Saya merasakan TOEFL untuk pertama kalinya itu saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) di UNY. Sebenarnya di SMA dulu ada lembaga yang mengadakan les TOEFL setelah pulang sekolah. Karena tidak tertarik, maka saya tidak ikut. Waktu itu saya belum merasa membutuhkan skor TOEFL.
Saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) dulu saya masih awam dengan TOEFL dan tidak mencari tahu, hehe. Dan hari itu pun tiba. Saya datang telat dan bingung cari kelas, haha. Meski sudah pada masuk, alhamdulillah tes belum dimulai :D.
Saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) dulu saya masih awam dengan TOEFL dan tidak mencari tahu, hehe. Dan hari itu pun tiba. Saya datang telat dan bingung cari kelas, haha. Meski sudah pada masuk, alhamdulillah tes belum dimulai :D.
Waktu itu saya masih terngiang-ngiang mengenai masa-masa ujian SNMPTN. Jangan-jangan ada nilai minus nih kalau salah, sangka saya. Gabungan antara saya yang peragu dan malas belajar (tidak persiapan sama sekali untuk TOEFL) membuat saya banyak mengosongkan lembar jawab. Daripada nilai saya minus, batin saya.
Dan hari pengumuman pun tiba. Saya tidak termasuk mahasiswa dengan nilai TOEFL 400 keatas! Payah banget. Jadi minder. Tetapi semester 2 ada Mata Kuliah Umum Bahasa Inggris. UAS Bahasa Inggris saya lalui tanpa persiapan yang serius. Saya heran, kenapa teman-teman yang TOEFL-nya 400 keatas pada kesulitan mengerjakan soal UAS. Itu kan cuma Bahasa Inggris dasar. Menurut saya soalnya super duper mudah. Dan saya pun mendapat nilai A di KHS saya, teman-teman pada mengeluh soal nilai mereka yang C kebawah. Jadi PD nih, haha.
Semester 4 saya bertemu mata kuliah Bahasa Inggris Bisnis. Dan lagi-lagi saya mendapat nilai A disaat nilai teman-teman terpuruk. Bahkan nilai akhir sekelas diumumin di papan, dan saya yang tertinggi! Yeay!! Bukan bahagia di atas penderitaan orang lain loh, Alhamdulillah aja gitu jadi tambah PD :D. Wkwkwkwk.
Sekitar akhir tahun 2011, antara September-November, saya lupa tepatnya. Ada TOEFL like lagi di UNY. Kali ini yang mengadakan UKM Bahasa Asing bekerja sama dengan ILP. Cuma 10rb doang. Lumayan buat pemanasan sebelum ikut TOEFL ITP. O iya, di tahun ini saya tertarik ikut program IELSP yang mensyaratkan skor TOEFL ITP.
Hari H datanglah saya ke FBS. Kali ini saya sudah tahu loh kalau di TOEFL tidak ada pengurangan nilai, haha. Meski tidak pernah ikut Les TOEFL sebelumnya saya cari tau dulu dong. Malu tau kalau seperti dulu! lembar jawab TOEFL kok banyak yang dikosongin! Orang kota masa tidak tahu menahu aturan TOEFL, hehe.
Setelah dua tahun lebih tidak pernah ujian pakai lembar jawab komputer ternyata pegel juga. Tidak cuma pegal sebenarnya, tapi juga pegel banget!! Sampai-sampai pengen keluar meski belum selesai menjawab dan waktu masih panjang. Akhirnya saya pun cepat-cepat menjawab dengan ilmu "kira-kira," haha. Pokoknya waktu ketemu soal dan tidak yakin dengan jawabannya, kira-kira sajalah jawaban yang kira-kira benar yang mana :P. Biar cepat bisa duduk tegak lagi dan punggungnya tidak pegal! :D Jadi, saat semua soal TOEFL sudah selesai saya jawab, rasanya senang! Meski khawatir dengan hasilnya, udah kurang persiapan, banyak ngawur, datang agak telat. Ahahah, biarinlah.
Pengumuman nilai TOEFL pun keluar! Ternyata gak jelek-jelek amat. Dapet 460, seenggaknya aman lah buat persyaratan ikut IELSP yang mengharuskan nilai minimal TOEFL 450. Lagi pula temanku si Elok Pawening dengan TOEFL Like 450 berhasil lolos pertukaran pelajar di Jepang. Don't be sad lah. #menghibur diri.
Deadline IELSP semakin dekat. Seperti biasa, penyakit lama, banyak yang belum saya persiapkan. Cari tempat TOEFL pun telat, telpon sana sini, jadwal paling cepet yang belum penuh di PPB UGM. Tanggal 17 November 2012. Hari itu jam 3 sore PPB UGM tutup. Kursi yang tersisa tinggal super sedikit. Menjelang jam 3 aku langsung cabut dari rumah. Sampai PPB UGM jam 3 lebih sedikit. Eh, ketemu mbak-mbak PPB UGM. Aku pun memelas untuk dapat mendaftar TOEFL. Karena deadline pengiriman berkas tanggal 18, meski skor TOEFL bisa menyusul tapi tanggal kapan TOEFL harus ditulis di blangko IELSP. Berarti setidaknya H-1 deadline kan? “Ini sebenarnya ada beberapa yang sudah daftar lewat telepon tapi belum bayar, nanti kalau ada bangku kosong saya hubungi, tapi tidak janji,” kurang lebih seperti itu si mbak menjawab permintaan saya yang memelas. Setelah itu jelas saya mengutuk diri saya, mengapa tadi tidak mendaftar dulu langsung lewat telepon. Huh, besok lagi lah kalau butuh TOEFL.
Jadwal TOEFL terdekat setelah tanggal 17 November adalah tanggal 18 November di ELTI. Karena ngebet banget pengen daftar IELSP tahun 2011. Saya pun menelpon dan mendaftar, tinggal satu kursi kata penerima telpon di seberang sana. Setelah ke kantor ELTI dan membayar, saya medapat handbook TOEFL ITP. Ada latihan soal dan penjelasan lengkap tentang TOEFL ITP.
Belajar dari TOEFL Like yang saya ikuti sebelumnya, saya rasa penting untuk membiasakan diri menghitamkan jawaban di lembar jawab. Biar lebih lincah dan tidak memakan waktu lama hanya untuk mengisi jawaban. Lebih baik kan waktunya dipakai untuk mikirin jawaban soal kan. Saya fotokopi contoh lembar jawab TOEFL ITP kemudian saya pakai untuk latihan menghitamkan pilihan jawaban di rumah.
Dari semenjak masa pendaftaran TOEFL ITP hingga TOEFL ITP ada kabar tidak sedap dari teman saya. Katanya syarat ikut IELSP itu melakukan TOEFL maksimal sebelum deadline alias tanggal 17 November. Waduh, nanti kalau ikut jangan-jangan belum-belum saya sudah tidak lolos secara administrasi, kan sayang banget tuh. Ikut nggak yaa... Galau. Tapi memang dari beberapa esai yang disyaratkan saya belum bikin semua (dalam bahasa Inggris), haha. Baru coret-coret aja dalam bahasa Indonesia. Hhhh... Deadline semakin dekat, tanggal 16 November saya pun akhirnya memutuskan untuk, yasudahlah tidak usah ikut saja, daripada ribet ngurus ini itu yang juga belum diurus (dasar ni anak!! --“).
Lagipula saya juga lagi sakit daripada bertambah sakit, tahun besok aja ya ikutnya. Tapi nyesel udah daftar TOEFL ITP. Kalau gini kan saya bisa daftar tahun depan aja, udah persiapan buat TOEFL gak maksimal, menjelang TOEFL malah sakit. Hiks. Melayanglah 300rb saya. Padahal kalau tahun depan kan bisa tes di FEB UGM, karena lebih murah (27 US$, waktu itu jika dirupiahkan tidak sampai 250rb). Biasa, kalau sudah seperti ini nyesel, nyesel, dan nyesel.
Ba’da Magrib saya pun ke ELTI dengan kondisi sakit. Batuk dan pilek yang masih agak parah. Untung saya mendapat tempat duduk di pojok belakang, jadi tidak terlalu memalukanlah. Kalau batuk dan sentrap sentrup tidak akan ada yang peduli tengak tengok, hahah. Alhamdulilllah selama tes bagian listening saya tidak batuk-batuk. Alhamdulillah banget lah! Kalau tidak kan saya bisa disalahkan peserta lain yang satu ruangan saat itu, mana yang saya kenal ada dua orang lagi, bisa-bisa saya tidak diakui jadi teman.
Selesai listening saya batuk hebat gila! Dan payahnya saya tidak membawa tissu! Saya hanya bisa mengutuk diri sendiri. Meskipun saya harus berterimakasih kepada Allah SWT meskipun kondisi saya seperti ini lembar jawab saya tetap kering. Ingus saya beberapa kali hampir mengenai lembar jawab, tapi atas kuasa Allah SWT, saya selalu berhasil menyelamatkan lembar jawab saya dari bahaya itu, haha. Yah, sentrap sentrup batuk-batuk nggak jelas.
Saya malu gila, tidak enak hati suara batuk saya pasti sudah mengganggu peserta lain. Sampai-sampai saya tidak tahu kalau masih ada satu lembar soal terakhir yang belum saya kerjakan. Saya tahu saat sudah keluar dari ruang ujian, teman saya membicarakan tentang soal terakhir. Apa?! Soalnya sampai nomor itu, kok tempat saya enggak ada ya?” Kata saya. “Brarti belum saya baca, saya kira soalnya sudah habis, padahal kan kalau pun nanti saya tidak tahu jawabannya kan saya bisa ngawur, hehe. Tapi ga apalah, orang gak sampai 5 soal juga dihalaman terakhir. Ga rugi-rugi amatlah. Yang rugi tu karena persiapan saya tidak maksimal dan saya sakit saat TOEFL ITP! Salah saya juga sih. Mengapa tidak mempersiapkan pendaftaran IELSP dan TOEFL ITP sejak lama.
Pengumuman pun tiba. Eh, ternyata tidak di tempel di papan pengumuman, hehe. Saya mendapat sebuah amplop dari ELTI. Tidak sabar, di parkiran saya sobek amplop dan saya intip skor saya. Yah, cuma 477. Tak apalah, seenggaknya bisa untuk daftar IELSP di tahun 2012. Sebenarnya sih kurang pede dengan TOEFL ITP segitu. Tapi daripada tes lagi, bayar lagi. Itu aja dah 300rb. Eh btw ternyata di tahun 2012 kemarin belum ada pengumuman pembukaan pendaftaran IELSP, sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar