Masih menjadi mahasiswa di penghujung masa studi hingga terancam harus mengajukan perpanjangan masa studi ternyata tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Sempat menghilang dari peredaran, tidak pernah nampak di lingkungan kampus selama 2 tahun lamanya membuat saya harus terbiasa dengan kesepian dan kesendirian. Ketemu teman yg sudah jadi dosen dan adik angkatan setahun persis yang sama-sama jadi mahasiswa uzur setidaknya bisa jadi sedikit obat kesendirian di kampus. Tapi ya emang teman-teman seangkatan yang saya kenal sudah tidak pernah ada lagi yg berkeliaran di kampus sebagai mahasiswa S1.
Kesepian dan kesendirian bukan apa-apa sih. Tidak terlalu saya hiraukan dan tidak begitu menganggu pikiran. Jalani saja. Something horror yang cukup sensitif buat saya adalah cerita-cerita dari para mantan mahasiswa semester 14 yang mengerikan. Ditambah pertanyaan dan pernyataan yang bisa bikin emosi langsung meledak-ledak, hahaha.
Kesepian dan kesendirian bukan apa-apa sih. Tidak terlalu saya hiraukan dan tidak begitu menganggu pikiran. Jalani saja. Something horror yang cukup sensitif buat saya adalah cerita-cerita dari para mantan mahasiswa semester 14 yang mengerikan. Ditambah pertanyaan dan pernyataan yang bisa bikin emosi langsung meledak-ledak, hahaha.
ilustrasi horror: httpswww.flickr.comphotosbrinzei |
Bulan ramadhan Juni lalu saat saya mulai berniat akan segera ke kampus lagi untuk menyelesaikan skripsi, saya sempat minta wejangan dari seorang teman yang pernah merasakan menjadi mahasiswa semester 14. Katanya jangan sampai telat mengurus perpanjangan masa studi, kalau tidak mau di drop out. Jujur hal ini malah membuat saya jadi loyo. Ketakutan akan do membuat saya ragu melangkahkan kaki ke kampus. Ditambah pernyataan dari salah satu orang terdekat saya kalau waktunya sudah mepet seperti ini bakal susah untuk memperjuangkan kelulusan. Sempat bertanya kesana kemari bahkan sebagai anonim ke beberapa figur publik yang dikenal berpengalaman menjadi mahasiswa semester 14.
Alhamdulillah akhirnya saya beranikan diri, saya paksa diri untuk melangkahkan kaki ke kampus demi bertemu dosen mengurus skripsi dan bertanya tentang masa studi. Ketakutan saya untuk ke kampus hilang sudah. Setelah mengurus perpanjangan masa studi saya diberi tahu dekan bahwa saya tidak perlu mengurus perpanjangan masa studi karena masa studi saya masih sampai September 2016. Kalau September 2016 belum lulus barulah saya perlu membuat surat perpanjangan masa studi. Kata ketua jurusan saya, perpanjangan masa studi jangka waktunya 3 bulan sejak masa studi seharusnya sudah berakhir. Alhamdulillah, masih ada waktu sampai Desember 2016.
Meskipun begitu saya berharap saya tidak perlu melakukan perpanjangan masa studi, berharap September 2016 sudah bisa ikut yudisium. Tapi kalau memang harus melakukan perpanjangan masa studi ya tidak apa-apa, yang penting bisa lulus. Meskipun selulus kuliah saya berniat untuk fokus membesarkan bisnis sendiri daripada kuliah lagi maupun melamar kerja. Saya akan tetap berusaha mengejar gelar sarjana, untuk ibu saya. Juga untuk perjuangan saya selama ini, masa iya kuliah 4 tahun capek-capek tinggal menyelesaikan skripsi saja tidak dilakukan. Toh masih ada waktu meskipun tidak selonggar waktu yang dimiliki adik-adik angkatan.
Teman saya yang pernah jadi mahasiswa semester 14 tersebut juga bercerita bahwa dia sampai makan pun harus disuapin adiknya gara-gara begitu padatnya waktu untuk menyelesaikan skripsi. Cerita ini cukup menghantui saya. Saya tidak pernah merasa sepadat itu. Jadi takut kalau saya gagal. Selama ini saya cukup santai, ya bad mood sedikit tunda revisi, sering seperti itu. Meskipun juga berusaha tetap memotivasi diri sendiri untuk mengurangi penundaan-penundaan tidak perlu seperti itu.
Cerita dia yang sampai waktu tidurnya sedikit, makan sampai disuapin, ngerjain skripsi terus di depan laptop itu hantu banget. Saya kok biasa saja ya, tidur tetap lama kalau buka laptop seringkali malah tidak mengerjakan skripsi. Toh yang perlu direvisi sedikit. Tapi jadi takut kenapa-napa saya nya. Sebenarnya takut karena tidak kunjung merevisi sih, kalau sudah selesai revisinya juga bakal tenang, hehehe.
Yup, habis ini harus selesaiin revisi sampai fixxx tinggal memasukkan hasil olah data sajaa. Hahahah.
Ucapan horor lainnya adalah kata-kata negatif, cenderung menakut-nakuti, atau membuat takut. Bukannya membuat saya tambah semangat, yang seperti ini malah bisa membuat saya jadi loyo, galau, bad mood. Saya lebih suka diberi kata-kata positif untuk memotivasi daripada ancaman yang malah membuat saya takut sendiri, sibuk resah gelisah, malah tidak kunjung menyentuh skripsi, hehe. Kata-kata yang saya suka seperti, tinggal sedikit lagi loh, jadi sarjana, dsb.
Ya tapi apapun kata-kata orang juga kita tidak punya kendali untuk mengaturnya. Yang harus dipersiapkan adalah bagaimana mengelola emosi. Harus maju terus biar bisa lulus. Jangan sampai menyerah. Pasti bisa lulus.
Alhamdulillah akhirnya saya beranikan diri, saya paksa diri untuk melangkahkan kaki ke kampus demi bertemu dosen mengurus skripsi dan bertanya tentang masa studi. Ketakutan saya untuk ke kampus hilang sudah. Setelah mengurus perpanjangan masa studi saya diberi tahu dekan bahwa saya tidak perlu mengurus perpanjangan masa studi karena masa studi saya masih sampai September 2016. Kalau September 2016 belum lulus barulah saya perlu membuat surat perpanjangan masa studi. Kata ketua jurusan saya, perpanjangan masa studi jangka waktunya 3 bulan sejak masa studi seharusnya sudah berakhir. Alhamdulillah, masih ada waktu sampai Desember 2016.
Meskipun begitu saya berharap saya tidak perlu melakukan perpanjangan masa studi, berharap September 2016 sudah bisa ikut yudisium. Tapi kalau memang harus melakukan perpanjangan masa studi ya tidak apa-apa, yang penting bisa lulus. Meskipun selulus kuliah saya berniat untuk fokus membesarkan bisnis sendiri daripada kuliah lagi maupun melamar kerja. Saya akan tetap berusaha mengejar gelar sarjana, untuk ibu saya. Juga untuk perjuangan saya selama ini, masa iya kuliah 4 tahun capek-capek tinggal menyelesaikan skripsi saja tidak dilakukan. Toh masih ada waktu meskipun tidak selonggar waktu yang dimiliki adik-adik angkatan.
Teman saya yang pernah jadi mahasiswa semester 14 tersebut juga bercerita bahwa dia sampai makan pun harus disuapin adiknya gara-gara begitu padatnya waktu untuk menyelesaikan skripsi. Cerita ini cukup menghantui saya. Saya tidak pernah merasa sepadat itu. Jadi takut kalau saya gagal. Selama ini saya cukup santai, ya bad mood sedikit tunda revisi, sering seperti itu. Meskipun juga berusaha tetap memotivasi diri sendiri untuk mengurangi penundaan-penundaan tidak perlu seperti itu.
Cerita dia yang sampai waktu tidurnya sedikit, makan sampai disuapin, ngerjain skripsi terus di depan laptop itu hantu banget. Saya kok biasa saja ya, tidur tetap lama kalau buka laptop seringkali malah tidak mengerjakan skripsi. Toh yang perlu direvisi sedikit. Tapi jadi takut kenapa-napa saya nya. Sebenarnya takut karena tidak kunjung merevisi sih, kalau sudah selesai revisinya juga bakal tenang, hehehe.
Yup, habis ini harus selesaiin revisi sampai fixxx tinggal memasukkan hasil olah data sajaa. Hahahah.
Ucapan horor lainnya adalah kata-kata negatif, cenderung menakut-nakuti, atau membuat takut. Bukannya membuat saya tambah semangat, yang seperti ini malah bisa membuat saya jadi loyo, galau, bad mood. Saya lebih suka diberi kata-kata positif untuk memotivasi daripada ancaman yang malah membuat saya takut sendiri, sibuk resah gelisah, malah tidak kunjung menyentuh skripsi, hehe. Kata-kata yang saya suka seperti, tinggal sedikit lagi loh, jadi sarjana, dsb.
Ya tapi apapun kata-kata orang juga kita tidak punya kendali untuk mengaturnya. Yang harus dipersiapkan adalah bagaimana mengelola emosi. Harus maju terus biar bisa lulus. Jangan sampai menyerah. Pasti bisa lulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar