak/nerima cuma karena ya ganteng/cantik, kaya, pinter, berprestasi, dll. Alasan yang terlalu dangkal. Kalau salah satu sudah merasa gak cocok mau cepat atau lambat. Mau dalam hitungan hari, minggu, bulan, atau tahun nanti akan ada yang tersakiti gagal move on (gak enteng jodoh jadinya) karena sudah terlalu yakin dulu cocok berumah tangga dengan seseorang dengan alasan yang cukup dangkal.

Terus misal pun ya sebelum pacaran udah riset segala macemnya, meskipun kayaknya gak ada ya orang cuma mau pacaran aja risetnya detail banget. Terus udah sama-sama mantep dan siap dengan kekurangan calon pasangan serta siap dengan kejutan-kejutan ke depannya, udah istikharah juga, udah minta diistikharah-in sama pak kyai yang doanya tembus langit juga. Lah kenapa cuma pacaran. Kalau udah memutuskan pacaran kan ada keinginan untuk menikah. Sedangkan tidak ada yang menjamin mereka yang pacaran bakal bermuara ke sebuah pernikahan. Kalau risetnya udah dirasa cukup sudah mantep serta siap ya udah sih kenapa gak nikah aja. Tetap dengan komitmen anti cinta-cintaan club sebelum kata sah diresmikan dalam buku nikah. Karena apapun bisa terjadi dan kita harus siap. Jadi kalau nanti ditengah jalan gak jadi bisa jadi banget loh. Ya sudah siap. Siap juga membuka hati untuk yang lain.

Baru, kalau sudah pegang buku nikah. Saatnya ibadah. Saling menyuburkan cinta satu sama lain serta setia. Kata mentor saya, nikah itu ibadah yang paling lama.

Kembali ke laptop, alasan kedua kenapa menurut saya asmara bisa menghambat jodoh adalah karena jatuh cinta sebelum sah bikin kita terlalu cepat yakin. Padahal bisa jadi ada orang lain selain yg kita cintai sebelum sah tsb yg lebih sesuai kriteria, atau lebih cocok. Orang yang kita jatuh cintai juga belum tentu merasa bahwa kita cocok sama dia.

Kalaupun misal saya nanti ketemu dengan orang yang sesuai kriteria dan ternyata saya sesuai kriteria dia juga, ya tidak boleh ada cinta diantara kami sebelum ada status sah di buku nikah. Baru berusaha menyuburkan cinta setelah sah di buku nikah. Satu hal yang harus terus diingat, sebelum sah di buku nikah apapun bisa terjadi. Gak jadi nikah itu bisa banget terjadi, semua yang terjadi di masa depan kan misteri ilahi.

Cuma, kalau udah taaruf. Terus mantep lanjut menikah. Nah, setelah mantep atau masuk ke tahap taaruf yang lebih dalam masing-masing harus menjaga diri untuk tidak membuka hati buat yang lain. Kalau di Islam gitu. Wanita yang dilamar laki-laki, selama belum menjawab atau sudah menjawab ya, tidak boleh didekati laki-laki lain. Kalau sudah sepakat gagal nikah, baru boleh buka hati dengan yang lain. Pengennya sih sekali udah langsung jodoh biar gak capek haha. Pengennyaaa...

Tapi kalau saya santai aja kok. Kalau nyoba taaruf terus jodoh ya disyukuri enggak juga disyukuri. Setidaknya saya sudah dapat pahala dalam usaha untuk menunaikan ibadah nikah kan. Saya tegaskan lagi, saya tidak akan memegang erat lawan taaruf saya kan cuma usaha mencari jodoh yang cocok. Saya harap lawan taaruf saya nanti juga tidak akan memegang erat. Tidak ngarep banget lah. Kan namanya taaruf belum tentu cocok. Jadi enteng gitu menjalaninya. Jodoh alhamdulillah. Gak jodoh juga alhamdulillah, hubungan pertemanannya/persaudarannya jadi tambah erat kan. Jangan sampai lah selesai taarufan kalau gak jadi terus musuhan, hehe. Jangan ada ngarep saat taaruf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...