Sudah fitrahnya manusia hidup berpasang-pasangan lalu berketurunan. Itu pada umumnya. Manusia itu unik. Ada juga manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Misalnya Maryam ibu dari Nabi Isa. Wanita suci yang mempunyai derajat jauh diatas kita semua, wanita penghuni bumi di zaman ini. Ada juga Rabi'ah Al Adawiyah, seorang muslimah yang amat sangat mencintai Allah, Tuhan semesta alam. Rabi'ah memilih untuk tidak menikah hingga akhir hayatnya.
Saya manusia biasa. Tidak sehebat Maryam maupun Rabi'ah. Apalagi Bunda Maryam yang sudah disebut sebagai salah satu dari tiga wanita terbaik di muka bumi oleh Allah. Dibandingkan dengan ujung kuku Bunda Maryam pun saya tidak ada apa-apanya. Meskipun keinginan menikah tidak cukup kuat untuk saat ini belum tentu beberapa tahun ke depan keinginan itu tetaplah sama tidak kuatnya.
Pernikahan tidak akan pernah mudah. Tinggal dengan orang lain, secocok apapun pasti akan ada potensi masalah-masalah baru yang akan timbul. Kita mempunyai masalah jodoh kita punya masalah. Masalah tambah banyak.
Belum lagi setelah kehadiran seorang anak. Cinta sepasang suami istri bisa jadi tambah besar. Tapi anak adalah tantangan tersendiri. Mengandung juga pasti bukan hal yang mudah. Sudah mampir berbagai cerita di telinga maupun mata saya betapa tantangan bagi seorang ibu ketika mengandung itu sungguh luar biasa. Secara fisik maupun psikis. Anak membuat keluarga terasa lengkap dan bertambah kebahagiaannya. Namun merawat dan mendidik anak tidak akan pernah mudah.
Oleh karena itu pernikahan adalah sesuatu yang harus dipersiapkan sedini mungkin sebenarnya. Bukan dengan mencari cinta atau jatuh cinta sedini mungkin. Ingin memiliki maupun ingin dimiliki terlalu dini justru berbahaya. Apa yang harus dipersiapkan untuk pernikahan sedini mungkin adalah ilmu, skill, mental, dll untuk menghadapi kehidupan rumah tangga yang tidak akan pernah mudah.
Membiasakan diri untuk tidak egois. Membiasakan diri untuk lebih mengerti. Membiasakan diri untuk bekerja keras. Membiasakan diri untuk mandiri. Mencari tahu permasalahan-permasalahan yang bisa saja terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana cara mengatasinya. Dan lain lain. Dan lain lain.
Oleh karena itu saya merasa perlu untuk belajar tentang pernikahan, kehidupan rumah tangga, ilmu parenting dan lain-lain segera. Sampai saat ini saya belum pernah ikut kelas pra nikah sih. Dulu gak tertarik aja. Sekarang juga biasa aja. Cuma nanti berencana mulai ikut kelas-kelas seperti itu setelah serial ASPER selesai.
Saya juga dari dulu tidak tertarik membaca buku-buku tentang pernikahan dan parenting. Sekarang juga belum tertarik. Cuma ada rencana setelah serial ASPER selesai. Hidup berumah tangga itu tidak mudah. Penting untuk belajar mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku, ilmu-ilmu yang berseliweran dimana-mana serta mengikuti kelas-kelas pra nikah dan parenting. Agar saya lebih siap jika waktunya datang nanti.
Niatnya agar saat sudah nikah saya sudah siap tahan banting. Nikah itu seperti naik roller coaster, saya percaya. Seru nan menegangkan. Mental harus dikuatin dulu, ilmu harus dicukupin dulu. Nikah itu rawan stress. Jadi saya berniat mempersiapkan diri menghadapi pernikahan bukan biar enteng jodoh, bukan biar segera dikasih jodoh. Saya santai soal jodoh. Kecocokan itu amat sangat penting. Hati-hati dan sebagainya itu sangat penting. Karena ketika menikah ridho jodoh saya adalah ridho Allah (selama tidak bertentangan dengan Allah dan Rasulullah SAW tentu). Namun, secocok apapun jodoh saya nantinya, berumah tangga tidak akan pernah mudah. Oleh karena itu berumah tangga adalah sesuatu yang harus dipersiapkan dengan segala daya dan upaya. Harus saya pastikan, saya sudah cukup tahan banting sebelum menikah.
Saya harus belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Mereka yang sudah menikah maupun mereka yang memang concern dalam tema rumah tangga. Mereka yang concern dalam tema parenting. Mereka memang tidak sempurna. Karena mereka tidak sempurna. Apalagi saya, haha.
Jadi ketika rumah tangga mereka bermasalah, anak mereka bermasalah itu adalah hal wajar. Bukan berarti saya lalu tidak mau belajar dari mereka. Ilmu saya aja tentang hal itu jauh lebih cetek dari mereka. Mereka punya segudang ilmu, skill, serta kebijaksanaan yang bermanfaat untuk saya.
Rumah tangga atau anak mereka bermasalah? Bisa jadi memang ujian yang diberikan Tuhan kepada mereka jauh lebih berat dibanding kepada manusia pada umumnya. Banyak hal misteri dalam rumah tangga seseorang. Menghakimi apalagi sampai membully serta mencaci hanya akan menambah perpecahan dalam bangsa ini. Banyak hal yang tidak saya tahu. Jadi ya orang yang kelihatan buruk di mata saya belum tentu dia lebih buruk dibanding saya. Banyak hal yang tidak saya tahu. Bisa jadi orang yang lebih buruk di mata saya posisinya jauh lebih tinggi di mata Allah, Tuhan Penguasa Semesta Alam Raya.
Banyak hal tentang diri saya saja banyak hal yang belum saya ketahui. Saya masih terus mencari jati diri. Menyentuh serta melihat langsung semua organ dalam tubuh saya saja saya belum pernah. Bahkan tidak akan pernah, hehe. Yaiyalah serem amat. Banyak misteri dalam diri sendiri yang bahkan tidak akan saya ketahui sampai akhir hayat nanti. Apalagi dalam diri orang lain, rumah tangga orang lain. Tentu lebih banyak lagi yang tidak saya tahu dan tentu saja tidak perlu saya tahu. Selama tidak menganggu orang lain, tidak mengganggu ekosistem di atas bumi ini untuk apa diketahui. Lebih baik memperbaiki diri dari pada sibuk menghakimi orang lain.
Nabi Nuh, anaknya durhaka tidak mau ikut ke dalam kapal. Nabi Adam, anaknya ada yang pembunuh. Nabi Luth, istrinya justru mendukung LGBT sehingga ikut terkena azab dari Allah. Apakah lantas mereka tidak lebih baik dari kita. Tentu saja tidak. Para nabi adalah manusia-manusia utama yang tidak bisa dibandingkan dengan kita para manusia biasa. Jauh bahkan sangat jauh. Ujung kuku Nabi Nuh saja bahkan bisa jadi masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kita para manusia biasa.
Saya manusia biasa. Tidak sehebat Maryam maupun Rabi'ah. Apalagi Bunda Maryam yang sudah disebut sebagai salah satu dari tiga wanita terbaik di muka bumi oleh Allah. Dibandingkan dengan ujung kuku Bunda Maryam pun saya tidak ada apa-apanya. Meskipun keinginan menikah tidak cukup kuat untuk saat ini belum tentu beberapa tahun ke depan keinginan itu tetaplah sama tidak kuatnya.
Pernikahan tidak akan pernah mudah. Tinggal dengan orang lain, secocok apapun pasti akan ada potensi masalah-masalah baru yang akan timbul. Kita mempunyai masalah jodoh kita punya masalah. Masalah tambah banyak.
Belum lagi setelah kehadiran seorang anak. Cinta sepasang suami istri bisa jadi tambah besar. Tapi anak adalah tantangan tersendiri. Mengandung juga pasti bukan hal yang mudah. Sudah mampir berbagai cerita di telinga maupun mata saya betapa tantangan bagi seorang ibu ketika mengandung itu sungguh luar biasa. Secara fisik maupun psikis. Anak membuat keluarga terasa lengkap dan bertambah kebahagiaannya. Namun merawat dan mendidik anak tidak akan pernah mudah.
ilustrasi: Oscar Jettman |
Membiasakan diri untuk tidak egois. Membiasakan diri untuk lebih mengerti. Membiasakan diri untuk bekerja keras. Membiasakan diri untuk mandiri. Mencari tahu permasalahan-permasalahan yang bisa saja terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana cara mengatasinya. Dan lain lain. Dan lain lain.
Oleh karena itu saya merasa perlu untuk belajar tentang pernikahan, kehidupan rumah tangga, ilmu parenting dan lain-lain segera. Sampai saat ini saya belum pernah ikut kelas pra nikah sih. Dulu gak tertarik aja. Sekarang juga biasa aja. Cuma nanti berencana mulai ikut kelas-kelas seperti itu setelah serial ASPER selesai.
Saya juga dari dulu tidak tertarik membaca buku-buku tentang pernikahan dan parenting. Sekarang juga belum tertarik. Cuma ada rencana setelah serial ASPER selesai. Hidup berumah tangga itu tidak mudah. Penting untuk belajar mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku, ilmu-ilmu yang berseliweran dimana-mana serta mengikuti kelas-kelas pra nikah dan parenting. Agar saya lebih siap jika waktunya datang nanti.
Niatnya agar saat sudah nikah saya sudah siap tahan banting. Nikah itu seperti naik roller coaster, saya percaya. Seru nan menegangkan. Mental harus dikuatin dulu, ilmu harus dicukupin dulu. Nikah itu rawan stress. Jadi saya berniat mempersiapkan diri menghadapi pernikahan bukan biar enteng jodoh, bukan biar segera dikasih jodoh. Saya santai soal jodoh. Kecocokan itu amat sangat penting. Hati-hati dan sebagainya itu sangat penting. Karena ketika menikah ridho jodoh saya adalah ridho Allah (selama tidak bertentangan dengan Allah dan Rasulullah SAW tentu). Namun, secocok apapun jodoh saya nantinya, berumah tangga tidak akan pernah mudah. Oleh karena itu berumah tangga adalah sesuatu yang harus dipersiapkan dengan segala daya dan upaya. Harus saya pastikan, saya sudah cukup tahan banting sebelum menikah.
Saya harus belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Mereka yang sudah menikah maupun mereka yang memang concern dalam tema rumah tangga. Mereka yang concern dalam tema parenting. Mereka memang tidak sempurna. Karena mereka tidak sempurna. Apalagi saya, haha.
Jadi ketika rumah tangga mereka bermasalah, anak mereka bermasalah itu adalah hal wajar. Bukan berarti saya lalu tidak mau belajar dari mereka. Ilmu saya aja tentang hal itu jauh lebih cetek dari mereka. Mereka punya segudang ilmu, skill, serta kebijaksanaan yang bermanfaat untuk saya.
Rumah tangga atau anak mereka bermasalah? Bisa jadi memang ujian yang diberikan Tuhan kepada mereka jauh lebih berat dibanding kepada manusia pada umumnya. Banyak hal misteri dalam rumah tangga seseorang. Menghakimi apalagi sampai membully serta mencaci hanya akan menambah perpecahan dalam bangsa ini. Banyak hal yang tidak saya tahu. Jadi ya orang yang kelihatan buruk di mata saya belum tentu dia lebih buruk dibanding saya. Banyak hal yang tidak saya tahu. Bisa jadi orang yang lebih buruk di mata saya posisinya jauh lebih tinggi di mata Allah, Tuhan Penguasa Semesta Alam Raya.
Banyak hal tentang diri saya saja banyak hal yang belum saya ketahui. Saya masih terus mencari jati diri. Menyentuh serta melihat langsung semua organ dalam tubuh saya saja saya belum pernah. Bahkan tidak akan pernah, hehe. Yaiyalah serem amat. Banyak misteri dalam diri sendiri yang bahkan tidak akan saya ketahui sampai akhir hayat nanti. Apalagi dalam diri orang lain, rumah tangga orang lain. Tentu lebih banyak lagi yang tidak saya tahu dan tentu saja tidak perlu saya tahu. Selama tidak menganggu orang lain, tidak mengganggu ekosistem di atas bumi ini untuk apa diketahui. Lebih baik memperbaiki diri dari pada sibuk menghakimi orang lain.
Nabi Nuh, anaknya durhaka tidak mau ikut ke dalam kapal. Nabi Adam, anaknya ada yang pembunuh. Nabi Luth, istrinya justru mendukung LGBT sehingga ikut terkena azab dari Allah. Apakah lantas mereka tidak lebih baik dari kita. Tentu saja tidak. Para nabi adalah manusia-manusia utama yang tidak bisa dibandingkan dengan kita para manusia biasa. Jauh bahkan sangat jauh. Ujung kuku Nabi Nuh saja bahkan bisa jadi masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kita para manusia biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar