FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Senin, 18 Februari 2019

Tabir

Logika, akal pikiran adalah salah satu keistimewaan manusia yang diberikan oleh Tuhan. Awal tahun ini saya cam kan ke dalam diri saya untuk tidak lagi jatuh hati agar tidak lagi patah hati. Saya putuskan untuk bergabung dengan #antibaper2club. Ini bukan perkumpulan ya, cuma semacam Raisa waktu komen #antipangling2club di postingan instagram pernikahan Meghan Markle.

Iya, saya ingin memilih jodoh 100% berdasarkan logika bukan cinta. Karena saya berniat untuk tidak lagi jatuh cinta, baru setelah resmi sah, akan berusaha menumbuhkan cinta, dengan siapapun itu yang nanti ditakdirkan menjadi jodoh saya, yang saya pilih sendiri secara sadar tanpa paksaan.

Soal jodoh dan asmara saya ingin bikin postingan sendiri sih, sepertinya bakal banyak, hahah. Postingan ini tidak akan membahas soal itu. Saya ingin berbicara tentang logika manusia. Pagi ini, saya memutuskan untuk tidak lagi mengandalkan logika secara 100%.

Kemarin malam, saya mendadak punya ide untuk berbagi kepemilikan dengan seorang teman. Awalnya merupakan teman dari teman yang sudah banyak membantu saya, yang akhirnya menjadi teman saya juga, haha. Bingung? Gpp, gausah tanya XD. Bayangan saya, bisnis saya akan jadi jauh lebih cepat maju jika berpartner dengannya. Somehow, kepala saya yang lagi pusing bukannya berkurang pusingnya malah terasa makin kuat pusingnya. Akhirnya saya buka video materi terbaru di youtube guru saya yg sudah saya download sebelumnya, lalu tidur.

Paginya, saat pikiran masih fresh, mendadak saya merasa sebaiknya saya tidak merealisasikan rencana yang muncul kemarin malam. Hati saya hanya merasa tidak nyaman. Tapi kalau di logika, partnership kami bakalan bagus untuk bisnis saya. Pagi tadi, sekarang juga masih pagi sih, hehe. Maksudnya sebelum matahari tampak jelas. Tiap saya berpikir "Gpp jadi aja, toh dilogika juga bagus kok partnership tsb" kepala saya mendadak langsung pusing. Apakah ini pertanda?

Pusing saya auto hilang ketika saya kembali yakin untuk tidak berpartner dengannya. Begitu terus. Sampai akhirnya, saya berpikir dan putuskan, tidak jadi. Coba sendiri dulu tanpa partner yang posisinya sejajar atau hampir sejajar dalam bisnis saya. Lebih baik berpartner dengan banyak freelancer sambil melakukan evaluasi kinerja masing-masing. Kalau amat sangat memuaskan mungkin kerjasamanya bisa ditingkatkan dalam kuantitas maupun kualitas (maksudnya kalau sudah ada dananya bisalah diajak jadi karyawan tetap misalnya).

Meskipun secara logika sebaiknya saya memutuskan lanjutkan, tapi pertanda seperti kepala yang auto pusing setiap saya memutuskan untuk lanjutkan serta hati yang tidak nyaman ketika bangun tidur, ketika pikiran saya masih fresh, membuat saya mantap untuk stop. Jangan realisasikan rencana tsb. Apakah ini intuisi saya? mungkin.

Logika manusia terbatas, otak manusia terbatas, manusia hanya makhluk. Sebutir debu saja tidak bisa digunakan untuk membandingkannya dengan ilmu Tuhan yang jika air laut menjadi tinta, tidak akan cukup untuk menuliskan semua ilmu-Nya. Sangat banyak tabir yang menutup penglihatan logika manusia. Inilah pentingnya bertanya kepada-Nya.

ilustrasi: https://www.flickr.com/photos/jas-photoland/15541436226/

Jujur saya tidak shalat istikharah tadi. Saya masih jauh dari kata rajin shalat sunnah. Tidak sedikit-sedikit istikharah. Hanya saja, karena logika kita terbatas, tidak bisa kita 100% mengandalkan logika saja. Selain firman Tuhan dan sabda Rasul, kata hati, intuisi, juga bisa menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Ketika memutuskan untuk tidak jadi merealisasikan rencana saya kemarin malam, saya sebenarnya juga tidak membuka Al-Qur'an dan mencari tahu hadits Nabi. Saya belum sesholehah itu, hehe. Masih jauh dari kata sholehah juga wkkwk. Ketika kepala saya mendadak pusing setiap akan merealisasikan rencana tsb, ketika mendadak kata hati saya bilang "jangan" waktu bangun tidur tadi. Bisa jadi itu pertanda bahwa kelak, jika saya memutuskan untuk lanjut, tidak baik untuk bisnis saya.

Bisa jadi secara pribadi saya memang bertumbuh, tapi bisa saja bisnis saya pertumbuhannya tidak seperti yang saya inginkan. Misal karena seringnya terjadi perbedaan pendapat, sehingga bisnis saya tidak berkembang secara maksimal. Bisa jadi logika saya sekarang berkata sebaiknya lanjut, tapi kelak setelah satu tahun kemudian logika saya berkata dulu sebaiknya saya tidak mengambil keputusan itu.

Ya karena logika manusia terbatas. Banyak hal yang belum bisa saya lihat saat ini karena Allah masih menutupinya dengan tabir, belum berkehendak untuk membuka tabir tersebut secara jelas. Hanya menakdirkan saya merasakan pertanda2 seperti kepala yang mendadak pusing dan hati yang tidak nyaman.

Saya jadi ingat pesan guru saya di salah satu IG story beliau. Ketika kita berbeda pendapat dengan guru. Ikuti saja. Jangan bertahan dengan pendapat kita. Karena guru bisa melihat apa yang belum bisa kita lihat. Pengalaman seorang guru yang lebih senior tentu lebih banyak dari kita.

Banyak hal yang saat ini belum bisa kita lihat. Karena Allah belum atau memang tidak berkehendak untuk memperlihatkannya kepada kita. Sehingga mengandalkan logika secara 100% dalam mengambil keputusan belum tentu menghasilkan keputusan terbaik. Ya, karena logika kita penuh keterbatasan, banyak tabir yang menutupi kita dari ilmu-Nya. Ilmu kita tak akan pernah bisa dibandingkan dengan-Nya, sebutir debu pun tidak cukup untuk membandingkan betapa sedikitnya ilmu yang diperkenankan Tuhan untuk manusia ketahui. Karena air laut pun jika dijadikan tinta tidak akan cukup untuk menulis semua ilmu-Nya.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...