FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Jumat, 29 Juli 2016

Laptop Lenovo Gratis

Deadlinenya cuma sampai besok loh, tidak ada ruginya mencoba, mumpung masih ada waktu. Info lengkap klik: www.bit.ly/berbagiceritainspirasi :)






Sabtu, 09 Juli 2016

Yang Paling Nyesek di Semester 2 Digit

gambar: isigood.com

Waktu magang di Telkom, tahun 2013 (semester 8), sudah ada ibu-ibu pegawai yang membandingkan saya dengan anaknya yang baru saja lulus S1. Saat itu saya masih bisa menjawab dengan senyum yang ikhlas, masih PD. Toh saya memang berniat lulus di semester 10. Tapi mulai lebaran tahun 2014, di penghujung semester 10, dimana target saya gagal, saya sudah mulai tidak PD. Rasanya ingin kabur dari tetangga-tetangga dan saudara-saudara yang bakal tanya kapan lulus. Begitu pula di lebaran tahun berikutnya. Alhamdulillah lebaran tahun ini tidak ada yang berani tanya-tanya kapan lulus.


2 tahun kemudian, yaitu tahun ini. Saya kembali mengerjakan skripsi dan akhirnya berani melangkahkan kaki ke kampus. Apa yang saya rasakan sekarang adalah menjadi lebih semangat dalam menyelesaikan skripsi, emosi lebih stabil. Ketika ada yang tanya kapan lulus setidaknya jawaban saya bukan lagi "minta doanya lulus tahun ini ya" atau "minta doanya lulus semester ini ya." Tapi sudah bisa jawab dengan yang lebih spesifik, "sedang mengerjakan bab 4, minta doanya ya biar jadi sarjana." Bab 4? Iya, pekan depan baru seminar proposal, hehe. Alhamdulillah setidaknya ada kemajuan, kalau konsultasi judulnya sudah skripsi, bukan proposal skripsi lagi #eh

Berarti sekarang tidak masalah dong kalau ditanya kapan lulus? Mmm.. ya tidak juga sih. Teman sejati menanyakan apa yang bisa saya bantu? Bukan kapan lulus? ^^v

Yang lebih nyesek dari pertanyaan kapan lulus adalah ketika penanya langsung men-judge kita menghabis-habiskan uang orang tua, tidak seperti mereka yang lulus tepat waktu. Sakit sekali saat di judge menghabiskan uang orang tua untuk kuliah lama-lama dan tidak kunjung bisa meringankan beban orang tua dengan bekerja. Biasanya kata-katanya kurang lebih seperti ini: "Cepat lulus, biar cepat kerja, bisa meringankan beban orang tua."

Kalau sudah mendengar yang seperti itu, kepala rasanya mendidih sudah siap meledak. Tapi saya orangnya malas berbicara panjang lebar. Biasanya hanya saya balas dengan senyuman, meski hati rasanya perih tak tertahankan, hahaha.

Why?

Pertama, saya tahu diri dengan membayar kuliah sendiri sejak semester 9. Tapi saya memang tidak pernah berkoar-koar tentang ini. Saya tidak pernah bilang soal ini ke mereka-mereka yang gemar tanya kapan lulus dan men-judge saya seenaknya. Saya hanya mengatakannya ketika saya curhat. Saya juga orang yang tidak mudah curhat secara langsung dengan orang lain. Salah tempat curhat yang ada malah tambah loyo bukannya tambah bersemangat.

Kedua, saya memang tidak kerja di tempat orang, tapi itu bukan berarti saya tidak berpenghasilan. Bukan berarti saya tidak pernah memberi bulanan ke orang tua saya. Bagi saya, kebutuhan saya dan ibu saya adalah tanggung jawab saya. Kebutuhan saya bukan tanggung jawab ibu saya.

Selain itu, saya juga sering sebal ketika saya sering diberi info-info lowongan pekerjaan. Lowongan pekerjaan apa pun, termasuk PNS. Meskipun niat mereka baik, namun hal seperti ini cukup menyakitkan bagi orang yang sudah mantap membesarkan bisnis sendiri seperti saya. Seolah-olah mereka bilang: bisnismu tidak prospektif, lebih baik melamar kerja disini saja. Hidupmu susah banget, kerja disini aja daripada bisnis, buktinya sampai sekarang hidupmu belum banyak berubah.

Seorang teman yang baik adalah teman yang menghargai keputusan temannya. Jika ada teman yang memutuskan untuk berbisnis dan tidak mencari kerja, ya hargailah. Buat saya, seorang entrepreneur itu bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang kebanyakan. Istilah ndesonya visioner. Tapi sebenarnya pebisnis yang baik memang seharusnya tidak mudah emosi ketika bisnisnya direndahkan atau dipandang sebelah mata. Seperti kata mbak Rachel Platten: "I don't really care if nobody else believe, cause I've still got a lot of fight left in me."

Tahu-tahu Semester 14

Menjadi seorang mahasiswa semester 14 tidak pernah ada di pikiran saya sebelumnya, ketika masih menjadi mahasiswa baru maupun ketika masih SMA. Ketika mulai memasuki semester belasan pun saya tidak pernah berencana dan tidak ada keinginan untuk menyandang status mahasiswa S1 sampai 7 tahun lamanya. Semuanya terjadi begitu saja. Waktu rasanya berlalu begitu cepat. Bagi seorang pemalas seperti saya. Waktu seperti pedang. Penundaan yang berlebihan akan menjadi penyesalan di kemudian hari. Hahaha..



mahasiswa.jpg
https://erickparamata.files.wordpress.com/2014/08/mahasiswa.jpg?w=809


Semuanya berawal ketika saya berencana untuk lulus 5 tahun. Menurut saya masa kuliah adalah masa yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Banyak peluang-peluang yang tidak akan kita dapatkan ketika kita sudah tidak menjadi seorang mahasiswa S1. Lulus 3,5 tahun sangat tidak menarik bagi saya.


Prinsip saya tidak seperti teman-teman saya yang ingin lulus dengan segera membuat saya memilih lebih suka menunda-nunda mengerjakan skripsi. Saya baru mengajukan judul di semester 10. Ini tidak sesuai rencana. Sebenarnya saya ingin mulai benar-benar mengerjakan skripsi di semester 9, kemudian selesai dan lulus di semester 10. Tapi memang sekalinya saya mencoba menunda, maka saya lebih enteng untuk melakukan penundaan berikutnya, begitu terus sampai tidak terasa sudah semester 14 #eh


Akhirnya sampai semester 10 berakhir dan saya baru bimbingan skripsi sekali. Padahal sudah membuat surat keterangan bebas teori. Lumayanlah kalau ditanya orang bisa jawab sudah tidak kuliah, kan memang sudah tidak kuliah di kelas, tinggal skripsi saja, haha. Tapi ya tetap saja. Saat akhirnya saya bayar SPP semester 11 rasanya down banget. Target saya lulus di semester 10 gagal sudah.


Semester 11 adalah saat dimana saya sudah mulai menghilang. Kalau ke kampus ya hanya numpang lewat atau mengurus pengesahan KTM di rektorat. Saya tidak pernah mengisi KRS manual sejak semester 11. Bahkan awal semester 14 ini, saya titip anak UNY semester 2 untuk mengurus pengesahan KTM saya di rektorat.


mta.jpg
ilustrasi: https://pbs.twimg.com/profile_images/2048182074/mta.jpg


Jarang bersentuhan dengan dunia kampus membuat saya jadi lebih mudah lalai dengan skripsi. Lebih mudah menunda-nunda skripsi. Selain memang sejak akhir semester 9 saya mulai tertarik dengan dunia bisnis online. Terlalu banyak hal menarik yang tak ada habisnya di dunia bisnis online. Sebelum bersentuhan dengan bisnis online saya masih bingung dengan passion saya. Setelah memulai bisnis online saya yakin inilah passion saya. Jika dulu ingin kerja di Telkom atau Departemen Keuangan, sekarang saya sudah tidak tertarik capek-capek cari kerja. Lebih bersemangat untuk membesarkan bisnis sendiri.


Mungkin karena dengan mengerjakan skripsi saya tidak dapat uang dan dengan berbisnis online saya dapat uang. Saya menjadi selalu mementingkan bisnis saya ketimbang skripsi. Lagipula orang-orang menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan ijazah kemudian ijazah tersebut untuk mencari kerja. Disinilah kesesatan terparah dimulai, haha.


Apakah dengan mengabaikan skripsi dan lebih mementingkan bisnis rejeki kita akan menjadi lebih lancar? Kalau saya sih tidak. Skripsi yang tidak kunjung saya selesaikan menjadi penghambat serius dalam bisnis dan kehidupan saya. Penyesalan memang diakhir ya, haha.


Memasuki semester 11 adalah tamparan yang cukup keras untuk saya. Malu ke kampus? Iya. Saya membayangkan saya akan dicaci maki karena saya gagal lulus di semester 10. Niat sesat pun dimulai. Saya berniat baru mengerjakan skripsi setelah bisnis saya autopilot. Jadi skripsi jalan, bisnis jalan. Saya berniat mengumpulkan uang untuk biaya skripsi dulu baru menyelesaikan skripsi. Kalau saya lebih mengutamakan skripsi saya takut tidak mendapat penghasilan dan tidak ada biaya untuk mengerjakan skripsi. Jadilah saya lebih mengutamakan bisnis saya dulu.


Setiap pergantian semester saya selalu yakin, bahwa di semester ini bisnis saya segera autopilot dan saya bisa segera menyelesaikan skripsi. Setiap ditanya kapan lulus, saya jawab minta doanya semoga semester ini. Tapi ya itu, cuma yakin aja, usaha nyatanya nol. Hahaha.


alasan.jpg
ilustrasi: http://static.inilah.com/data/meme/alasan.jpg


Akhirnya saya sudah buang-buang uang SPP untuk 3 semester tanpa ke kampus sama sekali. Semester 11, 12, 13. Baru di penghujung semester 14 ini, mendadak rajin ke kampus karena takut di drop out, haha. Sayang banget kan, uang SPP tiga semester kalau dikumpulin lumayan, bisa buat beli gadget baru untuk memperlancar bisnis online saya. Takut kehilangan penghasilan malah jadi kehilangan uang jutaan. Hmm… Benar-benar kurang iman.


Apakah saya kembali ke kampus lagi karena bisnis saya sudah autopilot? Belum sih, posisi saya sekarang masih sedang menikmati proses. Lama banget ya prosesnya? Iya, bisnis itu tidak semudah bikin mie instant. Paling susah itu melawan diri sendiri. Mengendalikan emosi. Melawan rasa malas.


Dalam berbisnis, saya sudah jauh ketinggalan kereta dengan teman-teman sesama pebisnis online lainnya. Kenapa? Lebih ke diri saya sendiri sih. Usahanya kurang, rencana tinggal rencana, target tinggal target, ide tinggal ide, mudah badmood, sering menunda-nunda, kurang berani merealisasikan apa-apa yang sudah direncanakan, alon-alon waton kelakon, duh.


Tidak takut semakin ketinggalan kereta karena milih mengerjakan skripsi? Tidak. Yakin aja lah rejeki sudah diatur Allah SWT. Niatnya untuk membahagiakan orang tua. Saya tidak ingin ibu saya menangis gara-gara saya di drop out. Ibu saya pasti malu sekali kalau sampai saya di drop out. Kasihan ibu saya kalau harus mendapat komentar-komentar negatif dari orang-orang gara-gara saya di drop out. Inilah motivasi terbesar saya.


Jalan aja lah, utamakan skripsi, bisnis kemudian setidaknya sampai saya mendapat ijazah saya. Bisnis tetap jalan, otak diputar. Alhamdulillah saya berada diantara teman dan saudara yang baik yang bersedia membantu saya menjalankan bisnis selama saya skripsi. Pokoknya yakin rejeki ada yang ngatur. Setelah ijazah di tangan insyaallah bisnis lebih enteng dan lebih los. Insyaallah bisnis lebih lancar karena tidak terbebani skripsi yang belum selesai. Selama ini selama menjalani bisnis saya tidak tenang, karena kepikiran skripsi terus. Iya kepikiran aja, lol. Insyaallah sekarang sudah tobat, tidak hanya kepikiran tapi betul-betul dikerjakan dengan penuh niat tulus mau lulus.


Saya juga sayang sama masa kuliah teori yang sudah saya habiskan selama 4 tahun. Tidak pernah ada niatan untuk drop out maupun out dewe. Tidak cuma sayang kuliahnya, tapi juga sayang uangnya. Biaya masuk kuliah sampai 8 semester dibiayai almarhum bapak saya. Mulai semester 9 saya biaya sendiri. Semuanya bagi saya bukanlah jumlah yang sedikit dan sayang kalau hanya berakhir drop out.


Akhirnya pekan kemarin saya kuatkan mental untuk kembali ke kampus lagi. Masih ada keraguan saat mulai masuk kampus. Tapi saya tetap melangkah. Kembali bertemu para dosen dan ternyata tidak ada caci maki, yang ada hanyalah dukungan agar saya segera menyelesaikan skripsi saya.


Dosen-dosen pengurus jurusan dan fakultas tidak akan tinggal diam dan bersikap kaku bila mahasiswa ‘abadi’nya memutuskan berniat dan bersemangat untuk segera lulus.
Percayalah, kalau kamu ikhlas dan berniat untuk lulus, akan muncul solusi yang tak pernah kamu bayangkan. Pada prinsipnya, tak pernah terfikirkan sedikitpun di benak Bapak/Ibu dosenmu dulu menerimamu jadi mahasiswa untuk akhirnya di-D.O.”


Pesan saya untuk adik-adik angkatan. Menyandang gelar sebagai mahasiswa semester belasan itu tidak enak sekali. Beban di pikiran. Dapat caci maki dari teman, tetangga dan saudara. Jadi menghindar dari teman-teman sekolah, guru-guru sekolah, teman-teman kuliah juga, gara-gara belum siap mental ditanya kapan lulus dsb. Benar-benar menyiksa. Jangan coba-coba menunda-nunda skripsi lah jika tidak ingin bernasib sama dengan saya. Seorang sukses kaya raya tujuh turunan seperti Bill Gates pun menyesal dulu tidak menyelesaikan kuliah.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...