FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Rabu, 11 September 2019

Pamer Tipe

Usiaku adalah usia dimana bisa bikin orang gatel untuk tanya "Kapan Nikah?" "Tipemu yang kayak gimana sih?" Tapi jarang banget kok yang tanya gitu. Lah calonnya aja belum ada xD. Alhamdulillah ya, pada pengertian. Tapi aku orangnya males kalau ada yang nawarin buat cariin jodoh sih. Kek apa aja gitu rasanya, hehe. Gak suka dijodoh-jodohin toh aku juga santai anaknya. Banyak yang butuh fokusku diluar soal jodoh yang butuh lebih diutamakan untuk dijadiin fokus terlebih dahulu. Masalah jodoh mah masalah kesekian.

Kamu jelek kali jadi gak ada yang ngedeketin. Iya aku memang gak memenuhi standar kecantikan orang-orang. Dan itu gak masalah. Lebih baik ngikuti kata hati sendiri daripada ngikuti kata orang. Mau pilih penampilan kayak apa punya wajah kayak apa suka-suka aku yang penting aku nyaman aku senang aku puas, gak ngerugiin orang lain, aku memutuskan karena diri sendiri bukan karena orang lain. Aku emang gak pernah dideketin orang tapi ya aku malah seneng. Memang itu yang aku mau sih gak pengen di deketin dalam rangka pencarian jodoh. Tapi tetep open for every one buat sekadar berteman asal cocok dan berfaedah. Pengen objektif, lebih memilih pakai logika, kata hati dan petunjuk dari Allah daripada pakai perasaan.

Ya begitulah, usialah yang kemudian membuatku berpikir jodoh yang tak pengenin yang seperti apa sih. Jadi kepikiran, bukan berarti cari yang sempurna tapi lebih cari yang pas, akunya aja banyak kurangnya. Akunya aja cuma begini adanya.

Cuma pengen pamer aja astaghfirullah, kok malah pamer, hehe. Ya cuma sekedar pamer wangsit dari Allah tentang bagaimana jodoh yang aku inginkan. Imajinasi dulu. Bukan berarti 100% harus terpenuhi sih. Ada yang menurutku wajib banget ada di dalam diri jodohku nanti, ada yang gak mutlak harus ada. Namanya manusia, masing-masing unik, tidak ada yang sempurna. Yang penting nanti kalau udah fix milih terus ditakdirkan jadi jodoh ya harus setia. Mau gimanapun keadaannya, sebisa mungkin hubungan dijaga. Saling menjaga. Kecuali ada satu dan lain hal yang bikin harus terpaksa pisah, tapi ya amit2 naudzubillah jangan sampai.

Finansial
Aku bakal lebih melihat kemampuan seseorang dalam menghasilkan uang daripada uang yang dimiliki sekarang. Bisa jadi yang sekarang milyader tahun depan kekayaannya minus, bisa jadi yang sekarang jutawan aja enggak tahun depan jadi milyader. Jadi lebih melihat potensi seseorang daripada apa yang dimiliki sekarang. Tahan banting gak. Pemalas gak. Pinter bikin cari uang gak. Lebih ke kepiawaian cari uang dalam segala keadaan anti gengsi2 club.

Gak malu ngasong kalo memang keadaan mengharuskan ngasong. Gak malu keliatan miskin kalo memang keadaan memaksa seperti itu. Gengsi tidak membuat kaya tapi justru tersiksa. Anti yang suka pamer-pamer, hedon, yang gak suka keliatan kaya aja. Tiap hari kaosan sama sandal jepitan. Gak haus pujian "sukses" dari orang-orang. Suka yang diem-diem pinter ngasilin banyak uang tanpa perlu koar-koar. Kayak Abdurrahman bin Auf. Selalu memiskinkan diri tapi selalu auto kaya, karena memang orangnya pinter cari uang ya mau gimana lagi.

Karakter
Aku suka banget sama orang yang pintar membawa diri, mudah membaur dilingkungan apa aja, cepet nyaman dan cepet bikin lingkungan yang dimasukinnya nyaman sama dia. Tapi gak ganjen. Banyak kan ya orang yang grapyak tapi ganjen suka baperin cewek2, that's a big NO.

Aku kan anaknya susah gitu nyaman dan bikin orang nyaman. Jadi sering merasa bersalah. Pengen berbaur tapi masih harus belajar banyak buat lebih luwes. Jadi jarang berbaur akunya. Pengen punya jodoh yang bisa bikin aku mudah berbaur dimana aja tanpa tergantung sama dia. Jadi bisa ngajarin aku buat jadi luwes kayak dia. Diawal ya bolehlah ditemenin, lama-lama jadi gak harus selalu ditemenin. Kalau harus berbaur sendiri tetap bisa.

Jodohku nanti juga harus banget paham dan sudah terbiasa menerapkan prinsip antarodhi. Jadi nggak fanatik gitu orangnya. Gak gampang judge orang. Lebih suka nambah saudara daripada nambah musuh. Gak sombong. Lebih mementingkan impact dirinya di atas bumi daripada imej dia. Ojo dumeh. Tenggang rasa. Gak suka memaksa. Paham bahwa hidayah itu di tangan Tuhan. Kita hanya bisa berusaha dengan cara secantik mungkin. Harus juga punya eager untuk ikut serta dalam usaha membuat dunia ini menjadi lebih baik.

Open mind menganggap wanita itu juga punya otak. Laki-laki memang pemimpin rumah tangga, tapi gak bisa juga bilang wanita waton manut wae. Paham banget sampai ke relung hati bahwa wanita itu punya otak, rasa dan hati. Otak, rasa, dan hati wanita tidak bisa diabaikan begitu saja. Paham juga bahwa dirinya hanya manusia, makhluk ciptaan Tuhan. Jadi selalu membuka diri untuk belajar dan belajar. Terbuka untuk saling bertukar pikiran serta perasaan dengan wanitanya.

Nyambung. Repot juga kan kalau ngobrol seringnya gak nyambung. Bisa emosi tiap hari aku nanti.

Blak-blakan. Komunikasi lancar. Kalo pengen aku kayak gimana ya ngomong aja. Gausah kebanyakan kode-kodean gak jelas. Terbuka juga untuk dapet saran dan kritik dari aku. Jadi jadi lebih baik bareng-bareng. Sama-sama selalu berusaha bikin nyaman satu sama lain. Pasti kan kedepannya ada hal-hal yang gak disuka. Ada hal-hal yang disuka. Ya bilang aja, aku prefer kayak gini, kurang suka yang kayak gitu. Santai terbuka tanpa emosi. Tidak lupa terbiasa selalu mengonfirmasi perasaan satu sama lain. Jangan ada yang dipendem. Biar gak meledak jadi bom atom, bisa hancur mendadak. Naudzubillah.

Bergaya hidup sehat. Kuat olahraga, bisa beladiri. Juga suka makanan sehat tapi tetap antarodhi. Aku kan kalau soal makanan lebih ke impulsif gitu hehe.

ilustrasi: flickr grotos
Cocok. Maksudnya ya memang yang dicari ya manusia kayak aku. Setidaknya bisa menoleransi hal-hal nggak banget yang ada di aku. Bersabar dengan prosesku memperbaiki diri. Bisa menerima hal-hal nggak banget di aku yang bisa jadi sampai akhir hayat ga bisa dihilangkan. Aku manusia yang punya spirit menjadi lebih baik kok. Ada gak sih, haha. Tapi aku bukan tipe orang yang, yang penting dapet jodoh daripada enggak.

Berkeluarga itu bisa bikin kita lebih bahagia atau lebih menderita dari jaman pas masih sendiri. Lebih rawan menderita malah. Jadi kecocokan itu wajib hukumnya. Meskipun gak harus 100% cocoknya. Toleransi dan kompromi bolehlah. Ya namanya manusia, belum tentu apa yang semua yang kita inginkan itu 100% baik untuk kita juga. Allah yang maha tahu, manusia hanya sedikit tahu.

Cocok juga termasuk cocok sama rencana-rencana hidupku ke depan. Aku juga bakal terbuka untuk toleransi dan kompromi. Hanya jelas cara mendidik anak, keuangan, dll dll harus selesai sebelum fix memutuskan untuk berkeluarga. Hal-hal sensitif yang mana rawan menjadi sumber kehancuran bahtera harus diselesaikan diawal sebelum memulai semuanya.

Penampilan
Aku kurang suka sama cowok yang suka pakai kemeja, jas, sama celana bapak2 (yang banyak benik-nya udah gitu ukurannya segede gaban semua). Lebih suka cowok yang kaosan tanpa kerah (bukan kaos bola) dan pakai celana santai. Menurutku cowok itu lebih ganteng kalau tampil casual, kurang ganteng kalau pakai jaket kulit sama cardigan. Kalau outer menurutku cowok lebih ganteng kalo pakai outer selain cardigan, jaket kulit, sama rompi, intinya prefer yang casual, hehe.

Tampang
Bebas sih yang penting agak terawat tapi nggak maho. Kan ada ya, yang kinclong banget tapi kelihatan banget juga maho-nya. Sekali lihat langsung nyesel berasa abis liat penampakan. Kayak wagu gitu kan. Skinkeran dikit tapi tetep lakik. Kayak abimana aryasatya gitu sorot wajahnya lakik gitu tapi tetap bersahabat, gak sombong. Gak terlalu kalem dan manis. Tapi selalu berusaha mempraktekan prinsip antarodhi. Brewokan gpp. Gak harus ganteng, apalagi seganteng abimana, orang akunya aja muka pas2an wkwkwk.

Diluar itu semua jelas 100% lawan jenis, Islam luar dalam, punya kredibilitas, berilmu, punya networking luas berkualitas (atau setidaknya punya potensi untuk punya jaringan luas berkualitas), itu dulu sih. Belum tau kalau nanti atau besok-besok ada perubahan. Ya namanya manusia, kemampuannya serba terbatas. Siapa tahu besok-besok dapat wangsit baru dari Allah SWT siapa yang tahu. Terpenting, besok kalau sudah memutuskan ya jangan enteng bilang pisah, sebisa mungkin jangan pisah. Jangan sampai pisah, aaamiiiiinnnnn.

Minggu, 01 September 2019

Asmara adalah Fitrah

Sudah fitrahnya manusia hidup berpasang-pasangan lalu berketurunan. Itu pada umumnya. Manusia itu unik. Ada juga manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Misalnya Maryam ibu dari Nabi Isa. Wanita suci yang mempunyai derajat jauh diatas kita semua, wanita penghuni bumi di zaman ini. Ada juga Rabi'ah Al Adawiyah, seorang muslimah yang amat sangat mencintai Allah, Tuhan semesta alam. Rabi'ah memilih untuk tidak menikah hingga akhir hayatnya.

Saya manusia biasa. Tidak sehebat Maryam maupun Rabi'ah. Apalagi Bunda Maryam yang sudah disebut sebagai salah satu dari tiga wanita terbaik di muka bumi oleh Allah. Dibandingkan dengan ujung kuku Bunda Maryam pun saya tidak ada apa-apanya. Meskipun keinginan menikah tidak cukup kuat untuk saat ini belum tentu beberapa tahun ke depan keinginan itu tetaplah sama tidak kuatnya.

Pernikahan tidak akan pernah mudah. Tinggal dengan orang lain, secocok apapun pasti akan ada potensi masalah-masalah baru yang akan timbul. Kita mempunyai masalah jodoh kita punya masalah. Masalah tambah banyak.

Belum lagi setelah kehadiran seorang anak. Cinta sepasang suami istri bisa jadi tambah besar. Tapi anak adalah tantangan tersendiri. Mengandung juga pasti bukan hal yang mudah. Sudah mampir berbagai cerita di telinga maupun mata saya betapa tantangan bagi seorang ibu ketika mengandung itu sungguh luar biasa. Secara fisik maupun psikis. Anak membuat keluarga terasa lengkap dan bertambah kebahagiaannya. Namun merawat dan mendidik anak tidak akan pernah mudah.

ilustrasi: Oscar Jettman
Oleh karena itu pernikahan adalah sesuatu yang harus dipersiapkan sedini mungkin sebenarnya. Bukan dengan mencari cinta atau jatuh cinta sedini mungkin. Ingin memiliki maupun ingin dimiliki terlalu dini justru berbahaya. Apa yang harus dipersiapkan untuk pernikahan sedini mungkin adalah ilmu, skill, mental, dll untuk menghadapi kehidupan rumah tangga yang tidak akan pernah mudah.

Membiasakan diri untuk tidak egois. Membiasakan diri untuk lebih mengerti. Membiasakan diri untuk bekerja keras. Membiasakan diri untuk mandiri. Mencari tahu permasalahan-permasalahan yang bisa saja terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana cara mengatasinya. Dan lain lain. Dan lain lain.

Oleh karena itu saya merasa perlu untuk belajar tentang pernikahan, kehidupan rumah tangga, ilmu parenting dan lain-lain segera. Sampai saat ini saya belum pernah ikut kelas pra nikah sih. Dulu gak tertarik aja. Sekarang juga biasa aja. Cuma nanti berencana mulai ikut kelas-kelas seperti itu setelah serial ASPER selesai.

Saya juga dari dulu tidak tertarik membaca buku-buku tentang pernikahan dan parenting. Sekarang juga belum tertarik. Cuma ada rencana setelah serial ASPER  selesai. Hidup berumah tangga itu tidak mudah. Penting untuk belajar mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku, ilmu-ilmu yang berseliweran dimana-mana serta mengikuti kelas-kelas pra nikah dan parenting. Agar saya lebih siap jika waktunya datang nanti.

Niatnya agar saat sudah nikah saya sudah siap tahan banting. Nikah itu seperti naik roller coaster, saya percaya. Seru nan menegangkan. Mental harus dikuatin dulu, ilmu harus dicukupin dulu. Nikah itu rawan stress. Jadi saya berniat mempersiapkan diri menghadapi pernikahan bukan biar enteng jodoh, bukan biar segera dikasih jodoh. Saya santai soal jodoh. Kecocokan itu amat sangat penting. Hati-hati dan sebagainya itu sangat penting. Karena ketika menikah ridho jodoh saya adalah ridho Allah (selama tidak bertentangan dengan Allah dan Rasulullah SAW tentu). Namun, secocok apapun jodoh saya nantinya, berumah tangga tidak akan pernah mudah. Oleh karena itu berumah tangga adalah sesuatu yang harus dipersiapkan dengan segala daya dan upaya. Harus saya pastikan, saya sudah cukup tahan banting sebelum menikah.

Saya harus belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Mereka yang sudah menikah maupun mereka yang memang concern dalam tema rumah tangga. Mereka yang concern dalam tema parenting. Mereka memang tidak sempurna. Karena mereka tidak sempurna. Apalagi saya, haha.

Jadi ketika rumah tangga mereka bermasalah, anak mereka bermasalah itu adalah hal wajar. Bukan berarti saya lalu tidak mau belajar dari mereka. Ilmu saya aja tentang hal itu jauh lebih cetek dari mereka. Mereka punya segudang ilmu, skill, serta kebijaksanaan yang bermanfaat untuk saya.

Rumah tangga atau anak mereka bermasalah? Bisa jadi memang ujian yang diberikan Tuhan kepada mereka jauh lebih berat dibanding kepada manusia pada umumnya. Banyak hal misteri dalam rumah tangga seseorang. Menghakimi apalagi sampai membully serta mencaci hanya akan menambah perpecahan dalam bangsa ini. Banyak hal yang tidak saya tahu. Jadi ya orang yang kelihatan buruk di mata saya belum tentu dia lebih buruk dibanding saya. Banyak hal yang tidak saya tahu. Bisa jadi orang yang lebih buruk di mata saya posisinya jauh lebih tinggi di mata Allah, Tuhan Penguasa Semesta Alam Raya.

Banyak hal tentang diri saya saja banyak hal yang belum saya ketahui. Saya masih terus mencari jati diri. Menyentuh serta melihat langsung semua organ dalam tubuh saya saja saya belum pernah. Bahkan tidak akan pernah, hehe. Yaiyalah serem amat. Banyak misteri dalam diri sendiri yang bahkan tidak akan saya ketahui sampai akhir hayat nanti. Apalagi dalam diri orang lain, rumah tangga orang lain. Tentu lebih banyak lagi yang tidak saya tahu dan tentu saja tidak perlu saya tahu. Selama tidak menganggu orang lain, tidak mengganggu ekosistem di atas bumi ini untuk apa diketahui. Lebih baik memperbaiki diri dari pada sibuk menghakimi orang lain.

Nabi Nuh, anaknya durhaka tidak mau ikut ke dalam kapal. Nabi Adam, anaknya ada yang pembunuh. Nabi Luth, istrinya justru mendukung LGBT sehingga ikut terkena azab dari Allah. Apakah lantas mereka tidak lebih baik dari kita. Tentu saja tidak. Para nabi adalah manusia-manusia utama yang tidak bisa dibandingkan dengan kita para manusia biasa. Jauh bahkan sangat jauh. Ujung kuku Nabi Nuh saja bahkan bisa jadi masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kita para manusia biasa.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...