FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Selasa, 25 September 2018

Keputusan-keputusan di 2017

Pada kondisi tertentu, kalau lagi mood buat bikin rencana, saya suka sekali bikin rencana. Setelahnya? Bye! Haha. Iya rencana seringkali tinggal wacana. Saya suka berpikir tapi suka malas merealisasikan. Lebih suka berpikir daripada bekerja. Lebih suka mengarahkan daripada diarahkan, hehe.

Sumber: https://www.flickr.com/photos/30851170@N05/4724901399/

Akhirnya di tahun 2017 kemarin saya mencoba memberanikan diri untuk merealisasikan rencana-rencana saya meskipun menurut saya sebenarnya waktunya belum cukup sempurna. Ada satu kesalahan fatal sih memang. Benar-benar diluar dugaan. Membuat saya berpikir bahwa jika bisa melakukan sendiri buat apa minta tolong ke teman meskipun dia menawarkan diri. Meskipun posisinya cukup strategis, tapi yang namanya strategis itu, kalau strategis untuk merealisasikan apa mimpi indah kita berarti juga strategis untuk merealisasikan mimpi buruk kita. Hati-hati saja sih.

Diluar itu, saya membuat keputusan-keputusan lain yang membuat saya belajar banyak. Tidak banyak keputusan sih. Tapi ya tidak apa-apa seenggaknya ada kemajuan, meskipun kemajuannya bukan dari sisi yang cukup kasat mata. Lebih ke kemajuan yang ada di dalam diri.

Hanya satu keputusan yang saya sesalkan sih, yang membuat rencana hidup saya jadi cukup berantakan. Gara-gara teman yang tidak amanah. Menawarkan bantuan, eh ternyata setelah kita bercerita apa yang jadi ketakutan kita dia malah berusaha bersama dengan yang lainnya mewujudkan ketakutan saya. Tapi ya tidak apa-apa sih, toh kan ada 1000 jalan menuju Roma. Maksudnya ketika ada tahapan dalam hidup yang harus kita lewati dan orang lain menjauhkan kita untuk melewati tahapan itu, tenang saja, masih banyak jalan lain untuk merealisasikan tahapan hidup yang ingin kita lewati tersebut.

Salah satu yang luar biasa adalah keputusan saya untuk magang di sebuah start up yang hampir 100% berisi generasi milenial. Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Mengingat setelah 2 tahun jadi mahasiswa yang tidak pernah ngampus, lanjut mencoba bekerja di sebuah toko kecil, tiba-tiba bertemu dengan sesama generasi milenial dalam jumlah puluhan, ya bisa dibilang seukuran satu kelas lah, ya ada senangnya ada sedihnya.

Kalau dibandingkan pengalaman magang saya waktu kuliah dulu, di sebuah bumn, ya senangnya, di start up tsb isinya anak2 muda. Untuk komunikasi tidak ada hambatan berarti, karena jarak usia mayoritas teman-teman disana masih satu digit lah ya. Sangat jarang yang sampai 2 digit.

Tapi bukan berarti mudah untuk berteman dengan mereka untuk seorang introvert seperti saya. Saya belajar banyak sih. Jadi tahu kesalahan saya selama ini yang kalau tidak disana mungkin sampai sekarang saya masih belum sadar kalau itu kesalahan. Juga belajar untuk memaklumi orang lain. Belajar untuk lebih jasa sikap dan lebih berhati-hati juga sih.

My Quarter Life Crisis

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/vandertramps/8098705908
Quarter life crisis itu emang luar biasa ya. Saya mengatakan seperti itu karena sedang mengalami. Mungkin besok kalau sudah berkeluarga dan memiliki anak bakal bilang lagi, berkeluarga itu luar biasa ya. Lalu jika diizinkan berumur panjang, bisa jadi waktu merasakan usia 60 tahunan, bakal keluar juga kata, merasakan usia kepala 6 itu luar biasa ya? Hehe. Bisa jadi, keluar kata luar biasa karena baru saja merasakan apa yang sebelumnya belum pernah dirasakan. Jadi ngerasa, ternyata seperti ini, dulu tidak pernah terlintas dalam bayangan, hehe.

Dulu, waktu masih sekolah, masih remaja, kebayang hidup saya ke depan ya mulus-mulus aja jalannya. Saya kira bakal lulus cepat waktu kuliah, kurang dari 4 tahun, lalu setelah lulus cita-cita tercapai. Ternyata setelah merasakan jadi anak semester akhir, kok keenakan jadi mahasiswa, tidak mau lulus cepat-cepat. Eh, malah jadi nunda-nunda, terus ya keterusan, malesnya susah sembuh. Kalau tidak memaksa diri buat ke kampus, buat selesaikan kuliah, bisa jadi sekarang aku sudah di drop out dan tidak punya gelar S.E.

Flashback ketika saya berada tepat di usia seperempat abad. Saya merasa amat sangat buruk. Ketika mereka yang seumuran bahkan banyak juga yang lebih muda sudah mendapat cap "sukses" dari orang-orang, saya harus kenyang dengan caci maki (lebay) karena dianggap pemalas (iya sih). Seolah-olah belum jadi apa2 di usia 25 tahun adalah kegagalan besar.

Saat itu saya benar-benar terpuruk dan merasa melakukan kesalahan yang amat sangat besar. Saya sadar itu karena saya akrab dengan penundaan sehingga rencana hanya jadi wacana. Hingga suatu saat saya mengikuti sebuah pertemuan perdana coaching dengan seorang bunda Rita (yg mengadakan bukan bunda Rita, namun teman kakak saya). Meskipun akhirnya pertemuan perdana jadi pertemuan yang terakhir juga karena ya biasalah, orang bilang memulai itu bagian tersulit, tapi kenyataannya, konsisten seringkali lebih sulit daripada memulai. Contohnya banyak yang berhasil jadi mahasiswa namun berhenti di tengah jalan.

Bukan kegagalan konsistensi sebuah program coaching yg mau saya bahas. Petuah bunda Rita yang masih saya ingat serta membuat saya merasa jauh lebih baik saat pertemuan perdana itulah yang mau saya ceritakan. Inti dari petuah beliau saat itu adalah, soal uang dan angka serta, siapapun kita saat ini, kita sudah jauh lebih baik dari kita sebelumnya, kita sudah berjalan lebih jauh dari sebelumnya. Ingatan saya pun melayang ke zaman saya sekolah dan masih kuliah teori. Iya senang rasanya sudah berjalan sejauh ini. Senang rasanya sudah mendapatkan pencerahan demi pencerahan yang saya dapatkan sejak menjelang KKN dulu, berlanjut hingga mulai jadi tindakan jauh lebih nyata dibanding sebelumnya, di semester akhir.

Saya kembali merasa lebih baik ketika tahu bahwa pendiri KFC baru mendirikan usahanya ketika sudah jadi kakek2, sudah pensiun. Juga ada cerita kakek2 di China yang baru sukses jadi model justru ketika usianya sudah senja (namanya juga kakek2 xD. Lalu guru saya juga berpesan bahwa definisi sukses setiap orang bisa berbeda, maka, definisikan sukses versimu sendiri. Akhirnya saya kemudian menentukan definisi sukses versi saya disini: https://fenitriutami.blogspot.com/2017/06/definisi-sukses.html.

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...