FeniFine's Motto

"Kesuksesan anda tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri anda sebelumnya." ~Jaya Setiabudi

Selasa, 15 Januari 2013

Si Embak Misterius dan Letusan Gunung Merapi

Dulu akhir  tahun 2010 waktu heboh-hebohnya Gunung Merapi meletus yang dalam rentetan letusan berkali-kali tersebut Mbah Maridjan meninggal dunia, aku menulis fiksi nyata ini. Ini cerita ringan saja buat santai-santai mengisi waktu luang, silahkan dibaca :)

ilustrasi: kompas.com
Bulan Oktober 2010 adalah bulan bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Di Bulan ini Mbah Maridjan meninggal dunia akibat letusan Gunung yang sudah setia beliau jaga selama berpuluh-puluh tahun itu. Sudah berminggu-minggu, rentetan letusan ini terus bertengger sebagai headline news di media-media massa nasional . Tempatku beraktivitas sehari-hari, rumah, kampus, dan tempat kerja paruh waktuku sebenarnya cukup aman, terletak sekitar 30 km dari puncak Merapi.

Daerahku hanya terkena hujan abu vulkanik sedang dua kali. Pada hujan abu yang pertama dinas pendidikan Kota Yogyakarta meliburkan siswa sekolah (bukan kuliah). Pada hujan abu kedua gantian universitas-universitas di Yogyakarta yang meliburkan kegiatan perkuliahan antara seminggu hingga dua minggu. Nah, tempatku bekerja part time dekat dengan UNY dan UGM yang meliburkan kegiatan perkuliahan selama seminggu. Alhasil dampaknya tentu saja tidak hanya dirasakan para dosen dan karyawan kedua universitas tersebut, tetapi juga kegiatan perekonomian di kawasan sekitarnya yang mayoritas konsumennya adalah mahasiswa. Banyak toko yang mengurangi jam buka atau bahkan tutup sama sekali.

Di hari biasa, rental komputer tempatku bekerja paruh waktu membuka dua kios yang berdampingan, masing-masing dijaga satu orang operator. Gara-gara mayoritas operator adalah perantau dan mereka pulang kampung, akhirnya tiap shift malam kios yang buka hanya satu. Kontras, pengguna jasa rental komputer menurun drastis. Malam itu, aku datang di rental komputer dalam keadaan sepi. Bos pergi, kios hanya buka satu, dan belum ada pelanggan yang datang. Hal biasa sebenarnya. Tapi kejadian luar biasa nanti muncul ketika aku selesai melaksanakan ibadah sholat Isya.

Meskipun aku hanya jaga rental komputer sendiri, di seberang ada teman yang juga bekerja menunggu warung galon. Alhamdulillah temanku ini suka main ke rental komputer di saat sepi pelanggan dan bosku sedang pergi. Dia suka menonton film-film yang ada di PC operator. Lumayan bisa mengurangi suasana sepi. Sebut saja dia bernama Mbak Vivy, wanita super tomboy yang gayanya mirip Mita The Virgin. Seperti biasa, mbak Vivy main ke rental komputer untuk nonton film. Tapi karena waktu sudah mendekati Isya, aku titipkan sekalian rental komputer pada mbak Vivy, aku mau buang air kecil dulu, wudlu, kemudian sholat Isya.

Selesai berwudlu akan sholat, malah ada pelanggan yang ingin burning CD, ok, aku layani dulu, baru kemudian sholat Isya. Selesai burning CD aku langsung menunaikan sholat Isya. Selesai sholat Isya, ternyata ada pelanggan lagi, seorang perempuan yang menurutku kira-kira berusia 20 tahun. Untuk yang ini sebut saja Si Embak. Aku pun langsung menanyakan kebutuhannya, “Mau rental mbak,” jawab Si Embak.

“Loh, nggak jadi ngrental Mbak?” tanyaku. Abis dia katanya mau ngrental sudah masuk kok malah keluar lagi. “Enggak mbak,” jawab Si Embak. “Kenapa?,” tanyaku merasa aneh. “Nggak pa pa,” jawab Si Embak. Kemudian Si Embak memandangi tembok di samping luar rental komputer. Lalu duduk di teras depan rental komputer. Masuk lagi seperti bingung. Duduk di depan komputer pandangannya tidak jelas. “Ada apa ya mbak?’” tanyaku merasa aneh dengan perilakunya. “Aduh, jangan gitu mbak,” jawab Si Embak seperti pusing sendiri. Ok.

Sekarang Si Embak menatap salah satu layar monitor tangannya nyaris memencet tombol power. “Mmm, kalo mau pakai komputer di sebelah situ saja mbak, yang masih nyala,” kataku kepada Si Embak. Tampaknya Si Embak ingin pakai komputer. “Oh ya,” jawab Si Embak, lalu pindah duduk di depan komputer yang masih menyala. Mouse pun digerak-gerakkan, aku catat di billing jam mulai Si Embak pakai komputer. Huh, jadi lebih lega, ku harap Si Embak tidak bertingkah aneh lagi. Aku pun melanjutkan nonton film bareng mbak Vivy. Tapi, keanehan perilaku Si Embak malah semakin menjadi. Dia tidak berbuat apa-apa dengan komputer di depannya. Layar komputer terlihat gelap, sepertinya justru dimatikan oleh Si Embak. Si Embak pun tidak melulu memandangi komputer yang layarnya sudah hitam tersebut. Mata Si Embak bergantian memandangi etalase, langit-langit, dinding-dinding ruangan rental komputer, memandangku, memandang mbak Vivy. Begitu berkali-kali. “Mmm, ada yang bisa dibantu mbak?” tanyaku. “Ah, enggak,” jawab Si Embak. Si Embak tetap tidak berhenti menatap kosong lingkungan sekitarnya.

Jumpernya terlihat lusuh dan kotor, penampilannya kusut, rambutnya yang agak panjang dijepit ke belakang. “Berapa mbak?” tanya Si Embak. Oh, ternyata dia normal juga kataku dalam hati. “Enam ratus rupiah mbak,” jawabku. Si Embak pun menyodorkan selembar uang seribuan. “Ini kembaliannya,” kataku sambil menyodorkan uang kembalian ke tangan Si Embak. Tapi, Si Embak justru menyingkirkan tangannya, dan menunjuk ke arah meja. Uang kembalian Si Embak pun kutaruh di atas meja, lalu diambil oleh Si Embak. Aneh, Si Embak perempuan, aku juga perempuan, kenapa Si Embak tidak mau bersentuhan tangan.

Tidak selesai disitu. Si Embak ternyata belum mau pergi. Haduh ini orang jangan-jangan kesurupan, apa bisa lihat jin kataku dalam hati. Jangan-jangan tadi mata Si Embak menatap kesana kemari tidak tentu karena tercengang dengan banyaknya jin yang dia lihat. Ah, terserah, aku putar do’a pengusir setan saja lah. Si Embak tetap tak pergi-pergi. Atau dia pengungsi Merapi yang tersesat? “Tidak,” kata mbak Vivy. “Dia itu ga bahaya kok, aku pernah ke kost dia nganterin galon pesenannya.”
“Lagi nunggu temen mbak?” tanyaku kemudian kepada Si Embak. “Eh, enggak,” jawabnya. Kemudian Si Embak bener-bener pergi meninggalkan rental komputer yang aku jaga. Si Embak ke arah pertigaan di depan rentalku.

Akhirnya…. Hufff. Kedatangan pelanggan dua kali aja, kok yang satu anehnya setengah mati. Sebentar-sebentar! Aku melihat Si Embak lagi, lewat depan rental komputer yang aku jaga, alhamdulillah Si Embak tidak kesini lagi. Hufff. Tap.. tap.. krek.., Apa ?! Ada orang di belakangku! Siapa lagi kalau bukan si Embak ?!. Aku langsung menengok ke belakang, oh, ibu dan bapak bos. Ayem deh, yang punya rumah sudah datang. Lebih tenang, lebih tenang. Bosku datang, mbak Vivy langsung pamit pulang.

“Kalau dah sepi tutup aja mbak.” kata bapak bos. Ok. Kalau suruh tutup sih aku jelas siap, hehe. Aku pun langsung pulang, agak ngebut, besok jaga shift pagi soalnya. Aku sekalian berencana menanyakan perihal Si Embak aneh yang tadi mampir, siapa tahu bos-ku kenal.
Paginya, aku langsung cerita perihal kejadian tadi malam kepada bos-ku. Langsung dijawab seperti ini, “Hah, perasaan selama ini ga pernah ada orang kayak gitu yang dateng. Cuma tadi malem aku liat lagi orang itu duduk di teras rental sampai jam setengah dua belas.” Apa?!

1 komentar:

  1. ini saya sok tahu saja, hehe.
    mungkin mbaknya lagi stress gitu ya, jadi aneh banget kayak gitu.

    wallahu'alam

    BalasHapus

Menikah atau Melajang, Mana yang Lebih Baik?

Kalau aku sendiri sih. Ini juga bisa jadi jawaban orang-orang yang suka tanya kapan nikah? Perlu diketahui, dalam Islam, agama yang aku anut...