Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut, aku percayai, hukum menikah itu bisa wajib, bisa sunnah, bisa makruh, bisa mubah, bisa haram juga. Selama kita bisa menjaga diri dari zina, mampu menahan diri untuk tidak berbuat zina, nikah itu tidak wajib.
Bisa jadi sunnah alias lebih baik dilakukan karena berpahala kalau pernikahan tersebut baik untuk pribadi kedua orang yang berjodoh, masyarakat, dan alam. Maksudnya tidak ada niat menyakiti satu sama lain. Kedua orang yang menikah sudah siap mental dan fisiknya untuk menikah. Kalau belum siap ya nanti yang ada bisa KDRT, muncul mental issue, penelantaran anak istri, dst. Menikahnya mereka juga menjadi berkah bagi masyarakat, mampu mendidik anak, tidak menumbuh suburkan kriminalitas, dsb.
ilustrasi: https://flickr.com/photos/keepitsurreal/6107919083/ |
Aku sendiri tidak punya target kapan harus menikah. Karena hidupku sendiri saja sudah cukup seru buat aku. Jadi ya baru menikah kalau ada seseorang yang mampu meyakinkan bahwa hidup dengannya mampu membuat hidupku lebih seru lagi dibanding ketika aku hidup melajang. Dalam artian kami mempunyai tantangan yang akan selalu kami taklukan bersama, yaitu being the best version of our self. Tidak ada manusia yang sempurna oleh karena itu being a better person is always be possible. Definisi better ini sesuai passion kami masing-masing yang mana bisa jadi berbeda dan tidak harus sama. Intinya harus siap saling menerima dan saling support cita-cita masing-masing dari kami ke depannya.
Oh iya, mampu di paragraf ketiga diatas bukan berarti kaya raya ya.. Maksudnya mampu ini hanya kalau komunikasi kami bisa cukup nyambung. Mempunyai kemampuan intelegensi yang tidak jauh berbeda serta open minded. Tidak perlu IQ 120 ke atas. Diatas 100 aja sudah cukup. Buat apa IQ tinggi-tinggi kalau tidak open minded.
Open minded ini berarti siap mendengar, bukan hanya pasanganku kelak tapi aku sekarang juga selalu berusaha memperbaiki kemampuan mendengar dengan siapapun. Siap menerima perbedaan. Siap saling toleransi. Ketika ada dua pendapat berbeda tidak selalu salah satu benar salah satu salah. Sangat mungkin dua-duanya benar. Seringkali ini hanya masalah sudut pandang. Dengan menerima perbedaan pendapat yang dua-duanya benar itu justru memperkaya khazanah kemampuan kita dalam memahami sudut padang yang berbeda bukan.