FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi
Tampilkan postingan dengan label ASPER. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ASPER. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Februari 2020

Riset Jodoh

Ada sebagian orang yang bisa mantap menikah dengan seseorang tanpa riset memadai ada yang melakukan riset terlebih dahulu. Contoh yang tanpa riset misal lihat akun IG dengan foto profil cantik langsung ngelamar. Padahal klonengan wkwkkw. Kan banyak ya orang bikin akun IG dg foto cantik2 tapi admin dibelakangnya cowok, fotonya asal nyomot di internet. Pas followernya dah banyak ganti jadi akun olshop atau apalah. Atau bisa malah buat nipu orang kayak yg dilakukan seorang ibu-ibu TKI Taiwan yang ngompasi mas-mas TKI Korea, bikin akun facebook pakai foto mbak-mbak MUA yang wajahnya mirip artis korea.

Ada yang baru ketemu langsung ngajak nikah, katanya fallin in love at first sigh. Sebagian lagi memilih melakukan riset dulu. Ada yang lewat pacaran ada yang lewat taarufan. Bedanya pacaran sama taarufan apa sih? Bedanya, dalam sebuah hubungan pacaran minimal salah satu ada yang jatuh cinta dulu. Ada yang ingin memiliki dulu. Ada yang ngarep dulu. Lalu kalau satunya belum cinta ya dia punya kewajiban untuk menumbuhkan cinta ke lawan pacarannya. Jadi sudah ada ngarep dulu. Kalau terjadi putus hubungan pasti menyisakan luka dalam hati yang bisa bikin gagal move on.

Nah kalau taarufan versi aku sih riset jodoh tanpa rasa cinta. Jadi justru adanya rasa cinta diantara dua orang yang sedang taaruf itu sesuatu yang dihindari. Kalau api asmaranya mulai muncul ya harus segera dipadamkan hehe. Jadi tidak boleh ada kata ngarep dalam taaruf.

Fokus taaruf adalah mencari tahu kecocokan antara dua orang yang sudah siap menikah. Apakah mereka siap membangun rumah tangga berdua dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh mereka. Bagaimana pandangan masing-masing tentang kehidupan, pendidikan anak, pengelolaan keuangan, sifat-sifat iyuh masing-masing, segala preferensi yang sekiranya bisa menimbulkan masalah dalam rumah tangga benar-benar diobrolkan sekira-nya bakal jadi masalah besar atau tidak nanti ketika menikah.

Hal-hal sepele seperti bau badan, dll menurut aku juga perlu dibicarakan kalau memang salah satu pihak merupakan seseorang yang cukup sensitif dengan bau badan. Ekspektasi masing-masing dalam hubungan berumah tangga juga wajib dibicarakan. Apakah cocok. Apakah ada yang harus mengalah. Toleransi pada beberapa kekurangan pasangan menurut aku wajib juga sih karena gimana pun manusia kan gak ada yang sempurna. Apakah masing-masing siap menoleransi beberapa sisi dari pasangan yang mungkin bakal susah berubah atau tidak mungkin berubah.

Intinya fokus riset doang tanpa rasa sih kalau taaruf. Secara berlaka dievaluasi apakah sebaiknya proses taaruf terus berlanjut hingga akhirnya mendaftarkan pernikahan di KUA atau cukup dan tidak bisa lanjut karena ada ketidakcocokan yang tidak bisa ditoleransi. Misal mempunyai pandangan yang berbeda terkait pendidikan anak serta pengelolaan kekuangan dan tidak dicapai kata sepakat, atau alasan lain.

Jadi ya enteng aja sih kalau taaruf mau mulai ngajakin taaruf maupun mengakhiri taaruf. Gak ada drama-drama yang merasa sudah dibaperin eh terus ditinggalin. Gak ada cerita-cerita gagal move on karena banyak kenangan-kenangan indah selama pacaran/pdkt. Karena memang gak ada cinta-cintaan dalam taaruf. Gak ada sayang-sayangan. Kalau ngobrol ya fokus mencari tahu kecocokan keduanya dalam membangun rumah tangga. Gak ada bersenang-senang doang. Karena intinya fokus riset. Gak ada yang ngarep buat segera memiliki.

Jadi taaruf bisa diakhiri tanap berakhir menjadi sebuah permusuhan. Kan kalau pacaran putus biasanya terus pada musuhan. Ketika taaruf berakhir tetap bisa berteman baik. Tidak ada yang merasa tersakiti. Misal tahun 2019 si A taaruf dengan X, Y, dan Z. Awal tahun dia taaruf dengan X, tengah tahun dengan Y, akhir tahun dengan Z. Kenapa 3x? Karena diawal tahun tidak dicapai kata sepakat dengan X begitu pula dengan Y dan Z setelahnya. Lalu pada awal 2020 si A pengen taaruf lagi dengan X eh ternyata diawal tahun 2020 dicapai kata sepakat setelah A dan X mempertinggi toleransi atau berubah pikiran terus mereka berjodoh dan membangun rumah tangga. Bisa jadi loh bisa jadi.

Kalau saya sih pengennya ya sekali taaruf langsung jadi males taaruf berkali-kali pasti capek banget. Ya harus siap berdiskusi yang bisa jadi alot bisa jadi enteng karena eh ternyata lawan taaruf saya tidak mempunyai banyak perbedaan pandangan dengan saya dan kami bisa menoleransi kekurangan kepribadian masing-masing. Kalau taaruf harus siap terbuka dalam mengutarakan sesuatu sih jangan ada yang dipendam kalau ada yang mau disampaikan kalau memang bisa memicu masalah besar di kemudian hari ketika sudah berumah tangga.

Intinya nantinya kalau dicapai kata sepakat masing-masing harus sudah benar-benar ikhlas dengan kesepakatan tsb. Tidak ada yang terpaksa atau yaudah bilang iya aja biar gak ribut. Kan mending diskusi alot waktu taaruf daripada ribut pas sudah berumah tangga. Meskipun konflik dalam rumah tangga sesuatu yang susah dihindari dan wajar kalau terjadi.

Kamis, 20 Februari 2020

Faedah dari Pembuatan Kriteria

Awalnya sih saya hanya sekedar iseng bikin kriteria jodoh seperti yang sudah saya tulis di https://fenitriutami.blogspot.com/2019/09/pamer-tipe.html. Gara-gara di usia saat ini bahasan jodoh itu sesuatu yang lazim untuk dijadikan bahan obrolan saya pun yaudah sih coba mikir kriteria jodoh seperti apa sih yang kira-kira saya inginkan. Saya pun membuatnya dan efeknya luar biasa. Banyak dampak positif yang saya rasakan.

Photo by Jacqueline Kelly on Unsplash
Kebetulan tidak lama setelah itu mentor saya posting tentang pentingnya membuat mimpi yang spesifik. Misal ingin punya kendaraan, harus spesifik kendaraannya seperti apa. Apakah untuk jodoh juga seperti itu? Jadi nggak let it flow aja. Kalau cewek kan biasanya yaudah sih nanti yang deketin siapa. Kalau gak jelek-jelek amat mau nikah yaudah diiyain aja mumpung ada yang serius. Eh iya gak sih. Suka denger kayak gitu soalnya, hehe. Alasannya mumpung ada yang serius. Kok kayak gimana yaaaa......

Kalau jodoh sih saya pribadi lebih ke saya pribadinya kayak gimana kira-kira cocok sama laki-laki dengan kepribadian seperti apa. Demi kemajuan bersama nantinya. Intinya cari yang saling melengkapi lah. Bisa menuntun saya menjadi pribadi seperti yang saya inginkan. Jadi ya saya lebih cari ke seseorang dengan pribadi yang saya dambakan agar saya bisa menjadi seperti dia. Tidak bikin saya bergantung sama dia. Sama-sama gak bergantunglah. Siap saling menambal saat dibutuhkan. Siap saling memberdayakan. Serta sekiranya bisa saling berusaha menyuburkan perasaan cinta masing-masing.

Efeknya adalah pertahanan hati saya semakin kuat. Tameng baper saya semakin kuat. Jadi gak adalah jatuh cinta asal. Apalagi fallin in love at first sigh. Kok rawan banget ya. Untuk seumur hidup kok milihnya cuma karena fallin in love at first sigh. Setiap saya melihat kelebihan seseorang pasti ada beberapa hal yang saya tidak sukai dari orang tsb meskipun belum kelihatan. Jadi tidak yang langsung "Ya Allah, awesome banget sih orang, itu, jadi pengen dinikahin." Wkwkwk kok gimana yaaa....

Kalau ketemu orang yg sesuai kriteria, ya saya gak jamin pertahanan anti baper saya runtuh sih. Tapi seenggaknya saya tahu, sesempurna apapun dia dalam memenuhi kriteria saya, tetap ada sisi yang belum saya tahu yang mana kalau nanti nikah dan tahu bisa jadi saya ilfeel. Ya, kalau udah nikah sih sebisa mungkin jangan ilfeel. Harus siap sama kekurangan pasangan yang kita gak suka kan. Harus belajar sabar, haha. Yamaugamau pasti adalah sisi pasangan yg kita gak suka siapapun pasangan kita nanti sabar itu harus siap.

Btw kriteria saya susah banget. Sejauh mata memandang gak ada jomblo disekitar saya yang memenuhi. So, saya siap buka hati aja sih sama siapapun yang acceptable enough buat saya buat taarufan. Tapi saya bukan tipe orang yang mau taarufan sama siapa saja asal.

Kalau belum cukup familiar ya perlu berteman dulu. Saya juga lihat-lihat dulu sih untuk berteman haha. Lihat-lihat orangnya dulu juga. Bukannya pilih-pilih cuma kalau sama yang fokus cari jodoh lihat dulu kemungkinan jadinya besar atau gak kalau gak ya mending gausah. Kan tujuan temenannya buat cari jodoh.

Baru kalau acceptable enough buat berteman ada chance buat taarufan. So, saya lebih terbuka sama mereka yang lebih familiar sih atau ada beberapa interaksi sebelumnya dan orangnya acceptable enough. Kayak gimana sih acceptable enough itu? Susah dijelaskan dengan kata-kata, ya asal hati saya bilang acceptable enough aja, hehe. Ya setiap orang kan punya preferensi. Wanita cuma punya slot satu. Jadi subjektif itu perlu. Jangan paksa wanita buat objektif.

Kek apa aja. Kek banyak yang mau aja. Padahal sampai sekarang belum pernah ada yg deketin haha. Temen aja belum pernah ada yg ngajakin taarufan.

Oh iya, kelebihan lain dari bikin kriteria adalah kita tau jelas orang seperti apa yang kita mau. Jadi usaha yang kita lakukan juga bisa lebih terarah. Kita bisa ikut komunitas atau apalah yang mana kemungkinan disana ada banyak orang yang sesuai kriteria kita. Saya sih gak segitunya. Ikut komunitas karena saya menemukan teman-teman dengan sudut pandang yang tidak berbeda jauh dengan saya, jadi gampang nyambung. Mempunyai minat yang sama dan mempunyai visi misi yang sesuai dengan visi misi hidup saya.

Asmara Penghambat Jodoh

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya di https://fenitriutami.blogspot.com/2019/08/jatuh-cinta.html, saya tipe orang yang lebih memilih membentengi hati dari perasaan cinta dalam konteks asmara ya. Bukan cinta dalam arti luas seperti cinta kepada alam semesta, orang tua, dll. Salah satu alasan kuatnya adalah karena asmara itu justru bisa menghambat jodoh.

Photo by Siora Photography on Unsplash
Saya memiliki definisi asmara yang berbeda untuk sebelum dan sesudah pernikahan. Asmara sebelum pernikahan adalah rasa yakin untuk bisa hidup serumah bersama selamanya bahagia dengan seseorang. Asmara setelah pernikahan adalah sebuah perasaan yang harus mulai dipupuk sejak ada kata sah secara agama dan negara dibuktikan dengan adanya buku nikah yang sah.

Asmara sebelum pernikahan bisa jadi sebuah penghambat jodoh karena saat jatuh cinta kita auto memakai kaca mata kuda. Yakin banget hidup lebih terasa bahagia kalau menikah dengan dia serta hidup lebih sengsara kalau kita tidak menikah dengan dia. Padahal sebagai manusia indra kita terbatas. Banyak misteri di masa depan. Bisa jadi loh bisa jadi orang yang saat ini kita ingin bersama selamanya beberapa bulan atau tahun lagi kalau sudah hidup bersama malah ingin pisah selamanya.

Masa depan itu misteri kok. Toh orang yg menikah pun akan selalu mendapatkan kejutan-kejutan. Maksudnya mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak dibayangkan ada pada diri pasangan. Hal-hal yang bikin ilfeel. Hal-hal yang bikin emosi. Bentrok-bentrok itu hal yang susah untuk dihindari. Tidak ada manusia yang sempurna.

Tidak ada metode yang bisa membaca masa depan pernikahan 100% akurat. Tidak ada yang menjamin pernikahan akan berjalan mulus. Tidak ada yang menjamin kita akan bahagia jika menikah dengan seseorang yang sesuai kriteria kita pun sesempurna apapun dia memenuhi kriteria kita.

So, jadi saya yang misal eh nemu teman yang sesuai kriteria, tapi kok dia ternyata udah nikah, yaudah gpp. Bisa jadi sama yang tidak sesuai kriteria saya malah cocok ya bisa jadi kan. Saya juga manusia, kriteria yang saya buat untuk diri saya belum tentu 100% pas dengan diri saya juga. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Jadi manusia gausah kekeuh lah. Kayak yang "aku jatuh cinta sama dia, aku harus nikah sama dia." Ya nggak juga, belum tentu nikah dengan orang yang kita jatuh cinta padanya sekarang bahagia loh. Banyak sisi dia yang belum kita ketahui, yang memang tidak akan kita ketahui kecuali dengan menikah dengannya mau riset kayak apapun. Setelah menikah bisa jadi ada sisi yang buat kita duh nggak banget lalu gak cinta lalu pengen pisah. Bisa jadi. Manusia indranya terbatas. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Saya memandang pernikahan juga merupakan proses perkenalan proses saling memahami proses adaptasi yang berkelanjutan. Akan selalu ada kejutan-kejutan dalam pernikahan. So, saya lebih memilih untuk nantinya menikah dengan seseorang yang pertama, menurut saya, saya bisa berusaha menumbuhkan cinta secara berkelanjutan dengannya seumur hidup saya. Kedua, saya siap dengan berbagai kekurangannya, hal-hal yang sebenarnya saya kurang suka namun saya bisa menoleransi hal itu. Kalau kata guru saya kita harus siap menerima kekurangan pasangan, anggap kelebihannya sebagai bonus. Jadi fokus ke kekurangan pasangan untuk bisa diterima sambil berusaha diperbaiki bermasa-masa jika memungkinkan. Bukan fokus ke kelebihannya. Biar bisa lebih bahagia dan tidak berekspektasi terlalu tinggi. Ekspektasi itu bahaya. Apalagi berekspektasi pada manusia.

Coba kalau saya jatuh cinta dengan seseorang lalu tidak jodoh. Itu bisa menjadi hal yang cukup sulit. Move on itu tidak mudah. Padahal orang yang saya jatuh cintai itu belum tentu cocok juga kalau berumah tangga dengan saya. Saya boleh yakin tapi indra saya kan terbatas, saya boleh berpendapat menurut logika dan apalah apalah saya akan bahagia jika hidup bersama dia selamanya. Tapi kan saya manusia. Indra saya terbatas. Pendapat saya lemah. Misteri di depan sana itu sungguh banyak. Kalau gak jodoh ya gak jodoh aja. Simpel. Berserah ajalah sama Tuhan.

Oke, kenapa asmara bisa menghambat jodoh? Ada dua alasan menurut saya. Pertama, asmara bikin seseorang jadi gagal move on. Maunya cuma sama dia eh dianya belum tentu. Udah pacaran lama eh gak jadi nikah. Udah cinta banget eh gak jodoh. Berpotensi membuat seseorang menjadi galon alias gagal move on! Susah deh buka hati buat orang baru yang bisa jadi malah lebih cocok loh berumah tangga sama dia daripada berumahtangga sama orang yang dia cintai setengah mati.

Inilah salah satu alasan kuat saya kenapa saya anti pacaran-pacaran club. Menutup hati kepada banyak orang hanya untuk seseorang yang belum tentu cocok saya saya? Kan males. Pacaran buat senang-senang aja? Buat apa nanti kalau cintanya semakin dalam seiring waktu terus gak jodoh yang ada tetep aja bisa jadi galon. Pacaran buat cari jodoh? Orang pacaran kan minimal salah satu ada yang jatuh cinta. Tandanya sudah terlalu yakin sama pasangannya untuk ingin berumahtangga. Padahal orang sebelum nembak atau nerima apa ada yang riset detail sedetail-detailnya mengenai calon pasangan. Seperti gimana visi misi hidup dia, preferensi dalam segala hal seperti cara mendidik anak, pengelolaan finansial dll.

Enggak kan biasanya orang nembak/nerima cuma karena ya ganteng/cantik, kaya, pinter, berprestasi, dll. Alasan yang terlalu dangkal. Kalau salah satu sudah merasa gak cocok mau cepat atau lambat. Mau dalam hitungan hari, minggu, bulan, atau tahun nanti akan ada yang tersakiti gagal move on (gak enteng jodoh jadinya) karena sudah terlalu yakin dulu cocok berumah tangga dengan seseorang dengan alasan yang cukup dangkal.

Terus misal pun ya sebelum pacaran udah riset segala macemnya, meskipun kayaknya gak ada ya orang cuma mau pacaran aja risetnya detail banget. Terus udah sama-sama mantep dan siap dengan kekurangan calon pasangan serta siap dengan kejutan-kejutan ke depannya, udah istikharah juga, udah minta diistikharah-in sama pak kyai yang doanya tembus langit juga. Lah kenapa cuma pacaran. Kalau udah memutuskan pacaran kan ada keinginan untuk menikah. Sedangkan tidak ada yang menjamin mereka yang pacaran bakal bermuara ke sebuah pernikahan. Kalau risetnya udah dirasa cukup sudah mantep serta siap ya udah sih kenapa gak nikah aja. Tetap dengan komitmen anti cinta-cintaan club sebelum kata sah diresmikan dalam buku nikah. Karena apapun bisa terjadi dan kita harus siap. Jadi kalau nanti ditengah jalan gak jadi bisa jadi banget loh. Ya sudah siap. Siap juga membuka hati untuk yang lain.

Baru, kalau sudah pegang buku nikah. Saatnya ibadah. Saling menyuburkan cinta satu sama lain serta setia. Kata mentor saya, nikah itu ibadah yang paling lama.

Kembali ke laptop, alasan kedua kenapa menurut saya asmara bisa menghambat jodoh adalah karena jatuh cinta sebelum sah bikin kita terlalu cepat yakin. Padahal bisa jadi ada orang lain selain yg kita cintai sebelum sah tsb yg lebih sesuai kriteria, atau lebih cocok. Orang yang kita jatuh cintai juga belum tentu merasa bahwa kita cocok sama dia.

Kalaupun misal saya nanti ketemu dengan orang yang sesuai kriteria dan ternyata saya sesuai kriteria dia juga, ya tidak boleh ada cinta diantara kami sebelum ada status sah di buku nikah. Baru berusaha menyuburkan cinta setelah sah di buku nikah. Satu hal yang harus terus diingat, sebelum sah di buku nikah apapun bisa terjadi. Gak jadi nikah itu bisa banget terjadi, semua yang terjadi di masa depan kan misteri ilahi.

Cuma, kalau udah taaruf. Terus mantep lanjut menikah. Nah, setelah mantep atau masuk ke tahap taaruf yang lebih dalam masing-masing harus menjaga diri untuk tidak membuka hati buat yang lain. Kalau di Islam gitu. Wanita yang dilamar laki-laki, selama belum menjawab atau sudah menjawab ya, tidak boleh didekati laki-laki lain. Kalau sudah sepakat gagal nikah, baru boleh buka hati dengan yang lain. Pengennya sih sekali udah langsung jodoh biar gak capek haha. Pengennyaaa...

Tapi kalau saya santai aja kok. Kalau nyoba taaruf terus jodoh ya disyukuri enggak juga disyukuri. Setidaknya saya sudah dapat pahala dalam usaha untuk menunaikan ibadah nikah kan. Saya tegaskan lagi, saya tidak akan memegang erat lawan taaruf saya kan cuma usaha mencari jodoh yang cocok. Saya harap lawan taaruf saya nanti juga tidak akan memegang erat. Tidak ngarep banget lah. Kan namanya taaruf belum tentu cocok. Jadi enteng gitu menjalaninya. Jodoh alhamdulillah. Gak jodoh juga alhamdulillah, hubungan pertemanannya/persaudarannya jadi tambah erat kan. Jangan sampai lah selesai taarufan kalau gak jadi terus musuhan, hehe. Jangan ada ngarep saat taaruf.

Rabu, 11 September 2019

Pamer Tipe

Usiaku adalah usia dimana bisa bikin orang gatel untuk tanya "Kapan Nikah?" "Tipemu yang kayak gimana sih?" Tapi jarang banget kok yang tanya gitu. Lah calonnya aja belum ada xD. Alhamdulillah ya, pada pengertian. Tapi aku orangnya males kalau ada yang nawarin buat cariin jodoh sih. Kek apa aja gitu rasanya, hehe. Gak suka dijodoh-jodohin toh aku juga santai anaknya. Banyak yang butuh fokusku diluar soal jodoh yang butuh lebih diutamakan untuk dijadiin fokus terlebih dahulu. Masalah jodoh mah masalah kesekian.

Kamu jelek kali jadi gak ada yang ngedeketin. Iya aku memang gak memenuhi standar kecantikan orang-orang. Dan itu gak masalah. Lebih baik ngikuti kata hati sendiri daripada ngikuti kata orang. Mau pilih penampilan kayak apa punya wajah kayak apa suka-suka aku yang penting aku nyaman aku senang aku puas, gak ngerugiin orang lain, aku memutuskan karena diri sendiri bukan karena orang lain. Aku emang gak pernah dideketin orang tapi ya aku malah seneng. Memang itu yang aku mau sih gak pengen di deketin dalam rangka pencarian jodoh. Tapi tetep open for every one buat sekadar berteman asal cocok dan berfaedah. Pengen objektif, lebih memilih pakai logika, kata hati dan petunjuk dari Allah daripada pakai perasaan.

Ya begitulah, usialah yang kemudian membuatku berpikir jodoh yang tak pengenin yang seperti apa sih. Jadi kepikiran, bukan berarti cari yang sempurna tapi lebih cari yang pas, akunya aja banyak kurangnya. Akunya aja cuma begini adanya.

Cuma pengen pamer aja astaghfirullah, kok malah pamer, hehe. Ya cuma sekedar pamer wangsit dari Allah tentang bagaimana jodoh yang aku inginkan. Imajinasi dulu. Bukan berarti 100% harus terpenuhi sih. Ada yang menurutku wajib banget ada di dalam diri jodohku nanti, ada yang gak mutlak harus ada. Namanya manusia, masing-masing unik, tidak ada yang sempurna. Yang penting nanti kalau udah fix milih terus ditakdirkan jadi jodoh ya harus setia. Mau gimanapun keadaannya, sebisa mungkin hubungan dijaga. Saling menjaga. Kecuali ada satu dan lain hal yang bikin harus terpaksa pisah, tapi ya amit2 naudzubillah jangan sampai.

Finansial
Aku bakal lebih melihat kemampuan seseorang dalam menghasilkan uang daripada uang yang dimiliki sekarang. Bisa jadi yang sekarang milyader tahun depan kekayaannya minus, bisa jadi yang sekarang jutawan aja enggak tahun depan jadi milyader. Jadi lebih melihat potensi seseorang daripada apa yang dimiliki sekarang. Tahan banting gak. Pemalas gak. Pinter bikin cari uang gak. Lebih ke kepiawaian cari uang dalam segala keadaan anti gengsi2 club.

Gak malu ngasong kalo memang keadaan mengharuskan ngasong. Gak malu keliatan miskin kalo memang keadaan memaksa seperti itu. Gengsi tidak membuat kaya tapi justru tersiksa. Anti yang suka pamer-pamer, hedon, yang gak suka keliatan kaya aja. Tiap hari kaosan sama sandal jepitan. Gak haus pujian "sukses" dari orang-orang. Suka yang diem-diem pinter ngasilin banyak uang tanpa perlu koar-koar. Kayak Abdurrahman bin Auf. Selalu memiskinkan diri tapi selalu auto kaya, karena memang orangnya pinter cari uang ya mau gimana lagi.

Karakter
Aku suka banget sama orang yang pintar membawa diri, mudah membaur dilingkungan apa aja, cepet nyaman dan cepet bikin lingkungan yang dimasukinnya nyaman sama dia. Tapi gak ganjen. Banyak kan ya orang yang grapyak tapi ganjen suka baperin cewek2, that's a big NO.

Aku kan anaknya susah gitu nyaman dan bikin orang nyaman. Jadi sering merasa bersalah. Pengen berbaur tapi masih harus belajar banyak buat lebih luwes. Jadi jarang berbaur akunya. Pengen punya jodoh yang bisa bikin aku mudah berbaur dimana aja tanpa tergantung sama dia. Jadi bisa ngajarin aku buat jadi luwes kayak dia. Diawal ya bolehlah ditemenin, lama-lama jadi gak harus selalu ditemenin. Kalau harus berbaur sendiri tetap bisa.

Jodohku nanti juga harus banget paham dan sudah terbiasa menerapkan prinsip antarodhi. Jadi nggak fanatik gitu orangnya. Gak gampang judge orang. Lebih suka nambah saudara daripada nambah musuh. Gak sombong. Lebih mementingkan impact dirinya di atas bumi daripada imej dia. Ojo dumeh. Tenggang rasa. Gak suka memaksa. Paham bahwa hidayah itu di tangan Tuhan. Kita hanya bisa berusaha dengan cara secantik mungkin. Harus juga punya eager untuk ikut serta dalam usaha membuat dunia ini menjadi lebih baik.

Open mind menganggap wanita itu juga punya otak. Laki-laki memang pemimpin rumah tangga, tapi gak bisa juga bilang wanita waton manut wae. Paham banget sampai ke relung hati bahwa wanita itu punya otak, rasa dan hati. Otak, rasa, dan hati wanita tidak bisa diabaikan begitu saja. Paham juga bahwa dirinya hanya manusia, makhluk ciptaan Tuhan. Jadi selalu membuka diri untuk belajar dan belajar. Terbuka untuk saling bertukar pikiran serta perasaan dengan wanitanya.

Nyambung. Repot juga kan kalau ngobrol seringnya gak nyambung. Bisa emosi tiap hari aku nanti.

Blak-blakan. Komunikasi lancar. Kalo pengen aku kayak gimana ya ngomong aja. Gausah kebanyakan kode-kodean gak jelas. Terbuka juga untuk dapet saran dan kritik dari aku. Jadi jadi lebih baik bareng-bareng. Sama-sama selalu berusaha bikin nyaman satu sama lain. Pasti kan kedepannya ada hal-hal yang gak disuka. Ada hal-hal yang disuka. Ya bilang aja, aku prefer kayak gini, kurang suka yang kayak gitu. Santai terbuka tanpa emosi. Tidak lupa terbiasa selalu mengonfirmasi perasaan satu sama lain. Jangan ada yang dipendem. Biar gak meledak jadi bom atom, bisa hancur mendadak. Naudzubillah.

Bergaya hidup sehat. Kuat olahraga, bisa beladiri. Juga suka makanan sehat tapi tetap antarodhi. Aku kan kalau soal makanan lebih ke impulsif gitu hehe.

ilustrasi: flickr grotos
Cocok. Maksudnya ya memang yang dicari ya manusia kayak aku. Setidaknya bisa menoleransi hal-hal nggak banget yang ada di aku. Bersabar dengan prosesku memperbaiki diri. Bisa menerima hal-hal nggak banget di aku yang bisa jadi sampai akhir hayat ga bisa dihilangkan. Aku manusia yang punya spirit menjadi lebih baik kok. Ada gak sih, haha. Tapi aku bukan tipe orang yang, yang penting dapet jodoh daripada enggak.

Berkeluarga itu bisa bikin kita lebih bahagia atau lebih menderita dari jaman pas masih sendiri. Lebih rawan menderita malah. Jadi kecocokan itu wajib hukumnya. Meskipun gak harus 100% cocoknya. Toleransi dan kompromi bolehlah. Ya namanya manusia, belum tentu apa yang semua yang kita inginkan itu 100% baik untuk kita juga. Allah yang maha tahu, manusia hanya sedikit tahu.

Cocok juga termasuk cocok sama rencana-rencana hidupku ke depan. Aku juga bakal terbuka untuk toleransi dan kompromi. Hanya jelas cara mendidik anak, keuangan, dll dll harus selesai sebelum fix memutuskan untuk berkeluarga. Hal-hal sensitif yang mana rawan menjadi sumber kehancuran bahtera harus diselesaikan diawal sebelum memulai semuanya.

Penampilan
Aku kurang suka sama cowok yang suka pakai kemeja, jas, sama celana bapak2 (yang banyak benik-nya udah gitu ukurannya segede gaban semua). Lebih suka cowok yang kaosan tanpa kerah (bukan kaos bola) dan pakai celana santai. Menurutku cowok itu lebih ganteng kalau tampil casual, kurang ganteng kalau pakai jaket kulit sama cardigan. Kalau outer menurutku cowok lebih ganteng kalo pakai outer selain cardigan, jaket kulit, sama rompi, intinya prefer yang casual, hehe.

Tampang
Bebas sih yang penting agak terawat tapi nggak maho. Kan ada ya, yang kinclong banget tapi kelihatan banget juga maho-nya. Sekali lihat langsung nyesel berasa abis liat penampakan. Kayak wagu gitu kan. Skinkeran dikit tapi tetep lakik. Kayak abimana aryasatya gitu sorot wajahnya lakik gitu tapi tetap bersahabat, gak sombong. Gak terlalu kalem dan manis. Tapi selalu berusaha mempraktekan prinsip antarodhi. Brewokan gpp. Gak harus ganteng, apalagi seganteng abimana, orang akunya aja muka pas2an wkwkwk.

Diluar itu semua jelas 100% lawan jenis, Islam luar dalam, punya kredibilitas, berilmu, punya networking luas berkualitas (atau setidaknya punya potensi untuk punya jaringan luas berkualitas), itu dulu sih. Belum tau kalau nanti atau besok-besok ada perubahan. Ya namanya manusia, kemampuannya serba terbatas. Siapa tahu besok-besok dapat wangsit baru dari Allah SWT siapa yang tahu. Terpenting, besok kalau sudah memutuskan ya jangan enteng bilang pisah, sebisa mungkin jangan pisah. Jangan sampai pisah, aaamiiiiinnnnn.

Minggu, 01 September 2019

Asmara adalah Fitrah

Sudah fitrahnya manusia hidup berpasang-pasangan lalu berketurunan. Itu pada umumnya. Manusia itu unik. Ada juga manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Misalnya Maryam ibu dari Nabi Isa. Wanita suci yang mempunyai derajat jauh diatas kita semua, wanita penghuni bumi di zaman ini. Ada juga Rabi'ah Al Adawiyah, seorang muslimah yang amat sangat mencintai Allah, Tuhan semesta alam. Rabi'ah memilih untuk tidak menikah hingga akhir hayatnya.

Saya manusia biasa. Tidak sehebat Maryam maupun Rabi'ah. Apalagi Bunda Maryam yang sudah disebut sebagai salah satu dari tiga wanita terbaik di muka bumi oleh Allah. Dibandingkan dengan ujung kuku Bunda Maryam pun saya tidak ada apa-apanya. Meskipun keinginan menikah tidak cukup kuat untuk saat ini belum tentu beberapa tahun ke depan keinginan itu tetaplah sama tidak kuatnya.

Pernikahan tidak akan pernah mudah. Tinggal dengan orang lain, secocok apapun pasti akan ada potensi masalah-masalah baru yang akan timbul. Kita mempunyai masalah jodoh kita punya masalah. Masalah tambah banyak.

Belum lagi setelah kehadiran seorang anak. Cinta sepasang suami istri bisa jadi tambah besar. Tapi anak adalah tantangan tersendiri. Mengandung juga pasti bukan hal yang mudah. Sudah mampir berbagai cerita di telinga maupun mata saya betapa tantangan bagi seorang ibu ketika mengandung itu sungguh luar biasa. Secara fisik maupun psikis. Anak membuat keluarga terasa lengkap dan bertambah kebahagiaannya. Namun merawat dan mendidik anak tidak akan pernah mudah.

ilustrasi: Oscar Jettman
Oleh karena itu pernikahan adalah sesuatu yang harus dipersiapkan sedini mungkin sebenarnya. Bukan dengan mencari cinta atau jatuh cinta sedini mungkin. Ingin memiliki maupun ingin dimiliki terlalu dini justru berbahaya. Apa yang harus dipersiapkan untuk pernikahan sedini mungkin adalah ilmu, skill, mental, dll untuk menghadapi kehidupan rumah tangga yang tidak akan pernah mudah.

Membiasakan diri untuk tidak egois. Membiasakan diri untuk lebih mengerti. Membiasakan diri untuk bekerja keras. Membiasakan diri untuk mandiri. Mencari tahu permasalahan-permasalahan yang bisa saja terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana cara mengatasinya. Dan lain lain. Dan lain lain.

Oleh karena itu saya merasa perlu untuk belajar tentang pernikahan, kehidupan rumah tangga, ilmu parenting dan lain-lain segera. Sampai saat ini saya belum pernah ikut kelas pra nikah sih. Dulu gak tertarik aja. Sekarang juga biasa aja. Cuma nanti berencana mulai ikut kelas-kelas seperti itu setelah serial ASPER selesai.

Saya juga dari dulu tidak tertarik membaca buku-buku tentang pernikahan dan parenting. Sekarang juga belum tertarik. Cuma ada rencana setelah serial ASPER  selesai. Hidup berumah tangga itu tidak mudah. Penting untuk belajar mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku, ilmu-ilmu yang berseliweran dimana-mana serta mengikuti kelas-kelas pra nikah dan parenting. Agar saya lebih siap jika waktunya datang nanti.

Niatnya agar saat sudah nikah saya sudah siap tahan banting. Nikah itu seperti naik roller coaster, saya percaya. Seru nan menegangkan. Mental harus dikuatin dulu, ilmu harus dicukupin dulu. Nikah itu rawan stress. Jadi saya berniat mempersiapkan diri menghadapi pernikahan bukan biar enteng jodoh, bukan biar segera dikasih jodoh. Saya santai soal jodoh. Kecocokan itu amat sangat penting. Hati-hati dan sebagainya itu sangat penting. Karena ketika menikah ridho jodoh saya adalah ridho Allah (selama tidak bertentangan dengan Allah dan Rasulullah SAW tentu). Namun, secocok apapun jodoh saya nantinya, berumah tangga tidak akan pernah mudah. Oleh karena itu berumah tangga adalah sesuatu yang harus dipersiapkan dengan segala daya dan upaya. Harus saya pastikan, saya sudah cukup tahan banting sebelum menikah.

Saya harus belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Mereka yang sudah menikah maupun mereka yang memang concern dalam tema rumah tangga. Mereka yang concern dalam tema parenting. Mereka memang tidak sempurna. Karena mereka tidak sempurna. Apalagi saya, haha.

Jadi ketika rumah tangga mereka bermasalah, anak mereka bermasalah itu adalah hal wajar. Bukan berarti saya lalu tidak mau belajar dari mereka. Ilmu saya aja tentang hal itu jauh lebih cetek dari mereka. Mereka punya segudang ilmu, skill, serta kebijaksanaan yang bermanfaat untuk saya.

Rumah tangga atau anak mereka bermasalah? Bisa jadi memang ujian yang diberikan Tuhan kepada mereka jauh lebih berat dibanding kepada manusia pada umumnya. Banyak hal misteri dalam rumah tangga seseorang. Menghakimi apalagi sampai membully serta mencaci hanya akan menambah perpecahan dalam bangsa ini. Banyak hal yang tidak saya tahu. Jadi ya orang yang kelihatan buruk di mata saya belum tentu dia lebih buruk dibanding saya. Banyak hal yang tidak saya tahu. Bisa jadi orang yang lebih buruk di mata saya posisinya jauh lebih tinggi di mata Allah, Tuhan Penguasa Semesta Alam Raya.

Banyak hal tentang diri saya saja banyak hal yang belum saya ketahui. Saya masih terus mencari jati diri. Menyentuh serta melihat langsung semua organ dalam tubuh saya saja saya belum pernah. Bahkan tidak akan pernah, hehe. Yaiyalah serem amat. Banyak misteri dalam diri sendiri yang bahkan tidak akan saya ketahui sampai akhir hayat nanti. Apalagi dalam diri orang lain, rumah tangga orang lain. Tentu lebih banyak lagi yang tidak saya tahu dan tentu saja tidak perlu saya tahu. Selama tidak menganggu orang lain, tidak mengganggu ekosistem di atas bumi ini untuk apa diketahui. Lebih baik memperbaiki diri dari pada sibuk menghakimi orang lain.

Nabi Nuh, anaknya durhaka tidak mau ikut ke dalam kapal. Nabi Adam, anaknya ada yang pembunuh. Nabi Luth, istrinya justru mendukung LGBT sehingga ikut terkena azab dari Allah. Apakah lantas mereka tidak lebih baik dari kita. Tentu saja tidak. Para nabi adalah manusia-manusia utama yang tidak bisa dibandingkan dengan kita para manusia biasa. Jauh bahkan sangat jauh. Ujung kuku Nabi Nuh saja bahkan bisa jadi masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kita para manusia biasa.

Sabtu, 31 Agustus 2019

Tidak Akan Ada Pernikahan yang 100% Selalu Bahagia

ilustrasi: Free For Commercial Use (FFC)
Adalah too good to be true jika ada pernikahan yang 100% always happily ever after. Terus dipenuhi kebahagiaan nan membuncah mulai dari awal jatuh cinta sampai selamanya~ Sudah sunnatullahnya ya, sudah hukum alam yang namanya hidup itu penuh halang rintang. Kalau enak terus ya namanya bukan hidup, namanya sudah meninggal lalu masuk surga. Kalau sudah divonis Tuhan jadi penghuni surga permanen ya ga mungkin nggak happily ever after. Siapapun berhak jadi penghuni surga mulai dari bayi sampai kakek nenek, mulai dari single sampai yang punya keturunan hingga menjelang kiamat. Bahkan pernikahan tidak menjamin kita masuk surga.

Rumah tangga Rasulullah bukan tanpa masalah. Aisyah RA juga pernah marah. Rasulullah juga manusia. Meskipun begitu, mau bagaimana pun Rasulullah tetaplah manusia paling sempurna dimuka bumi ini. Rasulullah serta beberapa dari sahabatnya telah dijamin masuk surga. Tidak bisa dibandingkan dengan kita. Sehingga ketika ada keluarga yang kita pandang cukup sholeh pakar pernikahan dan sebagainya kok rumah tangganya ada masalah ya wajar saja. Sesempurna apapun keluarga2 yang tampak sempurna di mata kita saat ini tidak ada apa-apanya dibanding kesempurnaan Rasulullah. Mereka belum dijamin masuk surga Rasulullah dijamin masuk surga. Tuhan Maha Tahu atas segalanya.

Secocok apapun jodoh saya nantinya. Saya yakin tidak menjamin pernikahan 100% happily ever after. Pasti ada masalah saya yakin. Nikah dengan manusia terkaya di bumi saat ini pun, tidak menjamin happily ever after. Jeff Bezos salah satu orang yang berulang kali mendapat gelar manusia terkaya di muka bumi pada beberapa periode bahkan rumah tangganya retak. Begitu pula dengan pesohor lain yang bergantian menempati posisi manusia terkaya, rumah tangganya memang utuh. Tapi apakah tidak pernah ada masalah? Pasti ada.

Kamis, 29 Agustus 2019

Terpelatuque

Ingat nasehat jangan reaktif jadilah proaktif? Intinya jangan mudah tersulut emosi. Jangan sumbu pendek. Jangan mudah bereaksi. Yup, setuju. Apalagi di jaman sekarang, banyak yang menginginkan perpecahan dalam Indonesia. Banyak adu domba sana sini. Sehingga kita harus pintar-pintar menahan jari. Jangan enteng untuk mencaci sana sini.

Bonus demografi beberapa tahun yang akan datang bisa membawa Indonesia menjadi negara digdaya. Seperti halnya yang terjadi di Tiongkok ketika mendapat bonus demografi. Bisa melejit terus hingga menggeser AS menjadi negara pengekspor nomor 1 di dunia. Berat ya bahasan paragraf kedua. Bukan ini kok intinya. Cukup baca kalimat pertama di paragraf pertama aja tidak apa-apa. My Finest Reader bisa memahami inti dari postingan ini tanpa harus membaca paragraf ini.
ilustrasi: idntimes.com

Oke nasehat untuk tidak reaktif memang benar. Tapi untuk saya sendiri tidak selamanya menahan diri untuk tidak reaktif itu benar. Dalam konteks tertentu ya. Mari kita menggunakan bahasa slang anak jaman sekarang. Dalam kosa kata slang warga +62, reaktif = terpelatuque alias terpelatuk.

Saya terkadang apa malah sering ya. Rindu terpelatuque. Saya itu pengen banget segera menyelesaikan serial Asmara dan Pernikahan di blog ini. Ingin segera mengungkapkan segera pemikiran saya mengenai Asmara dan Pernikahan sebelum mengikuti berbagai kelas pra nikah.

Saya belum pernah mengikuti kelas pra nikah. Bukan karena menurut saya tidak penting. Saya ingin, tapi ingin menyelesaikan series postingan ungkapan pemikiran saya tentang Asmara dan Pernikahan di blog ini dulu.

Wih, pengen ikut kelas pra nikah. Ngebet pengen selesein postingan tentang Asmara dan Pernikahan, dah mau nikah ya.. dah ngebet nikah yaa... Kalau My Finest Reader baca 4 postingan sebelum ini, My Finest Reader gak bakal bilang gitu sih.

Oke, btw panjang banget ya sapaannya, My Finest Reader alias pembaca Blog My Finest Space. Sudah baca header blog ini kan? Setelah merasa tidak lagi cukup muda, jauh dari kata remaja serta sudah memasuki usia Dewasa Muda. Blog ini tidak lagi saya namai: "Darah Muda Zone" karena kata Bang Haji Rhoma sebagai pencetus frasa Darah Muda: "Darah Muda darahnya para remaja" (you sing you lose XD).

Saya sudah tidak remaja dan tidak merasa pantas lagi menggunkaan "Darah Muda Zone" sebagai nama blog pribadi. Akhirnya saya memilih "My Finest Space" sebagai nama blog ini. Dan sewaktu bikin postingan ini makslenting saya kepikiran buat bikin sapaan spesial untuk pembaca blog ini: My Finest Reader. Merasa kepanjangan akhirnya saya singkat jadi MyFiRe. Yeah you are my fire! Kalau bikin postingan terus ada yang baca ya bikin tambah semangat juga buat posting lagi dan lagi.

Meskipun sebenarnya saya tidak peduli yang baca banyak nggak. Saya ingin nulis ya nulis aja. Ada yang baca atau tidak, tidak peduli. Kalau bisa bermanfaat ya alhamdulillah. Bisa memberi sumbangsih agar dunia ini menjadi semakin baik meskipun sedikit alias sak umprit ya Alhamdulillah. Yang penting jangan sampai membuat dunia menjadi semakin memburuk, yes.

Oke MyFiRe. Sukak banget sumpah sama sapaan ini. Love you MyFiRe!

Lanjut pada bahasan terpelatuque. Semua postingan dalam series Asmara dan Pernikahan, kita singkat aja ASPER, bukan casper apalagi AKPER. Ini bahasan, bukan tempat kuliah, hehe. ASPER. Sip.

ilustrasi: grid.id
Mulai dari postingan berjudul Tabir sampai Jatuh Cinta yang saya posting tadi pagi, semua saya tulis karena terpelatuqe. Pemicu alias pelatuknya apa? Ya apa yang saya alami sehingga mendorong saya untuk segera menulis saat itu juga seperti postingan berjudul Tabir.


Kedua ya bisa dari luar. Contohnya seperti postingan media sosial teman-teman saya. Misal mereka sedang bahas apa, lalu saya terpelatuque untuk mengungkapkan pandangan saya tentang permasalahan tersebut tanpa colek mereka. Sebenarnya sudah lama ada di kepala cuma kok ya gak kunjung mood untuk menuliskan. Baru tergerak untuk menulis setelah terpelatuque. Ya, itulah asal usul saya seringkali rindu terpelatuque. Pengen segera menyelesaikan serial ASPER!!!!

Oh iya, postingan ini juga saya buat karena saya terpelatuque. Btw saya selalu puas dengan postingan saya yang mana hasil dari terpelatuque. Gak pernah nyesel seinget saya. Justru rasanya malah malah saya bisa menulis dengan segenap jiwa raga rasa serta.. logika?

Jatuh Cinta

Jatuh cinta adalah ketika kita tertarik dengan sesuatu. Dalam asmara jatuh cinta berarti kita tertarik dan ingin memiliki seseorang. Jatuh cinta terjadi karena ada satu atau beberapa hal yang menarik dari seseorang yang kita ketahui.

Cinta itu buta. Kenapa? Karena manusia punya banyak sisi. Manusia menyimpan banyak misteri, yang tidak hanya orang lain tidak ketahui, bahkan banyak hal dari diri kita sendiri yang tidak kita ketahui. Misalnya saya sesimpel kita tidak pernah melihat dan memegang organ-organ lunak dibalik kulit kita secara keseluruhan kan. Serem dong kalau bisa. Tentu saja dalam hal ini saya tidak hanya akan berbicara tentang hal-hal fisik tapi juga hal-hal non fisik seperti karakter, preferensi, dll.


Ilustrasi: Behance, Fernando Perottoni
Banyak hal yang tidak diketahui manusia mengenai dirinya sendiri. Apalagi orang lain. Sama keluarga sendiri saja yang sudah hidup bersama belasan tahun, masih banyak misteri yang tidak kita ketahui. Tidak hanya secara fisik, biologis, tapi juga psikologis. Balik lagi ilmu Tuhan dan ilmu manusia tidak bisa dibandingkan. Tuhan mengetahui segala sesuatu hal sekecil apapun mengenai ciptaannya. Sedangkan ciptaannya tidak mengetahui kecuali amat sangat sedikit. Sampai kiamatpun manusia hanya akan tahu amat sangat sedikit dibanding dengan ilmu Tuhan.

Ingat kata mutiara Steve Jobs: "Stay hungry, stay foolish." Untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik kita harus terus belajar. Apapun yang ada dalam semesta, baik hal fisik maupun non fisik tidak akan pernah habis untuk bisa dipelajari. Seberapa kuatpun kita belajar tidak akan pernah mampu menguak seluruh isi alam semesta sedetail-detailnya. Bahkan sampai akhir hayat kita tidak akan pernah bisa memegang seluruh permukaan tulang kita sendiri langsung tanpa perantara. Itu hanya contoh kecil, kalau ditulis semua contohnya bisa-bisa sampai upin ipin SMA juga gak bakal selesai, hehe.

Ya begitulah, indra manusia terbatas. Apalagi ketika jatuh cinta. Ketika mengetahui ada seseorang yang menarik manusia bisa dengan mudah jatuh cinta. Apalagi falling in love at the first sigh. Apasih yang bisa kita ketahui ketika kita  jatuh cinta pada pandangan pertama, melainkan hanya amat sangat sedikit sekali. Tapi banyak yang mengaku mengalami. Baru ketemu pertama langsung ingin memiliki.

Itulah kenapa cinta itu buta. Baru liat amat sangat sedikit sisi dari seseorang langsung yakin dialah orang yang paling tepat untuk menghabiskan waktu bersama selamanya. Langsung ngajak nikah. Wkwkwk. Padahal orang yang jatuh cinta sendiri punya hal-hal yang tidak disukai dan bisa jadi banget hal-hal itu ada pada orang yang dia cintai pada pandangan pertama.

Seseorang yang sudah kenal lama aja, kalau udah nikah bisa banget kok banyak menemukan ketidakcocokan lalu bentrok. Sedetail apapun riset yang dilakukan sebelum menikah juga tidak menjamin tidak akan ada kata cerai. Tapi, jatuh cinta membuat manusia yakin terlalu cepat. Terlalu fokus dengan sisi-sisi yang dia sukai dari orang yang dia cintai. Lalu dengan mudah mengabaikan sisi-sisi lainnya. Tidak mau terlalu berpikir ribet. Padahal pernikahan bukanlah hal yang sepele. Hidup bersama dalam waktu yang lama itu hal yang amat sangat besar, bukan hal recehan. Karena perceraian, meskipun diperbolehkan adalah hal yang dibenci Tuhan, Allah SWT.

Oleh karena itu saya memilih untuk menghindari jatuh cinta, sebisa mungkin menghindari untuk mencintai dan dicintai dalam konteks asmara. Lebih memilih menumbuhkan cinta jika nanti sudah waktunya. Kapan? Ya setelah sah. Sama siapa? ya belum tahu. Saya cukup santai untuk hal itu. Terus dapet jodohnya gimana? Sepertinya bakal saya konsultasikan dengan orang yang saya percaya. Untuk saat ini fokus saya tidak untuk hal itu. Banyak hal yang lebih penting untuk mendapatkan fokus saya dibanding soal jodoh.

Senin, 20 Mei 2019

Asmara dan Pernikahan

Cinta itu banyak macamnya salah satunya adalah asmara. Tidak ada gelora asmara yang terus membara abadi tanpa pernah meredup. Asmara itu mudah meredup kapan saja. Jadi asmara tidak tepat dijadikan alasan untuk memilih calon pasangan untuk menikah.

Asmara itu sebaiknya dijadikan lem perekat hubungan antara suami dengan istri, bukan alasan untuk memilih calon suami/istri. Baru berusaha ditumbuhkan secara kontinyu setelah ijab kabul. Bukan tumbuh sebelum ijab kabul. Begitu banyak orang dengan mudahnya jatuh cinta hanya karena rupa, kekayaan, prestasi atau yang lainnya. Begitu menikah timbul berbagai alasan untuk pengen pisah.

Ya, namanya manusia pastilah punya potensi untuk bikin kesel pasangannya. Apalagi hidup serumah, tiap hari ketemu. Perselisihan itu biasa, rasa-rasanya gak betah sama kekurangan pasangan itu biasa. Setiap orang kan punya kekurangan. Ya punya potensi bikin pasangannya bete, kesel, uring-uringan.

Makanya, kalau para da'i bilang, nikah itu, kalau gandengan tangan aja ibadah. Bukannya pengen malah saya berpikir hal itu terjadi karena kenapa? Kalau udah nikah, bisa gandengan aja alhamdulillah. Gak jotakan tiap hari aja alhamdulillah. Ya, namanya manusia, punya potensi bikin kesel pasangannya.

Para da'i bilang, nikah itu dikit-dikit ibadah. Mesra dikit aja udah ibadah. Ya kenapa? Kalau udah berkeluarga, ga mungkin kasmaran setiap saat setiap waktu. Kalau pas hari H pernikahan dan beberapa saat tidak jauh setelahnya ya wajar kalau masih kasmaran lah ya. Kalau beberapa saat jauh setelahnya, saat udah mulai saling kesel, itu hal yang tidak mudah. Makanya sampai dijanjikan pahala sama Allah. Ya, biar asmara itu selalu dijaga oleh sepasang suami istri, karena untuk menjaga itu tidak mudah.

Itu pemikiran saya saja ya, saya sih belum pernah nikah. Pacaran juga belum pernah, gak pengen juga. Bukan sarana yang cukup efektif dan efisien untuk mengenal calon suami/istri. Cara terbaik memilih pasangan menurut saya adalah melalui riset mendalam menggunakan logika tanpa rasa, secara langsung maupun tidak langsung. Disertai dengan bertanya kepada Allah serta mereka, satu, dua atau lebih orang yang kita percaya. Beberapa hal soal pemilihan jodoh ini meskipun belum menyeluruh sudah ada sih di postingan saya berikut ini: Tabir (klik aja disini).

Sudah Pada Nikah

Saya sekarang ada pada usia dimana menurut orang-orang ya harusnya dah punya anak, tidak hanya menikah. Kenyataannya? Masih single. Begitu pula dengan teman-teman seumuran lainnya. Sudah mulai banyak yang sudah nikah, mulai banyak yang punya anak, tapi ya masih banyak juga sih yang belum menikah.

flickr Phil du Valois
Teman-teman saya yang belum nikah sudah pada mulai galau soal jodoh. Tiap ada kabar teman yang melepas masa lajang pada sedih. Pada pengen juga tapi belum jelas kapannya.

Kalau saya malah sebaliknya. Tiap ada yang nikah. Upload foto keharmonisan, keseruan sama suami/istri ikut bahagia aja gitu. Tiap ada yang mengungkapkan bahagianya punya anak ya ikut bahagia aja gitu.

Karena menurut bayangan saya dan apa yang saya lihat. Nikah itu tidak pernah mudah. Nikah itu tidak 100% indah. Nikah itu banyak susahnya. Indahnya tu cuma dikit. Jadi kalau pada mengabarkan bagaimana bahagianya setelah berkeluarga ya itu adalah hal yang patut diapresiasi. Berarti mereka pandai bersyukur.

Saya percaya kalau mereka bilang lebih bahagia setelah menikah daripada saat single. Iya, tapi apa iya sih gak pernah ada konflik sama pasangan dan atau keluarga pasangan. Masa iya sih hamil, menyusui, merawat bayi hingga kemudian besar itu mudah? Belum lagi mendidiknya.

Sama ibu sendiri yang jelas-jelas menyayangi kita seburuk apapun kita mudah terjadi konflik, perbedaan pendapat. Apalagi sama mereka yang rasa sayangnya tidak sebesar ibu kita. Manusia kan bukan malaikat. Hal wajar ketika suka bikin kita kesel, bete, dsb.

Senin, 18 Februari 2019

Tabir

Logika, akal pikiran adalah salah satu keistimewaan manusia yang diberikan oleh Tuhan. Awal tahun ini saya cam kan ke dalam diri saya untuk tidak lagi jatuh hati agar tidak lagi patah hati. Saya putuskan untuk bergabung dengan #antibaper2club. Ini bukan perkumpulan ya, cuma semacam Raisa waktu komen #antipangling2club di postingan instagram pernikahan Meghan Markle.

Iya, saya ingin memilih jodoh 100% berdasarkan logika bukan cinta. Karena saya berniat untuk tidak lagi jatuh cinta, baru setelah resmi sah, akan berusaha menumbuhkan cinta, dengan siapapun itu yang nanti ditakdirkan menjadi jodoh saya, yang saya pilih sendiri secara sadar tanpa paksaan.

Soal jodoh dan asmara saya ingin bikin postingan sendiri sih, sepertinya bakal banyak, hahah. Postingan ini tidak akan membahas soal itu. Saya ingin berbicara tentang logika manusia. Pagi ini, saya memutuskan untuk tidak lagi mengandalkan logika secara 100%.

Kemarin malam, saya mendadak punya ide untuk berbagi kepemilikan dengan seorang teman. Awalnya merupakan teman dari teman yang sudah banyak membantu saya, yang akhirnya menjadi teman saya juga, haha. Bingung? Gpp, gausah tanya XD. Bayangan saya, bisnis saya akan jadi jauh lebih cepat maju jika berpartner dengannya. Somehow, kepala saya yang lagi pusing bukannya berkurang pusingnya malah terasa makin kuat pusingnya. Akhirnya saya buka video materi terbaru di youtube guru saya yg sudah saya download sebelumnya, lalu tidur.

Paginya, saat pikiran masih fresh, mendadak saya merasa sebaiknya saya tidak merealisasikan rencana yang muncul kemarin malam. Hati saya hanya merasa tidak nyaman. Tapi kalau di logika, partnership kami bakalan bagus untuk bisnis saya. Pagi tadi, sekarang juga masih pagi sih, hehe. Maksudnya sebelum matahari tampak jelas. Tiap saya berpikir "Gpp jadi aja, toh dilogika juga bagus kok partnership tsb" kepala saya mendadak langsung pusing. Apakah ini pertanda?

Pusing saya auto hilang ketika saya kembali yakin untuk tidak berpartner dengannya. Begitu terus. Sampai akhirnya, saya berpikir dan putuskan, tidak jadi. Coba sendiri dulu tanpa partner yang posisinya sejajar atau hampir sejajar dalam bisnis saya. Lebih baik berpartner dengan banyak freelancer sambil melakukan evaluasi kinerja masing-masing. Kalau amat sangat memuaskan mungkin kerjasamanya bisa ditingkatkan dalam kuantitas maupun kualitas (maksudnya kalau sudah ada dananya bisalah diajak jadi karyawan tetap misalnya).

Meskipun secara logika sebaiknya saya memutuskan lanjutkan, tapi pertanda seperti kepala yang auto pusing setiap saya memutuskan untuk lanjutkan serta hati yang tidak nyaman ketika bangun tidur, ketika pikiran saya masih fresh, membuat saya mantap untuk stop. Jangan realisasikan rencana tsb. Apakah ini intuisi saya? mungkin.

Logika manusia terbatas, otak manusia terbatas, manusia hanya makhluk. Sebutir debu saja tidak bisa digunakan untuk membandingkannya dengan ilmu Tuhan yang jika air laut menjadi tinta, tidak akan cukup untuk menuliskan semua ilmu-Nya. Sangat banyak tabir yang menutup penglihatan logika manusia. Inilah pentingnya bertanya kepada-Nya.

ilustrasi: https://www.flickr.com/photos/jas-photoland/15541436226/

Jujur saya tidak shalat istikharah tadi. Saya masih jauh dari kata rajin shalat sunnah. Tidak sedikit-sedikit istikharah. Hanya saja, karena logika kita terbatas, tidak bisa kita 100% mengandalkan logika saja. Selain firman Tuhan dan sabda Rasul, kata hati, intuisi, juga bisa menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Ketika memutuskan untuk tidak jadi merealisasikan rencana saya kemarin malam, saya sebenarnya juga tidak membuka Al-Qur'an dan mencari tahu hadits Nabi. Saya belum sesholehah itu, hehe. Masih jauh dari kata sholehah juga wkkwk. Ketika kepala saya mendadak pusing setiap akan merealisasikan rencana tsb, ketika mendadak kata hati saya bilang "jangan" waktu bangun tidur tadi. Bisa jadi itu pertanda bahwa kelak, jika saya memutuskan untuk lanjut, tidak baik untuk bisnis saya.

Bisa jadi secara pribadi saya memang bertumbuh, tapi bisa saja bisnis saya pertumbuhannya tidak seperti yang saya inginkan. Misal karena seringnya terjadi perbedaan pendapat, sehingga bisnis saya tidak berkembang secara maksimal. Bisa jadi logika saya sekarang berkata sebaiknya lanjut, tapi kelak setelah satu tahun kemudian logika saya berkata dulu sebaiknya saya tidak mengambil keputusan itu.

Ya karena logika manusia terbatas. Banyak hal yang belum bisa saya lihat saat ini karena Allah masih menutupinya dengan tabir, belum berkehendak untuk membuka tabir tersebut secara jelas. Hanya menakdirkan saya merasakan pertanda2 seperti kepala yang mendadak pusing dan hati yang tidak nyaman.

Saya jadi ingat pesan guru saya di salah satu IG story beliau. Ketika kita berbeda pendapat dengan guru. Ikuti saja. Jangan bertahan dengan pendapat kita. Karena guru bisa melihat apa yang belum bisa kita lihat. Pengalaman seorang guru yang lebih senior tentu lebih banyak dari kita.

Banyak hal yang saat ini belum bisa kita lihat. Karena Allah belum atau memang tidak berkehendak untuk memperlihatkannya kepada kita. Sehingga mengandalkan logika secara 100% dalam mengambil keputusan belum tentu menghasilkan keputusan terbaik. Ya, karena logika kita penuh keterbatasan, banyak tabir yang menutupi kita dari ilmu-Nya. Ilmu kita tak akan pernah bisa dibandingkan dengan-Nya, sebutir debu pun tidak cukup untuk membandingkan betapa sedikitnya ilmu yang diperkenankan Tuhan untuk manusia ketahui. Karena air laut pun jika dijadikan tinta tidak akan cukup untuk menulis semua ilmu-Nya.

Surga Dunia yang Baru

ilustrasi: istockphoto.com  Weh dah lama gak update disini aku. Update ah. Gara-gara Tiktok sama Podcast aku jadi menemukan cara baru yang k...